39
Menurut Akram Khan,
50
bahwa gadai syariah sebagai konsep hutang piutang yang sesuai dengan syariah, karenanya bentuk yang lebih tepat adalah skim
qardhul hasan, disebabkan kegunaannya untuk keperluan yang sifatnya sosial. Pinjaman tersebut diberikan gadai syariah untuk tujuan kesejahteraan, seperti
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan darurat lainnya, terutama diberikan untuk membantu meringankan beban ekonomi para orang yang berhak menerima zakat
mustahiq.
51
Dalam bentuk qardhul hasan ini, hutang yang terjadi wajib dilunasi pada waktu jatuh tempo tanpa ada tambahan apapun yang disyaratkan kembali
pokok. Peminjam hanya menanggung biaya yang secara nyata terjadi, seperti, biaya administrasi, biaya penyimpanan dan dibayarkan dalam bentuk uang,
bukan prosentase. Peminjam pada waktu jatuh tempo tanpa ikatan syarat apapun boleh menambahkan secara sukarela pengembalian hutangnya.
52
5. Produk dan Jasa Gadai Syariah
Dalam perkembangan saat ini, bentuk perolehan pendapatan Pegadaian syariah dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya administrasi qardhul hasan,
jasa penyimpanan ijarah, jasa taksiran, galeri, dan bagi hasil atau profit loss sharing PLS dari skim rahn, mudharabah, ba’i muqayyadah, maupun musyarakah.
53
Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh gadai syariah kepada masyarakat, yaitu antara lain :
50
Muhammad Akram Khan, Op, cit, hlm. 181-183.
51
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 202.
52
Muhammad, Op. cit, hlm 5
53
Muhammad, Op. cit, hlm. 89.
Universitas Sumatera Utara
40
1. Pemberian pinjamanpembiayaan atas dasar hukum gadai syariah; Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai syariah berarti mensyaratkan pemberian
pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh rahin. Konsekuensinya bahwa jumlah pinjaman yang diberikan kepada masing peminjam sangat
dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan digadaikan.
2. Penaksiran Nilai Barang; Pegadaian syariah dapat memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu barang. Jasa ini dapat diberikan gadai syariah
karena perusahaan ini mempunyai peralatan penaksir, serta petugas yang sudah berpengalaman dan terlatih dalam menaksir nilai suatu barang yang
akan digadaikan. Barang yang akan ditaksir pada dasarnya, meliputi semua barang bergerak dan tidak bergerak yang dapat digadaikan. Jasa taksiran
diberikan kepada mereka yang ingin mengetahui kualitas, terutama perhiasan, seperti: emas, perak, dan berlian.
54
Masyarakat yang memerlukan jasa ini, biasanya dengan ingin mengetahui nilai jual wajar atas barang berharganya
yang akan dijual. Atas jasa penaksiran yang diberikan, gadai syariah memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos penaksiran.
3. Penitipan Barang Ijarah; Gadai syariah dapat menyelenggarakan jasa penitipan barang ijarah, karena
perusahaan ini mempunyai tempat penyimpanan barang bergerak, yang cukup
54
Sony Heru Priyanto, Pegadaian Menuju Era Stick to the Customer, Majalah Usahawan, Nomor 10, tahun XXVI Oktober 1997: Jakarta, hlm. 47.
Universitas Sumatera Utara
41
memadai. Gudang dan tempat penyimpanan barang bergerak lain milik gadai syariah, terutama digunakan menyimpan barang yang digadaikan. Mengingat
gudang dan tempat penyimpanan lain ini tidak selalu dimanfaatkan penuh, maka kapasitas menganggur tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberikan
jasa lain, berupa penitipan barang. Jasa titipanpenyimpanan, sebagai fasilitas pelayanan barang berharga dan lain-lain agar lebih aman, seperti: barangsurat
berharga sertifikat motor, tanah, ijasah, dll. yang dititipkan di Pegadaian syariah. Fasilitas ini diberikan kepada pemilik barang yang akan bepergian
jauh dalam waktu relatif lama atau karena penyimpanan di rumah dirasakan kurang aman.
55
Atas jasa penitipan yang diberikan, gadai syariah memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos penitipan.
56
4. Gold Counter; Jasa ini menyediakan fasilitas tempat penjualan emas eksekutif yang terjamin
sekali kualitas dan keasliannya. Gold counter ini semacam toko dengan emas Galeri 24, setiap perhiasan masyarakat yang dibeli di toko perhiasan milik
pegadaian akan dilampiri sertifikat jaminan, untuk merubah image dengan mencoba menangkap pelanggan kelas menengah ke atas. Dengan sertifikat
itulah masyarakat akan merasa yakin dan terjamin keaslian dan kualitasnya dan lain-lain.
57
55
Sony Priyanto, Op,cit, hlm. 48.
56
Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru; dan A. Totok Budi Santoso, Op cit, hlm. 182-183.
57
Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru; dan A. Totok Budi Santoso, Ibid, hlm. 183
Universitas Sumatera Utara
42
Namun menurut Abdullah Saeed,
58
dua produk yaitu mudharabah dan musyarakah sulit untuk diterapkan, yang masih menduduki 0-30 usaha bisnis
pembiayaan. Hal ini berdasarkan penelitiannya terhadap yang beroperasi di Timur Tengah, membuktikan bahwa LKS lembaga keuangan syariah enggan menjalankan
kedua produk skim itu, karena risiko yang mungkin diterimanya sangat tinggi, sehingga suatu risiko yang bersama dengan berjalannya waktu, telah memaksa LKS
lembaga keuangan syariah untuk ‘merenovasi’ bentuk dan isi mudaharabah dan musyarakah dengan skim murabahah qardhul hasan dan ijarah, yang bisnis ini
nyaris tanpa risiko, suatu model jual beli yang pihak pembeli, karena satu dan lain hal tidak dapat membeli langsung barang yang diperlukannya dari pihak penjual,
sehingga ia memerlukan perantara untuk dapat membeli dan mendapatkannya. Pada dasarnya semua marhun, baik bergerak maupun tak bergerak, dapat
digadaikan sebagai jaminan dalam gadai syariah. Namun, menurut Basyir yang memenuhi syarat sebagai berikut:
59
a. Merupakan benda bernilai menurut hukum syara’; b. Sudah ada wujudnya ketika perjanjian terjadi;
c. Mungkin diserahkan seketika kepada murtahin.
58
Arif Maftuhin, dalam Kata Pengantar, Abdullah Saeed : Islamic Banking and Interest: Study of Riba and Its Contemporary Interpretation, Arif Maftuhin Penterjemah, Cetakan 1, Paramadina,
Jakarta: 2004. hlm. Ix.
59
A.A. Basyir, Hukum Islam Tentang Riba, Utang-Piutang Gadai, Al-Ma’arif, Bandung: 1983, hlm. 52. dalam Muhammad dan Solikhul Hadi, Op.cit, hlm 82.
Universitas Sumatera Utara
43
Adapun menurut Syafi’iyah bahwa barang yang dapat digadaikan itu berupa semua barang yang boleh dijual. Menurut pendapat ulama yang rajih unggul bahwa
barang-barang tersebut harus memiliki 3 tiga syarat, yaitu;
60
1. Berupa barang yang berwujud nyata di depan mata, karena barang nyata itu dapat diserahterimakan secara langsung;
2. Barang tersebut menjadi milik rahin, karena sebelum tetap barang tersebut tidak dapat digadaikan;
3. Barang yang digadaikan harus berstatus sebagai piutang bagi pemberi pinjaman.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kategori marhun dalam sudut hukum Islam tidak hanya berlaku bagi barang bergerak saja, namun juga
meliputi barang yang tidak bergerak dengan catatan barang tersebut dapat dijual. Namun, mengingat keterbatasan tempat penyimpanan, keterbatasan SDM di
Pegadaian syariah, perlunya meminimalkan risiko yang ditanggung gadai syariah, serta memperhatikan peraturan yang berlaku, maka ada barang tertentu yang tidak
dapat digadaikan. Barang yang tidak dapat digadaikan itu, antara lain: a. Surat utang, surat aksi, surat efek, dan surat-surat berharga lainnya;
b. Benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya memerlukan izin;
c. Benda yang hanya berharga sementara atau yang harganya naik turun
60
Al-Imam Taqiyuddin Husain, Kafayatul Akhyar, Alih Bahasa Achmad Zaidun dan A. Ma’ruf Asrori, Jilid 2, PT. Bina Ilmu, Surabaya: 1997, Ibid, hlm 83.
Universitas Sumatera Utara
44
dengan cepat, sehingga sulit ditaksir oleh petugas gadai.
61
B.1. Prinsip Gadai Rahn Berdasarkan Syariah Hukum Islam
Agama Islam adalah risalah pesan-pesan yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad SAW sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum
sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan khaliqnya dan sesama manusia. Islam
datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu. Yakni mampu memecahkan seluruh problematika
kehidupan manusia baik yang meliputi aspek ritual ibadah maupun sosial muammalah. Dengan demikian akan dapat digali berbagai cara pemecahan setiap
masalah yang timbul dalam kehidupan manusia. Sistem dalam Islam tidak hanya didasari dari undang-undang pemerintah
tetapi juga dilandasi dari ajaran-ajaran hukum Islam yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran, dan diterangkan dalam syariah Islam. Memang dalam Al-Quran
belum secara detail dan terperinci setiap pokok pembahasan masalah yang menyangkut perekonomian, tetapi banyak hadist-hadist Rasulullah membahas dan
mengklasifikasikan setiap pokok permasalahan untuk memudahkan aplikasinya dalam kehidupan sosial masyarakat, sedangkan sunah-sunah Rasulullah adalah
sebagai sumber utama kedua dalam ajaran-ajaran dalam hukum Islam.
62
61
Mariam Darus, 1987 hlm. 37, dalam Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Edisi 1, Cetakan 2, Sinar Grafika, Jakarta: 2000, hlm. 110.
62
Muhammad Saddam, Perspektif Ekonomi Islam, Pustaka Ibadah, Jakarta-Indonesia, tahun 2003, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
45
Dalam menjawab permasalahan yang timbul peranan hukum Islam dalam konteks modern dan ini sangat diperlukan dan tidak dapat dihindarkan. Rumitnya
permasalahan umat yang selalu berkembangnya zaman membuat hukum Islam harus memperlihatkan sifat elastisitas dan fleksibilitas guna memberikan yang terbaik serta
dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Prinsip dan asas Hukum Islam dalam mencapai tujuan kemaslahatan manusia menanandai perbedaan karakter atau
ciri hukum Islam dengan hukum-hukum lainnya, terutama hukum positif. Hukum Islam memiliki karakteristik-karakteristik yang unik dan khas, yang merangkul
dimensi humanis dan dimensi transendental secara bersamaan. Di antara ciri-ciri hukum Islam ialah berpijak pada wahyu sebagai fondasi, akhlak dan agama, dan
kolektivisme.
63
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang universal sifatnya, yaitu berlaku bagi setiap orang di
manapun ia berada dan apapun nasiolismenya. Adapun tujuan dari hukum Islam pada hakikatnya adalah untuk merealisir kemaslahatan umum dan mencegah kemafsadatan
bagi umat manusia.
64
Kata prinsip berarti asas yakni kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya.
65
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip Hukum
63
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Graha Ilmu, tahun 2007, Yogyakarta, hal. 40.
64
Muhtar Yahya, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, Al-Ma’arif, Bandung, tahun 1993, hal.333.
65
W.J.S. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1976, hal. 768.
Universitas Sumatera Utara
46
Islam, ialah cita-cita yang menjadi pokok dasar dan landasan Hukum Islam, adapun prinsip-prinsip dari Hukum Ekonomi Islam adalah :
1. Tauhid Tauhid Ketuhanan Yang Maha Esa, ialah suatu prinsip yang menghimpun
seluruh manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdapat dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 64.
2. Berkomunikasi langsung Berkomunikasi langsung dengan Allah tanpa perantara sebagaimana firman
Allah, dalam Surat Al-Mu’min ayat 60. 3. Menghargai fungsi akal
Menghargai fungsi akal, sehingga seseorang menjadi Mukallaf dibebani kewajiban atau tidak tergantung kepada sehattidaknya akal pikirannya. Di
dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat yang menyerukan manusia agar menggunakan akal pikirannya, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 44 dan 76,
Yusuf ayat 2, dan Yasin ayat 62. 4. Menyempurnakan Iman
Menyempurnakan akidahiman dengan akhlak yang mulia yang dapat membersihkan jiwa dan meluruskan kepribadian seorang, seperti dalam
firmankan Allah dalam Al-Quran surat Al- Furqan ayat 63. 5. Menjadikan kewajiban untuk membersihkan jiwa
Menjadikan segala macam beban kewajiban agama demi memperbaiki dan mensucikan
jiwa manusia,
dan bukan
untuk menghancurkan
dan
Universitas Sumatera Utara
47
menundukkan badan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 dan surat At-taubat ayat 103.
6. Memperhatikan kepentingan Agama dan dunia dalam membuat hukum, karena hukum itu hukum Islam tidak hanya mengenai
akidah dan ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, Allah, melainkan juga mengenai muammalah dan akhlak yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan makhluk tuhan lainnya. Bahkan ajaran Islam tentang akhlak ada pula yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah. 7. Persamaan dan keadilan
Prinsip persamaan dan keadilan, yang memperlakukan semua manusia sama dihadapan Allah, dan di hadapan hukum dan pemerintahan. Tidak ada
diskriminasi karena perbedaan bangsa, suku, adat-istiadat, bangsa, bahasa, agama dan kepercayaan dan sebagainya tersebut dalam surat Al-Hujurat ayat
13. 8. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Prinsip amar ma’ruf mengajak kebaikan dan nahi mungkar mencegah kejahatan. Prinsip ini besar sekali peranan dan faedahnya bagi kehidupan
beragama, bermasyarakat mulai unit terkecil, yakni keluarga sampai yang
Universitas Sumatera Utara
48
besar dan dunia internasional, tergantung ada tidaknya semangat amar ma’ruf dan nahi mungkar itu.
66
Sehubungan dengan Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa Rahn adalah aturan yang telah dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran dan Sunnah wajib
menjadi sumber dalam kehidupan bermuammalah tersebut tidak ada kata perintah atau anjuran, maka manusia boleh berijtihad sepanjang tidak dilarang. Penggaturan
tentang Rahn sebagai muammalah masih terdapat perbedaan pendapat para ulama, sebagaimana dalam rukun rahn yang mana pendapat mazhab Hanafi menyatakan
bahwa rukun rahn adalah ijab pernyataan menyerahkan barang sebagai agunan oleh pemilik barang tersebut. Akan tetapi disamping itu, untuk kesempurnaan dan
mengikatnya akad rahn ini, maka diperlukan Al-Qabdh pengguasaan barang oleh pemberi uang, adapun kedua orang yang melakukan akad, harta atau barang yang
dijadikan agunan dan utang, menurut ulama Hanafi termasuk syarat-syarat Rahn, bukan rukunnya.
67
Pegadaian syariah yang bermuammalah tidak membedakan seorang muslim dengan non-muslim. Inilah salah satu hal yang menunjukkan sifat universalitas ajaran
Islam. Dalam hal muammalah, prilaku kehidupan individu dan masyarakat ditujukan ke arah bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal inilah yang menjadi
subjek yang dipelajari dalam ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dari ekonomi tradisional. Sesuai konsep prinsip dan
66
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah, Haji Masa Agung, Jakarta, tahun 1992, hal.33.
67
Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Gaya Media Pratama, Jakarta, tahun 2000, hal.254.
Universitas Sumatera Utara
49
variabel, sistem ekonomi Islam yang dilakukan sebagai suatu variabel haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip dalam hukum Islam.
68
Prinsip rahn pada gadai syariah merupakan bagian prinsip-prinsip syariah dalam Hukum Islam khususnya dan perekonomian Islam umumnya. Tentunya prinsip
rahn tersebut mempunyai andil terhadap keberadaan dari keseluruhan sistem perekonomian Islam. Ratusan tahun sudah ekonomi dunia di dominasi oleh sistem
bunga. Hampir semua perjanjian dibidang ekonomi dikaitkan dengan bunga. Banyak negara yang telah dapat mencapai kemakmurannya dengan sistem bunga ini di atas
kemiskinan negara lain sehingga terus-menerus terjadi kesenjangan. Ekonomi yang berbasis bunga tidak hanya dipraktekan lembaga ekonomi dan keuangan yang biasa
kita sebut Bank, tetapi juga mewarnai lembaga ekonomi dan keuangan non bank seperti Pegadaian Syariah.
Tidak dipungkiri oleh siapapun yang dapat berpikir jernih dan logis, bahwa Islam merupakan suatu sistem hidup, suatu pedoman hidup. Sebagai suatu pedoman
hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan mencakup keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar, aturan-aturan tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian
yaitu aqidah, akhlak dan syariah. Dua bagian pertama, aqidah dan akhlak bersifat konstan, sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan kehidupan manusia.
69
Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan Sang Pencipta-Nya, sedangkan muammalah digunakan sebagai
68
Ibid. Muhammad, hal.2.
69
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Graha Ilmu, tahun 2005, Yogyakarta, hal.1.
Universitas Sumatera Utara
50
aturan main manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Muammalah inilah yang menjadi obyek paling luas yang harus digali manusia dari masa ke masa, karena
seiring dengan perkembangan kebutuhan hidup manusia akan senantiasa berubah. Jadi jelaslah bahwa pada pegadaian syariah telah menerapkan Prinsip-prinsip
gadai syariah rahn berdasarkan Hukum Islam yang diberlakukan pada produk gadai syariah di Pegadaian adalah ;
1. Tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, 2. Menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan 3. Melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa sebagai penerimaan
labanya, yang dengan pengenaan bagi hasil dan biaya jasa tersebut menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya. Maka pada dasarnya,
hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk
marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk kepentingan komersil dengan mengambil
keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa
menghiraukan kemampuan orang lain.
70
Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan kegiatan multiguna. rahn sebagai produk pinjaman, berarti Pegadaian syariah hanya
memperoleh imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan, pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya digunakan bagi keperluan
70
Op.cit, Muhammad dan Solikhul Hadi, hlm. 63.
Universitas Sumatera Utara
51
fungsi sosial-konsumtif, seperti kebutuhan hidup, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan, berarti Pegadaian syariah memperoleh
bagi hasil dari usaha rahin yang dibiayainya.
71
Sehingga bisa dikatakan bahwa pegadaian syariah, dalam menerapkan prinsip rahn telah layak dan jauh dari riba,
untuk dijadikan solusi pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana cepat bagi masyarakat semua yang membutuhkan pada masa sulit.
72
Masih berkaitan dengan hal diatas, Indah seorang nasabah rahin pada Pegadaian Syariah kantor Lhokseumawe, mengatakan bahwa ia merasakan manfaat
dengan hadirnya pegadaian yang berbasiskan syariah, karena dia hanya membayar ijarah dan administrasi per 10 hari, tetapi jika pun tidak membayar mencicil, ia akan
melunasi cicilan pada tanggal jatuh tempo. Dan ia mengakui bahwa ia merasa tertolong dengan aturan yang diterapkan oleh pegadaian syariah tersebut karena tidak
riba, karena ia hanya mengembalikan pembayaran sesuai yang ia pinjam dan tidak ada pengembalian berlipat ganda ditambah bunga.
73
71
Yadi Janwari dan H.A. Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan, Edisi I, Cetakan I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002, hlm.80.
72
Wawancara dengan
Martius, Manager
Usaha Rahn
Pegadaian Syariah
Cabang Lhoseumawe, tanggal 19 November 2012.
73
Wawancara dengan Nasabah Pegadaiaan, Indah, Lhokseumawe, Tanggal 19 Desember 2012.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB III PELAKSANAAN PRINSIP GADAI SYARIAH RAHN PADA PEGADAIAN
SYARIAH DI LHOKSEUMAWE A. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, dan Operasionalisasi Pegadaian
Syariah Rahn dalam Pelaksanaannya.
Transaksi hukum gadai dalam Fiqh Islam disebut ar-Rahn. Ar-Rahn adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.
Pengertian ar-Rahn dalam bahasa Arab adalah atstsubut wa ad-dawam, yang berarti “tetap” dan “kekal”, seperti dalam kalimat maun rahin, yang berarti air yang tenang.
Hal itu, berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Muddatstsir 74 ayat 38 yaitu : “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
74
Begitupun dengan pelaksanaan gadai syariah merupakan suatu upaya untuk menampung keinginan masyarakat khususnya umat muslim yang menginginkan
transaksi kredit sesuai Syariat Islam. Dengan demikian Pegadaian Syariah memiliki perbedaan mendasar dengan pegadaian konvensional dalam pengenaan biaya.
Pegadaian konvensional memungut biaya dalam bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda, lain halnya dengan biaya di Pegadaian Syariah yang
tidak berbentuk bunga, tetapi berupa biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran. Biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya sekali saja.
Keberadaan Pegadaian Syariah menurut Dahlan Siamat dimaksudkan untuk melayani pasar dan masyarakat, yang secara kelembagaan dalam pengelolaan
74
Loc,cit, Rahmat Syafei, dalam Huzaimah T. Yanggo, hal. 59.
52
Universitas Sumatera Utara
53
menerapkan manajemen
modern, yaitu
menawarkan kemudahan,
kecepatan, keamanan, dan etos hemat dalam penyaluran pinjaman. Karena itu, kalau pegadaian
Syariah mengusung moto “Mengatasi Masalah Sesuai Syariah”.
75
Sebuah organisasi memerlukan perangkat, sama seperti pegadaian syariah juga
memerlukan perangkat
dan peralatan,
perlengkapan untuk
menunjang pelaksanaannya kinerja sebuah perusahaan. Selain yang paling utama ialah tugas
pokok dan fungsi yang jelas bagi setiap staff untuk terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan ketika membuat Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan RKAP,
Rancangan Jangka Panjang RJP, dan Rancangan kerja tahunan.
76
1. Stuktur