dengan ikan badut A. ocellaris memperlihatkan hasil bahwa tentakel anemon yang bukan merupakan simbion ikan tersebut mengecil selama tersentuh oleh ikan yang
berenang di sekitar tentakel. Hal tersebut disebabkan pelepasan senyawa cnida penyengat dari tentakel.Hal berbeda terjadi pada penelitian ini, dimana ikan
badut yang dipelihara terlihat nyaman tinggal di anemon. Ikan tidak terpengaruh oleh sengatan anemon karena dapat bergerak dengan bebas dan berdiam diri di
sela-sela tentakel. Hal ini dilaporkan sebagai kemampuan yang telah dimiliki oleh ikan A. clarkii sejak lahir untuk dapat bertahan dari sengatan anemon Fukui,
1973; Miyagawa dan Hidaka, 1980 in Madhu, et al. 2009.
4.2.4. Densitas dan mitotik indeks zooxanthellae anemon
Setelah dilakukan eksperimen dengan memberikan perlakuan ikan badut terhadap anemon yang dipelihara, diperoleh hasil bahwa perubahan densitas
kearah negatif terjadi pada anemon yang diberi perlakuan ikan badut Tabel 3. Jika dilihat dari hasil analisis statistiknya, dapat diketahui bahwa pada lingkup
pengamatan per luasan tentakel terdapat pengaruh nyata dari pemberian ikan badut terhadap ketahanan anemon, tetapi pada lingkup pengamatan yang lebih
luas per volume tentakel tidak terdapat pengaruh nyatadari pemberian ikan badut tersebut. Penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang interaksi antara ikan badut
dan anemon memiliki waktu eksperimen lebih dari satu bulan. Holbrook dan Smith 2003 melakukan penelitian yang mengkaji pertumbuhan, reproduksi, dan
ketahanan anemon yang hidup bersama dengan ikan badut di habitat aslinya selama 36 bulan tiga tahun. Kemudian, Roopin dan Cadwick 2009 yang
mengkaji dampak positif dari ammonia yang dihasilkan ikan badut terhadap kondisi anemon dan endosimbion zooxanthellae pada lingkungan terkontrol dalam
waktu dua bulan penelitian dan tiga minggu waktu tambahan dengan waktu aklimatisasi anemon dan ikan badut selama empat bulan memperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa anemon dengan perlakuan ikan badut tidak mengalami perubahan densitas zooxanthellae yang signifikan pada tiga minggu pertama
eksperimen dan mengalami peningkatan densitas yang signifikan pada minggu ke- 6 hingga minggu ke-8 eksperimen.
Tabel 3. Data perubahan densitas dan mitotik indeks zooxanthellae akuarium kontrol dan perlakuan selama masa eksperimen
Rata-Rata Sampel
Akuarium Densitas
Mitotik Indeks Preparat
Segar indcm
3
Preparat Histologi
indcm
2
Preparat Segar
Preparat Histologi
A1 H15-H0
9.970.545 2979
-0,24 -2,27
H30-H15 -19.630.538
10104 0,16
-0,53 A2
H15-H0 -14.453.980
-4458 -0,84
0,2 H30-H15
-20.843.254 -3104
0,36 7,3
Ket: A1: Akuarium Kontrol; A2: Akuarium Perlakuan H0: Hari ke-0; H15: Hari ke-15; H30: Hari ke-30
Daya adaptasi anemon yang baik terhadap kondisi terkontrol dan kondisi anemon yang sehat pada awal eksperimen sangat berpengaruh terhadap hasil
eksperimen yang dipelihara. Densitas zooxanthellae pada akuarium perlakuan terlihat menurun baik pada preparat segar maupun preparat histologis. Hal ini
menunjukkan bahwa daya adaptasi anemon akuarim perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan akuarium kontrol. Roopin dan Chadwick 2009
menggunakan sampel anemon untuk eksperimen yang diambil dari anemon hasil pengembangbiakan pada lingkungan terkontrol sehingga anemon tersebut dapat
lebih beradaptasi terhadap lingkungan pemeliharaan yang terkontrol saat penelitian dilakukan.
Keberadaan ikan badut yang terlihat belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketahanan anemon dalam penelitian ini juga dapat dikaitkan
dengan jumlah ikan badut yang dipasangkan dengan anemon yang dipelihara. Holbrook dan Smith 2003 dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa anemon
yang hidup bersimbiosis dengan dua ikan badut memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi tingkat kematian 7 dibandingkan dengan anemon yang
bersimbiosis dengan satu ikan badut tingkat kematian 14. Anemon bukan merupakan simbion obligat ikan badut di habitat aslinya, sehingga dapat bertahan
hidup tanpa ikan badut Godwin dan Fautin, 1992, Fautin dan Allen, 1997 in Roopin dan Chadwick, 2009. Saat dipelihara di akuarium, keduanya dapat hidup
terpisah Fautin and Allen,1997 in Roopin dan Chadwick, 2009 Mitotik indeks MI merupakan kecepatan pembelahan sel yang dinyatakan
dalam persentase sel yang mengalami pembelahan di dalam populasi zooxanthellae Manuputty, 1999. Penghitungan MI pada zooxanthellae diketahui
bertujuan untuk mengestimasi secara kuantitatif tingkat stress pada coelenterata maupun sebagai pengklarifikasi hubungan antara respon MI terhadap paparan
polutan spesifik Brown, 1988 in Brown dan Zamani, 1992. Proses pembelahan mitosis yang terjadi pada zooxanthellae menyeimbangkan
proses degradasi populasi yang terjadi pada organisme tersebut Titlyanov, 1996. Hal tersebut terlihat pada penelitian ini, dimana anemon yang mengalami
degradasi densitas akan senantiasa mengalami peningkatan pada nilai MI-nya. Jika dilihat pada tabel perubahan densitas dan MI pada zooxanthellae,
fluktuasi MI pada zooxanthellae tidak terlalu signifikan perubahan maksimum yang terjadi yaitu kenaikan mitotik indeks sebesar 7,3. Penelitian terdahulu