Penampakan visual morfologi anemon

penyakit, dan dengan mendapatkan makanan yang berasal dari jaringan tubuh mangsa, material buangan, dan krustase simbion anemon. Di sisi lain, anemon laut juga mendapatkan keuntungan yang sama. Selain itu,Hattori 1991, Srinivasan et al. 1999, dan Elliott dan Mariscal 2001 in Shuman, et al.2005 menjelaskan bahwa terdapat hirarki sosial dalam populasi ikan badut yang menghuni satu individu atau koloni anemon. Hal tersebut terjadi ketika pasangan ikan dewasa dominan akan berusaha untuk mengusir ikan badut lain maupun ikan yang lebih muda juvenil dari anemon yang sedang pasangan tersebut inangi. Keadaan berbeda terjadi dalam eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini dimana lingkungan akuarium yang terkontrol, ketersediaan makanan, ketidakberadaan pemangsa bagi anemon dan ikan badut, serta ketidakberadaan pesaing bagi ikan badut untuk memperoleh makanan dan tempat berlindung menjadikan beberapa bentuk interaksi yang terjadi di alam tidak terjadi di akuarium. Interaksi lainnya yang dapat terjadi pada ikan badut dan anemon adalah ikan badut membersihkan sela-sela tentakel anemon dari parasit dan kotoran yang menempel, sehingga mengurangi kemungkinan anemon terserang penyakit Mariscal, 1970. Hal tersebut tidak dapat dipastikan terjadi dalam penelitian ini dikarenakan lama waktu pengamatan yang terbilang singkat yang hanya dilakukan bersamaan dengan waktu pengamatan morfologi anemon. Perbedaan kenampakan tentakel terjadi antara anemon kontrol dengan anemon perlakuan. Anemon yang diinangi oleh ikan badut perlakuan terlihat lebih menegang dan menipis dibandingkan anemon yang tidak diinangi oleh ikan badut, terutama saat ikan badut bergerak aktif di sela-sela tentakel. Madhu, et al. 2009 dalam penelitiannya yang memelihara tiga jenis anemon bersamaan dengan ikan badut A. ocellaris memperlihatkan hasil bahwa tentakel anemon yang bukan merupakan simbion ikan tersebut mengecil selama tersentuh oleh ikan yang berenang di sekitar tentakel. Hal tersebut disebabkan pelepasan senyawa cnida penyengat dari tentakel.Hal berbeda terjadi pada penelitian ini, dimana ikan badut yang dipelihara terlihat nyaman tinggal di anemon. Ikan tidak terpengaruh oleh sengatan anemon karena dapat bergerak dengan bebas dan berdiam diri di sela-sela tentakel. Hal ini dilaporkan sebagai kemampuan yang telah dimiliki oleh ikan A. clarkii sejak lahir untuk dapat bertahan dari sengatan anemon Fukui, 1973; Miyagawa dan Hidaka, 1980 in Madhu, et al. 2009.

4.2.4. Densitas dan mitotik indeks zooxanthellae anemon

Setelah dilakukan eksperimen dengan memberikan perlakuan ikan badut terhadap anemon yang dipelihara, diperoleh hasil bahwa perubahan densitas kearah negatif terjadi pada anemon yang diberi perlakuan ikan badut Tabel 3. Jika dilihat dari hasil analisis statistiknya, dapat diketahui bahwa pada lingkup pengamatan per luasan tentakel terdapat pengaruh nyata dari pemberian ikan badut terhadap ketahanan anemon, tetapi pada lingkup pengamatan yang lebih luas per volume tentakel tidak terdapat pengaruh nyatadari pemberian ikan badut tersebut. Penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang interaksi antara ikan badut dan anemon memiliki waktu eksperimen lebih dari satu bulan. Holbrook dan Smith 2003 melakukan penelitian yang mengkaji pertumbuhan, reproduksi, dan ketahanan anemon yang hidup bersama dengan ikan badut di habitat aslinya selama 36 bulan tiga tahun. Kemudian, Roopin dan Cadwick 2009 yang mengkaji dampak positif dari ammonia yang dihasilkan ikan badut terhadap kondisi anemon dan endosimbion zooxanthellae pada lingkungan terkontrol dalam