Operasionalisasi Pegadaian Syariah Tinjauan Yuridis Tentang Gadai Syariah (RAHN) Di Kantor Pegadaian Syariah Di Lhokseumawe

60 Kedua, dengan terwadahinya ulama dalam Dewan Syariah Nasional, ulama dapat mengeluarkan fatwa-fatwanya guna pengembangan produk, perluasan jenis transaksi yang bisa dilakukan oleh pegadaian syariah, dan hal- hal operasional lainnya. Hal ini sangat penting, karena selama pegadaian syariah hanya boleh bergerak dalam menjalankan usahanya sesuai dengan patokan yang diberikan oleh dewan syariah nasional.

4. Operasionalisasi Pegadaian Syariah

Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional, Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama. Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan Surat Bukti Rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat. Di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek landasan konsep; teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang ketiga aspek tersebut, dipaparkan dalam uraian berikut, adapun yang menjadi teknik dalam transaksi sebagai: Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu. Universitas Sumatera Utara 61 1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. 2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. Rukun dari akad transaksi tersebut meliputi : a. Orang yang berakad : 1 Yang berhutang rahin dan 2 Yang berpiutang murtahin. b. Sighat ijab qabul c. Harta yang diRahnkan marhun d. Pinjaman marhun bih Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad Rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses Universitas Sumatera Utara 62 penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian Syariah mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai cara untuk menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian. Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi: 82 1. Akad, Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas. 2. Marhun Bih Pinjaman Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu. 3. Marhun barang yang di rahnkan. Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya. 4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur. 82 Http:Adnilvol.Blogspot.Com, Di Akses pada Tanggal 8 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara 63 5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi. Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya emas, berlian, kendaraan, dan lain- lain untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan jasa simpan dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang. Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan kesepakatan : 83 1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empat bulan . 2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90,- sembilan puluh rupiah dari kelipatan taksiran Rp 10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat melunasi pinjaman. 3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat pencairan uang pinjaman. Nasabah dalam hal ini pada pegadaian syariah diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka 83 Ibbid, Http:Adnilvol.Blogspot.Com, Di Akses pada Tanggal 8 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara 64 waktu empat bulan, mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi, atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya. Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS. Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian juga melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up menyokong modal kerja. 84 Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu: 84 Ibbid, Http:Adnilvol.Blogspot.Com, Di Akses pada Tanggal 8 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara 65 1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman. 2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian ; hutang piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain melakukan sesuai KUHPerdata yaitu menggunakan sistem jaminan fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan.

B. Pelaksanaan

Prinsip Gadai Rahn Pada Pegadaian Syariah Di Lhokseumawe Begitu banyak jalan pintas untuk mendapatkan pinjaman, semua menawarkan hasil yang cepat tapi dari segi kehalalanya diragukan. Semua itu adalah pilihan, apakah kita menginginkan yang hasil berkah atau hasil dari yang tidak baik, yang hasil tersebut hanya sesaat saja bisa musnah karena tidak diberkahi oleh Allah SWT. Keadaan setiap orang berbeda, ada yang kaya dan ada yang miskin, padahal harta sangat dicintai setiap jiwa. Lalu, terkadang di suatu waktu, seseorang sangat membutuhkan uang untuk menutupi kebutuhan-kebutuhannya yang mendesak. Namun dalam keadaan itu, dia pun tidak mendapatkan orang yang bersedekah kepadanya atau yang meminjamkan uang kapadanya, juga tidak ada penjamin yang menjaminnya. Universitas Sumatera Utara 66 Hingga ia mendatangi orang lain untuk membeli barang yang dibutuhkannya dengan cara berutang, sebagaimana yang disepakati kedua belah pihak. Bisa jadi pula, dia meminjam darinya, dengan ketentuan, dia memberikan barang gadai sebagai jaminan yang disimpan pada pihak pemberi utang hingga ia melunasi utangnya. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan ar-rahn gadai untuk kemaslahatan orang yang menggadaikan rahin, pemberi utangan murtahin, dan masyarakat. Untuk rahin, mendapatkan keuntungan berupa dapat menutupi kebutuhannya. Ini tentunya bisa menyelamatkannya dari krisis, menghilangkan kegundahan di hatinya, serta terkadang ia bisa berdagang dengan modal tersebut, yang dengan itu menjadi sebab ia menjadi kaya. Adapun murtahin pihak pemberi utang, dia akan menjadi tenang serta merasa aman atas haknya, dan dia pun mendapatkan keuntungan syar’i. Bila ia berniat baik, maka dia mendapatkan pahala dari Allah. Adapun kemaslahatan yang kembali kepada masyarakat, yaitu memperluas interaksi perdagangan dan saling memberikan kecintaan dan kasih sayang di antara manusia, karena ini termasuk tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa. Terdapat manfaat yang menjadi solusi dalam krisis, memperkecil permusuhan, dan melapangkan penguasa. Setiap sistem hukum mempunyai asas dan prinsip yang menjadi dasar dan tumpuan hukum itu. Dan dengan prinsip itu, dapatlah dikaji apakah suatu hukum itu kuat atau atau lemah dasarnya, berat atau ringan pelaksanaanya, bisa tetap dipertahankan atau tidaknya, dan apakah hukum itu sesuai atau tidaknya, dan apakah Universitas Sumatera Utara 67 hukum itu sesuai dengan keingginan masyarakat, sehingga diterima atau ditolak oleh masyarakat yang terkena pemberlakuan hukum tersebut. Fakta sejarah telah menunjukkan, bahwa Islam mempunyai daya tarik yang kuat, sehingga dalam waktu yang singkat hukum Islam dapat diterima oleh sebagian umat manusia atas dasar keimanan, bukan karena paksaan. Hal demikian itu tiada lain karena hukum Islam mempunyai asas dan prinsip yang mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya, dan untuk mengisi hidupnya dengan amalan-amalan yang baik dan berguna, serta sejalan dengan fitrah manusia yang sehat. 85 Dalam pelaksanaannya, adanya prinsip-prinsip yang menimbulkan hal-hal sebagai berikut yang kemudian menjadi ciri dalam Hukum Islam yang diterapkan dalam Pegadaian Syariah yaitu : 1. Pemilikan, oleh karena manusia itu berfungsi sebagai khalifah yang berkewajiban untuk mengelola alam ini guna kepentingan umat manusia maka ia berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam. 2. Atau dijadikan untuk suatu perusahaan swasta, atau ikut ambil bagian dari modal yang ditawarkan untuk investasi. Bisa saja perusahaan memberi keuntungan, bahkan mungkin kerugian. 3. Pelaksanaan perintah untuk berlomba-lomba berbuat baik. Ini dapat dimengerti dalam dua hal. Pertama berbuat baik atau amal saleh, dan kedua perbaikan mutu kualitas. 85 Muhammad Sallam Madkur, Al-Madkul Lil Fiqh Al-Islami, Cairo Dar an- Nahadh Al- ‘Arabiyah, 1960, hal.12-13. Universitas Sumatera Utara 68 4. Thaharah atau sesuci, kebersihan. Tidak hanya individu, tetapi juga masyarakat, pemerintah, perusahaan diwajibkan menjaga kebersihan. Karena setiap gerakan memerlukan, sebagai masukan, antara lain energi; maka sewaktu ia bergerak ia mengeluarkan kotoran yang harus dibuang. 5. Produk barang dan jasa harus halal. Baik cara memperoleh input, penggolahannya dan outputnya harus dapat dibuktikan halal. 6. Keseimbangan. Allah tidak menghendaki seseorang menghabiskan tenaga dan waktunya untuk beribadah dalam arti sempit, akan tetapi juga mengusahakan kehidupannya di dunia. 86 Gadai rahn di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya fasilitas Rahn, yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip- prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan. Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah, untuk solusi pendanaan yang sebagai berikut : 1. Cepat dan Praktis, karena tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang memberatkan. Konsumen cukup membawa barang-barang berharga milik pribadi, saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut, maka pinjaman dapat diperpanjang 86 Ibid, Eko Suprayitno, hal.4. Universitas Sumatera Utara 69 hanya dengan membayar sewa simpan dan pemeliharaan serta biaya administrasi. Sedangkan, 2. Menentramkan, karena sumber dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah, proses gadai berlandaskan prinsip syariah, serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami sehingga lebih syari dan menentramkan. 87 Mengenai hal dalam pelaksanaannya, nasabah rahin khususnya pada Pegadaian Syariah Lhokseumawe, seperti yang diutarakan oleh Indah salah satu nasabah pada Pegadaian Syariah Lhokseumawe menggungkapkan bahwa, ia lebih tertarik datang pada Pegadaian Syariah daripada peminjaman alternatif lain seperti bank, ia menjelaskan prosesnya tidak lama hanya 10 menit ia akan selesai, bila kantor Pegadaian yang ia datangi belum banyak nasabah rahin. 88 Sehubungan dengan hal yang dibahas diatas tersebut, pada kantor pegadaian syariah Lhokseumawe yang beroperasi sejak tahun 2003 yang telah dikonversikan dari pegadaian konvensional menjadi pegadaian syariah yang sistem operasinya di dukung oleh keinginan masyarakat Aceh untuk lebih mensyariatkan sistem ekonomi yang lebih Islami. Dimana Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Lhokseumawe menerapkan syariat Islam, yang merasakan kenyamanan dan merasa tidak berbuat dosa jika lebih memilih 87 Http:Www.Ekomarwanto.Com201111 Penerapan Teori dan Aplikasi Pegadaian. Html. Diakses Tgl 19 Mai 2012. 88 Wawancara dengan Nasabah Pegadaiaan, Indah, Lhokseumawe, Tanggal 19 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara 70 kegiatan yang lebih disarankan oleh ajaran syariat Islam, sehingga akan membawakan hasil yang halal dan mendapatkan keberkahan hasil dari Allah SWT. Sejalan dengan hal tersebut diatas apapun yang dilakukan harus sesuai anjuran dalam syariat Islam, khususnya bagi yang umat Islam yang taat dan yang takut akan berbuat dosa akan sangat hati-hati dalam memilih apapun itu, baik mulai dari lembaga penyimpanan uang hinga lembaga peminjaman uang. Hal tersebutlah yang mendorong minat masyarakat untuk memilih pegadaian syariah sebagai jalan keluar yang menentramkan hati karena diketahui bahwa pegadaian syariah menerapkan prinsip syariah yaitu prinsip rahn. Dalam pelaksanaan khususnya Pegadaian Syariah Pada Kantor Cabang di Lhokseumawe, Martius selaku Manager Usaha Rahn Pegadaian Syariah Cabang Lhokseumawe mengungkapkan, bahwa pelaksanaan dari prinsip gadai syariah rahn adalah tidak menggunakan sistem bunga, namun lebih menggunakan biaya jasa, sebagai penerimaan dan labanya, yang dengan pengenaan biaya jasa itu paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya unsur riba bunga dalam gadai syariah serta dalam usahanya pembentukan laba, maka gadai syariah dalam pelaksanaannya menjalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu: a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan Universitas Sumatera Utara 71 memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. b. Akad Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. 89 Dengan berjalannya hal tersebut diatas maka Hak dan kewajiban rahin dan murtahin Dalam keadaan normal hak dari rahin setelah melaksanakan kewajibannya adalah menerima uang pinjaman dalam jumlah yang sesuai dengan yang disepakati dalam batas nilai jaminannya, sedangkan kewajiban rahin adalah menyerahkan barang jaminan yang nilainya cukup untuk jumlah hutang yang dikehendaki. Sebaliknya hak dari murtahin adalah menerima barang jaminan dengan nilai yang aman untuk uang yang akan dipinjamkannya. Sedangkan kewajibanya adalah menyerahkan uang pinjaman sesuai dengan yang disepakati bersama Setelah jatuh tempo, rahin berhak menerima barang yang menjadi tanggungan hutangnya dan berkewajiban membayar kembali hutangnya dengan sejumlah uang yang diterima pada awal perjanjian hutang. Sebaliknya murtahin berhak menerima pembayaran hutang sejumlah uang yang diberikan pada awal perjanjian hutang, sedangkan 89 Wawancara dengan Martius, Manager Usaha Rahn Pegadaian Syariah Cabang Lhokseumawe, tanggal 12 Juni 2012. Universitas Sumatera Utara 72 kewajibannya adalah menyerahkan barang yang menjadi tanggungan hutang rahin secara utuh tanpa cacat. 90 Diatas hak dan kewajiban tersebut diatas, kewajiban murtahin adalah memelihara barang jaminan yang dipercayakan kepadanya sebagai barang amanah, sedang haknya adalah menerima biaya pemeliharaan dari rahin. Sebaliknya rahin berkewajiban membayar biaya pemeliharaan yang dikeluarkan murtahin, sedang haknya adalah menerima barang yang menjadi tanggungan hutang dalam keadaan utuh. Dasar hukum siapa yang menanggah biaya pemeliharaan dapat dirujuk dari pendapat yang didasarkan kepada hadist Nabi riwayat Al- Syafi’i dan Al-Darul quthni dari Muswiyah bin Abdullah bin Ja’far: “Ia pemilik barang gadai berhak menikmati hasilnya dan wajib memikul bebannya beban pemeliharaannya”. Dari tempat lain terdapat penjelasan bahwa apabila barang jaminan itu diizinkan untuk diambil manfaatnya selama digadaikan, maka pihak yang memanfaatkannya itu berkewajiban membiayainya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasullulah SAW: Dari Abu Hurairah, berkata, sabda Rasullulah SAW: “Punggung binatang apabila digadaikan, boleh dinaiki asal dibiayai, dan susu yang diperah apabila digadaikan, boleh juga diminum asal dibiayai, dan orang yang menaiki dan meminum itulah yang wajib membiayai.”HR. Al-Bukhari. 90 Op.cit, Http:Www.Ekomarwanto.Com201111 Penerapan Teori dan Aplikasi Pegadaian. Html. Diakses Tgl 19 Mai 2012. Universitas Sumatera Utara 73

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA GADAI RAHN PADA PEGADAIAN

SYARIAH DI LHOKSEUMAWE

A. Keadaan Wanprestasi

Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya hukum Islam di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan muammalah. Lembaga-lembaga ekonomi syari’ah tumbuh berkembang mulai dari lembaga pegadaian syari’ah maupun lembaga keuangan syariah non bank lainya. Perkembangan ini tentunya juga berdampak pada perkembangan sengketa atau konflik dalam pelaksanaannya. Mengingat hal tersebut diatas maka pembiayaan yang diberikan oleh murtahin pihak yang menahan suatu barang yang gadaikan Pegadaian mengandung resiko, maka pemberian pembiayaan dilandasi kepercayaan, kesanggupan serta kemampuan, dan itikad baik dari rahin peminjam untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, Pegadaian Syariah sebagai Murtahin penerima barang mempunya hak untuk menahan Marhun barang sampai semua utang rahin yang menyerahkan barang dilunasi. marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Akan tetapi pada kenyataannya harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud mengingat pembayaran pembiyaan yang diberikan tetap mengandung resiko dalam pelunasannya. Sebagaimana perikatan pada umumnya, prestasi merupakan isi dari perikatan yang timbul dari perjanjian. 73 Universitas Sumatera Utara 74 Dalam hal ini apabila rahin tidak mampu memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam akad maka ia dikatakan wanprestasi kelalaian. 91 Wanprestasi dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat terjadi karena, tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak dilakukan semestinya, menjalankan hal yang dijanjikan tetapi terlambat melaksanakannya, atau melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sehingga dapat dikatakan wanprestasi seorang rahin dapat berupa, sama sekali tidak memenuhi prestasi, tidak tunai memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, keliru memenuhi prestasi. Jika dihubungkan dengan pembiayaan macet, ada tiga macam perbuatan yang digolongkan dengan wanprestasi, yaitu meliputi : 1. Rahin sama sekali tidak membayar angsuran pembiayaan. 2. Rahin membayar sebahagian angsuran pembayaran. Pembayaran angsuran pembiayaan tidak dipersoalkan apakah rahin telah membayar sebahagian kecil atau sebahagian besar angsuran tetap tergolong pembiayaanya sebagai pembiayaan macet. 3. Rahin membayar lunas pembiayaan setelah jangka waktu yang diperjanjikan berakhir. Hal ini termasuk rahin membayar lunas setelah perpanjangan jangka waktu pembayaran yang telah disetujui murtahin dari awal saat akad. 91 Riduan Syarani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Alumni, tahun 2004, Bandung, hal. 218. Universitas Sumatera Utara 75 Pada dasarnya pelunasan pembayaran berlangsung secara bertahap cicilan dalam jangka waktu yang telah ditentukan saat akad, sehingga sangat meringankan rahin untuk melakukan pelunasan pembayaran dengan mengangsurkan. Tetapi dari keringanan tersebut terdapat kesulitan pembayaran yang dapat juga disebabkan oleh hal-hal yang berada diluar kemampuan rahin seperti kondisi perekonomian, adanya perubahan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi usaha rahin, dan faktor-faktor lainnya. Dalam hal yang terjadi demikian, murtahin pegadaian memberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan, mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi, atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo rahin belum mampu melunasi pinjaman uangnya. Jika rahin sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan menjadi hak rahin.

B. Akibat Terjadinya Wanprestasi Pada Pegadaian Syariah Lhokseumawe

Wanprestasi adalah kelalalaian atau kealpaan salah satu pihak terhadap kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian. Seorang rahin dikatakan wanprestasi, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya, atau memenuhi tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad. Secara umum adanya kelalaian atau wanprestasi tersebut harus dinyatakan terlebih dahulu Universitas Sumatera Utara 76 secara resmi suatu pernyataan lalai, dengan cara memperingatkan pihak yang lalai yaitu pihak rahin untuk melaksanakan kewajibannya. Untuk perjanjian pembiayaan pada dasarnya keadaan wanprestasi dapat langsung terpenuhi meskipun tanpa adannya peringatan lalai terlebih dahulu dari pihak murtahin Pegadaian, mengingat keadaan wanprestasi tersebut telah ternyata dengan lewatnya pemenuhan jatuh tempo pembayaran marhunbih hutang yang telah ditentukan. Pada umumnya wanprestasi yang dilakukan oleh rahin ialah rahin tidak melaksanakan kewajiban pembayaranpelunasan kewajiban sesuai tanggal jatuh tempo dalam akad atau jadwal angsuran yang ditetapkan. Adapun yang menyebabkan hal-hal tersebut terjadi diantaranya : 1. Itikad tidak baik dari rahin, yang sengaja menunda atau tidak membayar kewajiban pada waktunya, padahal ia memiliki kemampuan membayar pada saat itu. 2. Kurangnya pemantauan secara aktif pihak murtahin pegadaian dalam memantau kelancaran pembayaran rahin, termasuk didalamnya mengadakan komunikasi yang baik melalui telepon maupun melakukan kunjungan langsung ke rahin, walaupun pada faktanya rahin mengetahui dari surat bukti rahn SBR bahwasanya marhunnya barang jaminan akan segera dilelang karena telah jatuh tempo pembayaran. 92 92 Wawancara dengan Martius, Manager Usaha Rahn Pegadaian Syariah Cabang Lhoseumawe, tanggal 12 Juni 2012. Universitas Sumatera Utara 77 Berdasarkan hal tersebut diatas, hal yang sering terjadi pada pegadaian syariah cabang Lhokseumawe adalah disaat terakhir ketika menjelang barang marhun dilelang, banyak rahin menginginkan kembali barangnya marhun. Ditahap inilah pihak pegadaian murtahin akan memperbaharui kembali cara akad perjanjian seperti pada pertama kali atau rahin peminjam sekaligus membayar lunas sehingga barang marhun belum masuk ketahap pelelangan. Bilapun telah masuk ketahap pelelangan rahin peminjam akan mengusulkan agar barang marhun bisa kembali kepadanya, akibat sengketa seperti ini sering muncul karena kelalaian seorang rahin peminjam sehingga memicu sengketa antara pihak rahin dan murtahin. 93

C. Penyelesaian Sengketa

Gadai Rahn Pada Pegadaian Syariah Di Lhokseumawe Pegadaian Syariah harus sesuai dengan Syariah Islam, dimana dalam memutuskan suatu penyelesaian sengketa harus dilatar-belakangi dari Al-Quran dan As-Sunnah. Menurut Ahmad Rofiq, penyelesaian dengan cara berdamai, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Salam Madkur, bahwa Bin Khattab Ra menasehatkan agar diantara pihak yang mempunyai urusan dapat memilih cara damai. Umar Ra berkata : “boleh mengadakan perdamaian diantara kaum muslimin, kecuali menggadakan perdamaian yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal”. Lebih tegas lagi umar memerintahkan :“kembalikanlah penyelesaian perkara diantara sanak saudara sehingga mereka dapat menggadakan 93 Wawancara dengan Martius, Manager Usaha Rahn Pegadaian Syariah Cabang Lhoseumawe, tanggal 19 November 2012. Universitas Sumatera Utara 78 perdamaian, karena sesungguhnya penyelesaian pengadilan itu menimbulkan perasaan tidak enak”. 94 Begitu juga dalam fiqh Islam, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dalam perdamaian. Adapun dikemukakan beberapa alternatif penyelesaian sengketa bagi para pihak yang menggadakan perjanjian, apabila terjadi suatu perselisihan, yaitu :

1. SULH Perdamaian