Faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih produk rahn di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Ciputat

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM MEMILIH PRODUK RAHN DI KANTOR CABANG PEGADAIAN SYARIAH

CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Serjana Ekonomi Islam (S.E,Sy)

Oleh

MUKHLIS ADIB

1110046100172

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

FAKTOR_ FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM

MEMILIH

PRODUK RAHN DI KANTOR CABANG PBGADAIAN SYARIAH

CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)

Oleh: MUKHLIS ADIB

1r10046100t72

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 Mt 1436 H Di Bawah Bimbingan


(3)

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

Skripsi berjudul

(6FAKTOR

FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHT

MASYARAKAT

DALAM MEMILIH

PRODUK RAHN

DI

KANTOR

CABANG PEGADAIAN SYARTAH CTPUTAT" telah diuji dalam sidang

Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Serjana Ekonomi Syariah (SE,Sy) pada program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 22 Oktober 2014 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN

Ketua H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag. MH

NrP.

19740725200fi21001

(.. . .. .. .. .. ... . . .. ..'. .. \J\ ./ Sekretaris Abdurrauf, Lc. MA

NrP. 1 973t21520050 1 I 002

Ahmad Chairul Hadi. MA. NrP. 1 9720 5312007 101002 Pembimbing

Penguji I Ir. H. Muhamm

NIP. I 96106241985121001

Penguji II

L)

Yuke Rahmawati. S.Ag" MA

NIP. I 97509032007 012023

IM i9680812 I 99903 1


(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Serjana Ekkonomi Syariah (S.E,Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2014


(5)

iv

ABSTRAK

Mukhlis Adib, 1110046100172, “Faktor – Raktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Memilih Produk Rahn di Pegadaian Syariah Kantor Cabang Ciputat” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Pegadaian merupakan lembaga jaminan yang telah sangat terkenal dikehidupan masyarakat dalam upaya untuk mendapatkan dana guna mempermudah berbagai kebutuhan transaksi. Gadai dalam Fiqih Islam disebut sebagai Ar-rahn. Ar-rahn adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai jaminan utang dan banyak sekali faktor – faktor yang mendorong minat masyarakat memilih pegadaian syariah sebagai mitra transaksi untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan. Adapun aspek legal gadai berdasarkan sistem syariah ini berdasarkan fatwa – fatwa dewan syariah nasional (DSN) majlis ulama indonesia (MUI) yakni fatwa No. 25/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn yang disahkan pada tanggal 26 juni 2002 dan fatwa No. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas. Memberikan legalitas kepada pegadaian yang cukup kuat untuk melakukan transaksi gadai berdasarkan sistem syariah

Metode pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuntitatif melalui penelitian lapangan (obsevasi) berupa penyebaran kuesioner kepada masyarakat yang menggunakan produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat, menggunakan data primer dan skunder dan studi keputakaan dengan metode statistik non parametrik.

Hasil penelitian yang dikaji adalah masyarakat memilih Pegadaian Syariah untuk menggadai barang mereka karena faktor kebutuhan konsumsi dan pengembangan usaha. Dalam penelitian ini penulis mengukur tiga faktor (aspek lokasi, tarif ujroh, aspek syariah) yang mempunyai hubungan signifikan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat

Kata Kunci : faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat, rahn di Pegadaian, keputusan masyarakat


(6)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis hantarkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga – keluarganya dan para sahabat – sahabatnya serta para ulama – ulama yang tetap istiqomah menyebarkan agama islam sampai masa sekarang.

Perkenankanlah saya sebagai penulis untuk memberikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada para pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini dan kepada para pihak yang telah mendukung selama saya menjalankan studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai selesai. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA., Ph.D. selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H. selaku ketua jurusan muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Anwar Abbas, Dr., H., M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan kritik serta saran kepada kenulis.


(7)

vi

4. Bapak Ahmad Chairul Hadi, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta perhatian membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.

5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua saya tercinta, Bapak Muhammad MZ dan Ibu Hasanah yang selama ini selalu mendoa kan saya tanpa rasa lelah dimanapun saya berada, dan selalu berdoa dalam penyelesaian skripsi ini, serta adik saya tercinta, Maria Ulpa. 8. Teman – teman seperjuangan angkatan 2010 khususnya teman PS D, terima

kasih atas informasi yang diberikan berkaitan studi ataupun tidak, dan untuk suasana kekeluargaan yang diberikan selama masa kuliah.

9. Seorang muslimah yang bernama Farhah yang selalu mendukung dan memberi support baik berupa tenaga, waktu dan pikiran dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Hanya kepada Allah SWT penulis memohon bimbingan serta menggantungkan semua harapan.


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pokok Permasalahan ... 6

1. Indentifikasi, Pembatasan ... 6

2. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 6

1. Tujuan Penulisan ... 6

2. Manfaat Penulisan ... 7


(9)

viii

E. Teknik Penulisan ... 26

F. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Prilaku Konsumen ... 28

1. Pengertian Prilaku Konsumen ... 28

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 29 3. Pembentukan Perubahan Sikap Konsumen ... 34

4. Prilaku Konsumen Dalam Islam ... 36

B. Keputusan Konsumen ... 38

C. Rahn ... 41

1. Pengertian Rahn ... 41

2. Dasar Hukum Rahn ... 43

3. Rukun Dan Syarat Rahn ... 47

4. Resiko Kerusakan Barang Yang Digadaikan ... 50

5. Masalah Riba Dalam Gadai ... 51

6. Pengambilan Manfaat Barang Gadai ... 51

7. Gadai Di Lembaga Keuangan Syariah ... 53


(10)

ix

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 56

B. Sumber Data ... 58

C. Teknik Pengumpulan Data ... 58

D. Populasi Dan Sampel ... 60

1. Populasi ... 60

2. Sampel ... 60

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 61

4. Ketentuan Jumlah Sampel ... 61

E. Teknik Analisis Data ... 63

1. Validitas Dan Reabilitas ... 63

2. Hipotesis Penelitian ... 65

3. Operasional Variabel ... 66

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Profil PT pegadaian (persero) ... 68

1. Sejarah Perusahaan ... 68

B. Gambaran Produk Rahn ... 70

1. Peraktek Rahn Pada Masa Rosulullah ... 70

2. Peraktek Rahn Masa kini ... 71


(11)

x

1. Profil Responden ... 73

2. Pembahasan Deskriptif Nasabah Berkaitan Dengan Produk Rahn ... 77

3. Pembahasan Deskriptif Aspek Lokasi ... 80

4. Pembahasan Deskriptif Tarif Ujroh ... 82

5. Pembahasan Deskriptif Aspek Syariah ... 85

6. Pembahasan Deskriptif Nasabah Dalam Memilih Produk Rahn ... 89

D. Pembahasan Korelasi ... 97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.D ... 8

Tabel 2.1.E ... 63

Tabel 3.1.E ... 64

Tabel 4.2.2.A ... 73

Tebel 5.1.B ... 73

Tabel 6.1.B ... 74

Tabel 7.1.B ... 75

Tabel 8.1.B ... 76

Tabel 9.2.B ... 77

Tabel 10.2.B ... 78

Tabel 11.2.B ... 79

Tabel 12.3.B ... 80


(13)

xii

Tabel 14.4.B ... 82

Tabel 15.4.B ... 83

Tabel 16.4.B ... 84

Tabel 17.5.B ... 85

Tabel 18.5.B ... 86

Tabel 19.5.B ... 87

Tabel 20.5.B ... 88

Tabel 21.6.B ... 89

Tabel 22.6.B ... 90

Tabel 23.6.B ... 91

Tabel 24.6.B ... 92

Tabel 25.6.B ... 93

Tabel 26.6.B ... 94


(14)

xiii

Tabel 28.6.B ... 96

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 ... 41


(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perbankan yang berlandaskan syariah muncul sebagai dinamika perbankan konvensional. Di Indonesia hadir sebagai gerakan awal yaitu Bank Muamalat Indonesia bank yang berlandaskan syariah yang ditopang oleh UU No. 7 tahun 1992. Akan tetapi undang – undang yang menjadi regulasi perbankan syariah tersebut belum begitu kokoh, namun tetap merupakan tonggak penting bagi keberadaan bank syariah di Indonesia. Dengan berkembang pesatnya bank syariah di Indonesia akhirnya pemerintah merevisi UU No. 7 tahun 1992 dengan UU No. 10 tahun 1998 untuk memperkokoh payung regulasi perbankan syariah di Indonesia. Bahkan dalam undang – undang tersebut dijelaskan bahwa bank konvensional diperbolehkan membuka unit yang berbasis syariah.1

Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.2

1

Amir Mahmud dan H. Rukmana, Bank Syariah : teori, kebijakan, dan studi empiris di indonesia (Jakarta, penerbit Erlanggga, 2010) h.6.

2Maryana Yunus, “Investasi Gadai Emas Syariah”,

Majalah Sharing edisi 38 tahun IV, Februari 2010, h. 18.


(16)

2

Salah satu lembaga ekonomi yang turut mewarnai pembangunan ekonomi masyarakat adalah lembaga keuangan syariah. Seiring lahirnya undang–undang yang mengandung eksisnya lembaga ekonomi dan keuangan syariah, sejumlah individu yang peka terhadap perkembangan permasalahan sosial ekonomi masyarakat memberikan respon positif yang secara kreatif mengembangkan ide untuk mendirikan lembaga keuangan syariah baik berbentuk bank maupun non bank.3

Rahn merupakan produk inovasi dari lembaga keuangan syariah yang mendapat respon dari Majelis Ulama Indonesia dengan mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Gadai Emas membolehkan gadai emas berdasarkan prinsip Rahn sesuai dengan fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 mengatur tentang ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh pegadai, namun fatwa ini memberikan batasan bahwa ongkos yang dibebankan kepada pegadai (rahin) besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata – nyata diperlukan. Berdasarkan fatwa ini bank syariah tidak diperbolehkan mengambil keuntungan dari akad

qardh dan rahn kecuali hanya sebatas mengambil biaya – biaya yang nyata

3


(17)

3

diperlukan saja. Akan tetapi ada penambahan akad yaitu ijarah atas pinitipan barang gadai.4

Rahn merupakan produk lembaga keuangan syariah berupa fasilitas pembiayaan dengan cara memberikan utang (qardh) kepada nasabah dengan jaminan emas (perhiasan/logam mulia). Dalam sebuah akad gadai (rahn) bank mengambil upah (ujroh, fee) atas jasa penyimpanan yang dilakukan atas emas yang merupakan barang jaminan tersebut berdasarkan akad ijarah. Akad

qardh dan rahn merupakan akad tabarru’ (akad tolong menolong hanya berharap mendapat ridha Allah SWT) sedangkan akad ijarah adalah akad

tijarah (akad komersial bersifat mendapat keuntungan).5

Masing – masing lembaga keuangan syariah yang menerapkan fasilitas pembiayaan gadai emas tentu memiliki pelayanan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pelayanan yang diberikan Bank Syariah dan Pegadaian merupakan daya tarik dan pilihan tersendiri bagi masyarakat dalam menentukan tempat untuk menggadaikan emasnya. Namun pegadaian merupakan lembaga gadai yang lebih dikenal dan lebih dekat dengan masyarakat dalam hal gadai menggadai barang terutama emas.

4

Nur Aptinah, “Kontribusi Komposisi Gadai Emas Terhadap Pendapatan Operasional

Utama PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor,” (Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)

5

Novita Pratiwi, “Multi Akad dan Klausul Akad Dalam Perjanjian Gadai Emas Di BRI Syariah Dihubungkan Dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008


(18)

4

Untuk mengembangkan suatu usaha strategi menjadi faktor yang sangat penting agar suatu usaha tetap bertahan dan mampu bersaing. Semakin banyak pesaing semakin banyak pula pilihan bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan harapannya. Sehingga membuat konsumen lebih pintar dan bijak dalam memilih setiap produk yang ditawarkan. Dalam proses menawarkan produk, faktor harga menjadi faktor utama dari setrategi usaha yang paling menentukan konsumen melakukan keputusan pembelian. Bagi jenis usaha jasa seperti gadai ini faktor harga diarahkan kepada biaya – biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah saat memilih bergadai di pegadaian syariah.

Biaya - biaya yang terdapat dalam layanan usaha gadai adalah biaya administrasi dan biaya sewa atau ijarah. Biaya administrasi adalah biaya biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan produksi dan pemasaran produk.6 Biaya administrasi sangat penting bagi suatu perusahaan, termasuk perusahaan jasa lembaga keuangan syariah. Karena dari biaya administrasi lembaga keuangan syariah mampu akan menjalankan kegiatan produksi, pemasaran, serta menggaji karyawannya.

Sedangkan biaya sewa adalah pemakaian sesuatu dengan membayar uang; uang yang dibayarkan karena memakai atau meminjamkan

6


(19)

5

sesuatu;ongkos; biaya pengangkutan (transport).7 Keberadaan biaya sewa merupakan merupakan hal yang tidak kalah penting bagi perusahaan lembaga keuangan syariah. Sebab melalui biaya sewa keuntungan perusahaan diperoleh. Penetapan biaya sewa atau ijarah yang sesuai dengan harapan konsumen mampu mempengaruhi konsumen atau nasabah dalam memutuskan memilih produk gadai yang tepat, seperti produk rahn.

Disamping kebutuhan masyarakat terhadap pegadaian syariah ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat. Selain masyarakat memperhatikan seberapa besar utang yang akan dikembalikan ke pegadaian syariah dan pelayanan yang baik, masyarakat juga mempertimbangkan aspek lokasi karena untuk mempermudah akses menuju lokasi pegadaian syariah dan juga tidak menyita waktu dalam menjangkau lokasi pegadian syariah.

Begitu pula dengan tarif ujrah dan aspek syariah yang menjadi pertimbangan masyarakat karena tinggi rendahnya tarif ujrah dapat menjadi beban tersendiri bagi masyarakat karena masyarakat harus membayar biaya sewa barang gadai yang ditahan oleh pihak pegadaian syariah. Pertimbangan askep syariah menjadi tolak ukur bagi masyarakat yang mayoritas beragama islam karena label syariah yang cenderung berkaitan dengan hukum – hukum islam yang diterapkan dalam pegadaian syariah.

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1057.


(20)

6

B. Pokok Permasalahan

1. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Dari tema tentang rahn ini banyak yang dapat dibahas dari berbagai aspek antara lain dari sisi prosedur pengajuan rahn, prospek perkembangan rahn, kontribusi gadai emas terhadap pedapatan bank, efektifitas gadai emas dalam menyalurkan pembaiayaan kepada masyarakat dan lain - lain, namun penulis memfokuskan pada pembahasan faktor – faktor yang mempengaruh masyarakat dalam memilih rahn.

2. Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih produk rahn di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Ciputat?

2. Apakah ada hubungan aspek lokasi, tarif ujroh dan aspek syariah terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk rahn di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Ciputat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih produk rahn.


(21)

7

b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan aspek lokasi, tarif ujroh, dan aspek syariah terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk

rahn.

2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat membawa daya guna bagi beberapa pihak, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

1. Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual.

2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di perkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja.

b. Bagi Institusi

1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan tentang produk rahn. 2. Memberikan masukan yang relevan tentang produk rahn. c. Bagi Pihak lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.


(22)

8

D. Kajian Pustaka (Studi Terdahulu) Tabel 1.D

Kumpulan Penelitian Terdahulu

No Nama penulis/fakultas/judul skripsi, jurnal/tahun

Substansi Perbedaan

dengan penulis

1. Jurnal yang ditulis Rakhmasari Rosalifa Jihad tahun 2013 tentang “implementasi gadai emas secara syariah di bank syariah alam perspektif peraturan bank indonesia nomor 10/17/pbi/2008 tentang produk bank syariah dan unit usaha Syariah (studi di bank syariah mandiri cabang mataram)”.

Dengan

menggunakan jenis penelitian

normative dan

penelitian empiris dengan pendekatan yang digunakan

yaitu Statute

Approach, Conseptual

Approach, dan

Sociological

Approach. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah data primer dan

Perbedaan dengan penulis adalah penulis

menggunakan metode penelitian statistik

nonparametrik yang mengukur hubungan

signifikansi dengan mengangkat tiga faktor yaitu aspek lokasi, tarif ujroh dan aspek syariah terhadap keputusan nasabah memilih


(23)

9

data sekunder, yang

dalam data

sekunder atau data kepustakaan

mencakup tiga jenis bahan hukum yaitu

bahan hukum

primer, sekunder

dan tersier.

Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi wawancara (interview). Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa timbulnya

hubungan hak dan kewajiban antara pihak bank dan nasabah. Dalam


(24)

10

hubungan ini

diterapkan prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Bentuk perlindungan

hukum terhadap nasabah berupa ganti rugi barang jaminan apa bila terjadi kerusakan dan kehilangan yang disebabkan kelalaian pihak bank.

2. Jurnal yang ditulis oleh Irham Fachreza Anas tentang “analisa produk gadai (rahn) emas ib”.

Jenis penelitian

yang digunaka

adalah Penelitian Lapangan,

pendekatan

Perbedaan dengan penulis adalah jurnal ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif


(25)

11

penelitian adalah pendekatan empiris.

Model analisa

kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan

terdapat dua

mekanisme yang diterapkan Di Bank Pembangunan

Syariah yaitu

penyaluran

pembiayaan dan ekskusi barang gadai dan produk gadai emas ib. Berdasarkan hasil

analisa, Akad

Pinjaman Dengan Gadai (Rahn) di BPS tidak sesuai

sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian

kuantitatif, penelitian kuantitatif berkaitan dengan angka - angka, pengukuran statistik


(26)

12

Syariah. BPS harus memisahkan Akad Qardh dan Akad

Rahn sehingga

dapat sesuai dengan syariah. Agar akad ijarah Gadai Emas iB di BPS dapat sesuai syariah, sebaiknya callname Akad Sewa Tempat (Ijarah) yang dibuat

BPS diganti

menjadi Akad

Ijarah saja. Dalam

Akad Ijarah

tersebut juga harus dinyatakan bahwa BPS menyediakan jasa penitipan


(27)

13

pemeliharaan marhun dan jasa administrasi

pembiayaan Gadai

Emas iB.

Perhitungan gadai yang diterapkan telah sesuai syariah dengan

pertimbangan ; i) Biaya Administrasi yang dikenakan

untuk setiap

pembiayaan gadai yang diberikan kepada nasabah adalah pro rata sebesar Rp 50.000,- sehingga tidak terkait dengan jumlah pembiayaan


(28)

14

(pinjaman) yang diberikan. ii) Besaran ujroh yang

harus dibayar

nasabah diakhir masa pembiayaan juga tidak terkait

dengan jumlah

pembiayaan

(pinjaman) yang diberikan

melainkan pada jumlah (gr) emas yang digadaikan.

3. Jurnal yang ditulis oleh Dziauddin Sharif Dkk pada tahun 2013 dengan judul “The Improvement of Ar-Rahn (Islamic Pawn Broking) Enhanced Product in Islamic Banking System”

Penelitian ini mengadopsi

pendekatan analisis

domain yang

mengacu pada

Spradley (Spradley,

Perbedaan dengan penulis adalah penulis tidak membahas tentang perbaikan produk akan tetapi penulis


(29)

15

1979) yang

berdasarkan

identifikasi dalam isi data topik utama, disebut sebagai

domain, dan

hubungan antara mereka. Analisis dilakukan melalui identifikasi masalah utama atau 'domain' dihasilkan dari pengamatan

masalah. Dalam hal ini, eksplorasi kemampuan ar-rahn

untuk menjadi

alternatif yang baik

untuk produk

pembiayaan yang ada akan diperiksa

membahas pentang minat masyarakat dalam memilih pegadaian syariah sebagai solusi pembiayaan yang

mudah dalam

proses pencairan dana pembiayaan.


(30)

16

dan discoursed. Eksplorasi dari setiap perubahan fitur yang dianggap perbaikan untuk produk ar-rahn. Dengan demikian, Masalah utama dari potensi ar-rahn

kemudian akan

dikelompokkan secara lebih rinci untuk membangun taksonomi dari subkategori

(subdomain).

Spesifikasi apa yang sebenarnya

diteliti akan

dijelaskan dalam rincian sub-domain.


(31)

17

Terakhir, final gambaran

keseluruhan akan

dikenal dan

disimpulkan

sebagai proses menjelajahi dari antar-hubungan antara berbagai domain, subdomain dan rinciannya dikaitkan sepanjang jalan.

Penelitian ini berupaya

memperbaiki

produk yang ada tanpa

menghilangkan produk tersebut. Dalam penelitian


(32)

18

ini ada empat solusi yang berikan yaitu

1. Kombinasi wadiah AJR bi (kepercayaan dengan upah yang

diterapkan), qardh hasan (pinjaman kebajikan) dan rahn al-wadiah. 2. Kombinasi

Tawarruq (melalui Komoditi Murabahah)

dan rahn

(gadai).

3. Qard Hassan (pinjaman


(33)

19 kebajikan) dengan dorongan pemberian hibah (hadiah). 4. Kombinasi rahn

(gadai) dan qardh hasan (pinjaman kebajikan).

4 Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Supriyadi pada tahun 2010 tentang “struktur hukum pegadaian syariah dalam perspektif hukum islam dan hukum positif (suatu tinjauan yuridis normatifterhadap praktek pegadaian syariah di kudus)”

Penelitian ini merupakan

deskriptif kualitatif dengan

menggunakan pendekatan yuridis

normatif yang

dilanjutkan dengan analisis

hermeneutic. hasil

Perbedaan dengan penulis adalah penulis

menggunakan metode statistik nonparametrik dan tidak membahas tentang hukum positif dan hukum islam, melainkan


(34)

20

penelitian ini menjelaskan

struktur hukum perjanjian yang di buat oleh para pihak ada dua struktur yaitu struktur hukum gadai pada perjanjian gadai dan struktur hukum jual beli pada skim mulia. Struktur hukum gadai yang di lakukan di Pegadaian Syariah Kudus memuat : suatu perbuatan

hukum oleh

seseorang atau rahin mengikatkan diri pada orang lain

membahas tentang minat masyarakat dalam memilih produk rahn Di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat


(35)

21

atau murtahin untuk memperoleh

pinjaman uang

dengan jaminan

berupa benda

bergerak. Perjanjian ini dalam struktur

hukum perdata

termasuk perjanjian

bernama yang

mempunyai sifat

timbal balik

(konsensuil obligatoir).

Sedangkan pada

skim mulia

perjanjian yang di bentuk termasuk struktur hukum jual beli, karena di satu sisi ada penjual dan


(36)

22

di sisi lain ada pembeli dan juga ada obyek jual beli

berupa logam

mulia. Perjanjian jual beli termasuk perjanjian bernama yang sifatnya juga konsensuil

obligatoir karena perjanjian ini terbentuk dengan adanya kata sepakat

dan tidak

diharuskan ada formalitas tertentu seperti barang tak bergerak.

Berdasarkan

hubungan hukum, perjanjian ini


(37)

23

termasuk perjanjian timbal balik karena

ada hak dan

kewajiban secara timbal balik antara

pembeli dan

penjual. Kedua struktur hukum tersebut telah di atur dalam KUH perdata dan telah di atur dalam hukum

perdata yang

berasal dari hukum Islam.

5 Jurnal yang ditulis oleh Shamsiah Mohamad Safinar Salleh pada tahun 2008 tentang “upah simpan barang dalam skim ar-rahnu: satu penilaian semula”

Daripada

pembahasan ini dapat disimpulkan

bahawa upah

simpan barang

Perbedaan dengan penulis adalah penulit tidak membahas tentang boleh atau tidaknya


(38)

24

dalam skim Ar-Rahnu di Malaysia yang diasaskan

kepada konsep

wadi„ah yad

damanah adalah bertentangan

dengan konsep dan hakikat al-rahn

yang telah

diperkatakan di

atas. Apalagi

sekiranya bayaran tersebut dijadikan jalan untuk meraih keuntungan

daripada transaksi

pajak gadai

berkenaan. Jelas

dalam Islam

bahawa, gadaian

mengambil upah simpan barang

pada gadai

melainkan penulis membahas tentang Tarif Ujroh yang menjadi

pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih produk rahn (gadai)


(39)

25

hanya berfungsi sebagai jaminan kepada bayaran

balik hutang

berkenaan dan

bukannya saluran yang dibenarkan

syarak untuk

mencari

keuntungan. Akad

al-rahn

sebagaimana

diketahui adalah akad yang hanya boleh dilakukan bersama-sama dengan akad hutang (pinjaman atau mana-mana akad yang berbentuk hutang seperti jual


(40)

26

beli secara hutang). Dalam transaksi hutang, pihak yang berhutang hanya wajib membayar balik jumlah hutang yang diterimanya sahaja dan adalah

haram pihak

pemiutang

menuntut bayaran lebih.

Sumber: penelitian terdahulu E. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN


(41)

27

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian pustaka (studi terdahulu), teknik penulisan, sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang prilaku konsumen yang mencakup pengertian prilaku konsumen, faktor – faktor yang mempengaruhi prilaku konsume, prilaku konsumen dalam Islam dan keputusan konsumen dan biaya dan rahn (gadai) yang mencakup pengertian rahn (gadai), dasar hukum rahn (gadai), rukun dan syarat rahn (gadai), resiko kerusakan barang yang digadaikan, masalah riba dalam gadai, pengambilan manfaat barang gadai di lembaga keuangan syariah.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel yang mencakup pengertian populasi dan sampel, ketentuan jumlah sampel, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data yang mencakup hipotesis, validitas dan reabilitas.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini memaparkan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat dan hubungan signifikan variabel x1, x2,x3 terhadap variabel Y dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan singkat yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya dan saran.


(42)

28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell, Miniard pemahaman perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. 8

Merujuk pada pendapat Hawkins dkk perilaku konsumen merupakan tentang studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan menghentikan produk barang dan jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.9

Sedangkan menurut Loudon dan Bitta perilaku konsumen adalah mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan

8

Atikah “ Preferensi dan Keputusan Masyarakat Dalam Memilih Gadai Emas Pada

Pegadaian Syariah (Studi Kasus Pada Pegadaian Cabang Pondok Aren) “,Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

9


(43)

29

konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.10

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang tindakan langsung yang dilakukan konsumen baik berupa cara mendapatkan, menggunakan, mengkonsumsi, mengambil keputusan untuk memilih, dan menghentikan dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa.11

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai berikut:

Keputusan pembelian yang dilakukan pembeli sangat dipengaruhi faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Konsumen (nasabah) dalam memperoleh barang dan jasa semata – mata tidak hanya ingin memiliki, tetapi ada faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi yaitu:12

1. Faktor Budaya

Pengaruh budaya merupakan faktor penentu yang paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor ini dipengaruhi oleh kelompok, keagamaan, nasionalisme, ras dan letak geografis. Budaya merupakan

10

Ibid,.

11

Tatik suryani, Prilaku Konsumen; Implikasi Pada Setrategi Pemasaran, (Yogyakarta: graha ilmu, 2008), h. 5 - 7

12

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Di Indonesia (Analisa Perencanaan Implementasi dan pengendalian), (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.224


(44)

30

kumpulan dari nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya. Sub-budaya yang lebih kecil yang lebih memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Faktor budaya dalam melakukan gadai emas dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan organisasi.13

2. Faktor Sosial

Ada empat hal mendasar yang dapat menimbulkan kelas sosial dimasyarakat yaitu:

a. Kekayaan b. Kekuasaan c. Kehormatan

d. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung.14

Salah satu faktor sosial dalam melakukan gadai emas ini dapat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yaitu adanya para

13

Nugroho J Setiadi, Prilaku Konsumen; Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 331

14 Ibid,.


(45)

31

pakar ekonomi Islam yang sangat handal dalam mendukung produk gadai emas.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik peribadi seperti umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Yang mempengaruhi faktor ini adalah:

a. Umur dan tahapan siklus hidup

Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang dewasa biasanya mengalami perubahan tertentu ketik mereka menjalani hidupnya.

b. Pekerjaan

Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang individu dalam prilaku konsumsinya. Misalnya seorang pekerja kasar maka akan cenderung membeli pakaian untuk pekerjaan kasar., sedangkan pekerjaan kantoran akan cenderung membeli setelan kemeja atau jas.

c. Ekonomi

Dalam prilaku pembelian yang dimaksud dengan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan harta.

d. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.


(46)

32

e. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.15

4. Faktor Psikologi

Pemilihan yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut.16

Dalam faktor psikologi ini adanya rasa aman dan nyaman yang dirasakan seseorang dalam menggunakan produk rahn sehingga memiliki kepuasan tersendiri.

5. Kelompok Referensi

Kolompok referensi bagi seseorang akan menimbulkan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terdiri dari dua yaitu primer dan sekunder. Kelompok primer yaitu kelompok yang di dalamnya terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung bersifat informal. Contoh keluarga, kawan, teman, tetangga dan rekan kerja. Kelompok sekunder adalah kelompok yang

15

Leon G Schiffman, Prilaku Konsumen, (Jakarta: Indeks), ed 7, h. 106

16Nurul Aini, “

Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas (Gambaran Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City). Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012


(47)

33

di dalamnya kurang terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung formal, seperti organisasi keagamaan, himpunan profesi.17

6. Faktor Ekonomi a. kebutuhan

Menurut teori Abraham Maslow, pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk pyramid, orang memulai dorongan dari tingkat terbawah lima tingkatan kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih komplek; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Lima tingkatan tersebut adalah Kebutuhan Fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya), kebutuhan rasa aman (merasa aman terlindungi, jauh dari bahaya), Kebutuhan sosial akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki), kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan), kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari

17

Philip Kotler, manajemen pemasaran: analisis perencanaan dan pengendalian, (Jakarta: erlangga, 1996), ed.5, h.181


(48)

34

potensinya) bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif – motif yang lebih tinggi akan kurang signifikan.18

b. Investasi

Menurut James C Van Horn, Investasi merupakan suatu kegiatan memanfaatkan kas pada masa sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Fitz Gerald, investasi merupakan suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan penarikan sumber – sumber yang dipakai untuk mengadakan modal pada masa sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.

Dari pengertian di atas terlihat jelas bahwa investasi merupakan suatu kegiatan yang berorientasi menggembirakan pada masa yang akan datang. Untuk mendapatkan hasil tersebut seseorang harus mengorbankan pada masa sekarang.19

3. Pembentukan sikap konsumen

Menurut Allport sikap adalah suatu mental dan saraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis terhadap perilaku. Jika

18

Nurul Aini, “Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas (Gambaran

Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City)”. Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012

19

Miyosi Ariefiansyah, Jago Investasi, Pasti Untung Tanpa Bunting, (jawa barat: lascar askara), h. 3 - 4


(49)

35

dianalogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu produk maka konsumen akan mempelajari kecendrungan untuk mengevaluasi produk baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Dapat disimpulkan bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak tehadap suatu produk yang dipertanyakan. Kepercayaan dan keinginan untuk bertindak dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan konsep kognitif yang terpisah bukan merupakan bagian dari sikap.20

Dalam sikap konsumen terdapat fungsi – fungsi sikap diantaranya: 1. Fungsi Utilitarian

Fungsi ini merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip – prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. 2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan suatu sikap terhadap suatu produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan produk untuk mengekspresikan nilai – nilai yang ada pada dirinya.

20

Setiadi Nugroho j, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Grenada Media Group, 2010), h. 140 - 141


(50)

36

3. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhan.

4. Perilaku Konsumen Dalam Islam

Perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang „melampaui’ rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini. Bekerjanya „invisible hand’

yang didasari oleh asumsi rasionalitas yang bebas nilai – tidak memadai untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan dasar setiap orang dalam suatu masyarakat.

Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Disinilah perlu


(51)

37

diinjeksikan sikap hidup peduli kepada nasib orang lain yang dalam bahasa Al-Qur’an dikatakan „al-iitsar’.

Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.

Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.

 Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan bermegah-megahan.

 Begitu pula batasan konsumsi dalam syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.

 Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual.


(52)

38

Dalam Islam, asumsi dan aksioma yang sama (komplementer, substitusi, tidak ada keterikatan), akan tetapi titik tekannya terletak pada halal, haram, serta berkah tidaknya barang yang akan dikonsumsi sehingga jika individu dihadapkan pada dua pilihan A dan B maka seorang muslim (orang yang mempunyai prinsip keislaman) akan memilih barang yang mempunyai tingkat kehalalan dan keberkahan yang lebih tinggi, walaupun barang yang lainnya secara fisik lebih disukai.

Dalam Islam dikenal pula konsumsi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut:

Konsumsi dalam Islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pengeluaran zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam Islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi - sendi sosial masyarakat.21

B. Keputusan Konsumen

Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Inti dari prilaku konsumen adalah bagaimana individu ini membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sebelum melakukan

21

Deny Priyana, Teori Prilaku Konsumen Dalam Persepektif Ilmu Ekonomi Islam, Internet Yang Di Akses Pada Tanggal 9 Mei Jam 15.55 Dari http://lppm.universitasazzahra.ac.id/teori-perilaku-konsumen-dalam-perspektif-ilmu-ekonomi-islam/


(53)

39

pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan yaitu22 :

1. Pengenalan masalah (problem recognition) konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapnya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang dibeli.

2. Pencarian informasi (information source) setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain.

3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 4. Keputusan pembelian. (purchase decision) setelah konsumen

mengevaluasi beberapa alternatif setrategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama karena ada hal lain yang dipertimbangkan.

22

Setiadi Nugroho J, Perilaku Konsumen, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2010), h.15 - 19


(54)

40

5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchace evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukaan konsumen tidak hanya berkahir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan merasa puas jika produk yang dibeli sesuai dengan harapan dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan di masa mendatang. Sebaliknya jika konsumen tidak merasa puas karena produk yang dibelinya tidak sesuai harapan dan hal ini akan menurunkan permintaan di masa mendatang.

Dari enam foktor perilaku konsumen yang dibahas dalam bab ini penulis menspesifikasikan kedalam 3 faktor yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu aspek lokasi yang dispesifikasikan dari faktor demografi yang merupakan sub faktor budaya. Tarif ujroh yang merupakan spesifikasi dari faktor ekonomi dan aspek syariah merupakan spesifikasi dari faktor sosial yang dilihat dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan ini dibahas dalam faktor sosial karena merupakan bagian dari strata dalam kehidupan sosial.23

23


(55)

41

Bagan 1

Kesimpulan Teori Perilaku Konsumen

Sumber: Philip Kotler, Nugroho J Setiadi dan Leon G Schiffman Faktor Budaya

Faktor Sosial

Faktor Pribadi

Faktor Psikologi

Faktor Refrensi

Faktor Ekonomi

Demografi sub dari budaya

Tingkat ilmu pengetahuan merupakan strata dalam kehidupan sosial

Biaya merupakan bagian dari ekonomi

Aspek Lokasi

Tarif Ujroh


(56)

42

C. Rahn (Gadai)

1. Pengertian Rahn (Gadai)

Gadai (rahn) menurut fiqh adalah akad penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Atau

rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.24

Sedangkan gadai emas syariah adalah pegadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah (arrahin) kepada bank (murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu

yaitu sebagai jaminan (al marhun) atas pinjaman (al-murhinbih) yang diberikan kepada nasabah/peminjam tersebut.

Gadai emas menurut UU Perdata pasal 1150 adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh seorang lain atasnya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang

24


(57)

43

telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya – biaya mana harus didahulukan.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia NO. 14/7/DPbS/ 2002, qardh

beragunan emas adalah salah satu produk yang menggunakan salah satu produk yang menggunakan akad qardh dengan agunan berupa emas yang yang diikat dengan akad rahn, dimana emas yang diagunkan disimpan dan oleh Bank Syariah atau UUS selama jangka waktu tertentu dengan membayar biaya pinjaman dan pemeliharaan atas emas sebagai objek rahn yang diikat dengan akad ijarah.

Menurut Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 bahwa rahn emas hukumnya adalah boleh dan fatwa DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 membolehkan adanya ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) yang ditanggung oleh pegadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata – nyata diperlukan dan biaya penyimpanan barang dilakukan dengan akad ijarah.

2. Dasar Hukum Rahn (Gadai)

Dasar hukum rahn ini didasarkan pada surat Al – Baqarah ayat 283

اف ض قم ه ف ا ت اك ا دجت مل فس لع مت ك ا

ا عب مك عب ما

ه لق مثاء ه اف ا تك م د شلا ا تكت ا هب ه قت ل هت ما تؤا لا دؤ لف

م لع ل عت ا ب ه


(58)

44

Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang ) berpiutang. Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada kepada Allah tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikan persaksian, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.25

Dasar hukum rahn (gadai) berdasarkan hadits:

م اماع تشا ملس ه لع ه لص لا ا ا ع ه ض شءاع ع

د دح م اع د ه ه لجا لا د

Artinya: “Dari Aisyah ra, Bahwa Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah membeli bahan makanan dari seorang yahudi dan beliau

menggadaikan baju perang dari besi.” (HR Bukhari - Muslim).26

aR-rahn merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada bank/pegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang dimiliki nasabah. Transaksi tersebut merupakan kombinasi/penggabungan dari beberapa transaksi atau akad yang merupakan suatu rangkaian yang tidak

25

Mardani, Ayat – Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 81

26


(59)

45

terpisahkan, meliputi

a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi / akad qard. b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksi / akad rahn

c. Penetapan sewa akad khasanah (tempat penyimpanan barang) atas penitipan tersebut melalui transaksi / akad ijarah.

Dasar hukum rahn berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 25 tahun 2002

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Ketentuan Umum:

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun

(barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,

Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh


(60)

46

5. Penjualan Marhun

a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya.

b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun

dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.

Ketentuan Penutup:

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan (26 Juni 2002) dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.


(61)

47

Dasar hukum rahn emas berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI nomor 26 tahun 2002

Fatwa Pertama:

1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn).

2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata - nyata diperlukan.

4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah.

Fatwa Kedua:

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan (28 Maret 2002) dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah, yaitu : a. Rukun Gadai Syariah :

1. Ar-rahin (orang yang menggadaikan) dan al-murtahin (penerima gadai/yang memberikan pinjaman) adalah orang yang telah dewasa, berakal dan dapat dipercaya.

2. Al-marhun (barang yang digadaikan) harus ada saat perjanjian gadai dan barang tersebut merupakan milik sepenuhnya dari


(62)

48

pemberi gadai.

3. Al-marhunbih (utang) adalah sejumlah dana yang diberikan

murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun. 4. Sighat, ijab dan qabul kesepakatan antara rahin dan murtahin

dalam melakukan transaksi gadai.27 b. Syarat Gadai Syariah

1. Rahin dan Murtahin

Pihak – pihak yang melakukan perjanjian rahn adalah rahin

dan murtahin harus mengikuti syarat – syarat berikut kemampuan, yakni berakal sehat, kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi kepemilikan.

2. Sighat

a. Sighat tidak boleh terikat dengan syarat – syarat tertentu dan juga dengan suatu waktu di masa depan.

b. Rahn memiliki sisi pelepasan barang dan pemberian utang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau suatu waktu di masa depan.

3. Murhinbih

a. Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada pemiliknya.

27

Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 266.


(63)

49

b. Memungkinkan pemanfaatan. Bila sesuatu menjadi utang maka tidak boleh dimanfaatkan.

c. Harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat dihitung maka rahn tidak sah.

4. Marhun (barang)

Aturan pokok dalam madzab Maliki tentang masalah ini bahwa gadai dapat dilakukan pada semua macam harga, pada semua macam jual beli kecuali pada jual beli mata uang (sharf) dan pokok modal pada salam yang berkaitan dengan tanggungan. Demikian itu dikarenakan pada sharf diwajibkan tunai, oleh karena itu tidak menjadi akad gadai menggadai. Menurut ulama Syafi’iyah barang yang digadaikan itu memiliki 3 syarat: pertama, berupa utang karena barang nyata itu tidak digadaikan. Kedua, menjadi tetap, karena sebelumnya tidak dapat digadaikan, seperti jika orang menerima gadai dengan imbalan sesuatu yang dipinjamkan. Tetapi Imam Malik membolehkan hal ini. Ketiga, mengikatkan gadai tidak sedang proses penantian terjadi dan tidak menjadi wajib, seperti gadai dalam kitabah.

Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Harus diperjualbelikan.


(64)

50

c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.

d. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah untuk digadaikan harus barang yang diterima secara langsung. e. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam/pegadai) setidaknya harus

seizin pemiliknya.28

4. Resiko Kerusakan Barang Yang Digadaikan

menurut Hendi Suhendi dalam bukunya Fiqh Muamalah menyatakan bahwa, menurut Syafi’iyah bila barang gadai atau al- marhun hilang di bawah penguasaan al-murtahin, maka al-murtahin tidak wajib menggantinya, kecuali bila rusak atau hilangnya itu karena kelalaian al-murtahin atau karena disia – siakan. Konkretnya al-murtahin diwajibkan memelihara al-murhan secara layak dan wajar. Sebab bila tidak demikian, ketika ada cacat atau kerusakan apabila hilang menjadi tanggung jawab al-murtahin.29

Dengan mengutip pendapat Hanafi dan Ahmad Azhar Basyir, Hendi Suhendi menyatkan bahwa al-murtahin yang memegang al-marhun

menanggung resiko kerusakan atau kehilangan al-marhun, baik dikarenakan kelalaian maupun tidak.30

Dengan adanya perbedaan pendapat di atas Hendi Suhendi

28

Heri Sudarmono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; deskripsi dan ilustrasi, (yogyakarta: Ekonisia, 2008), edisi 3, h. 168-169.

29

Ibid,.

30


(65)

51

menyatakan demi tertibnya akan ar-rahn dan tetapnya terjalin silaturrahmi dari kedua belah pihak, sudah selayaknya al-marhun atau barang gadai dijaga dengan sebaik-baiknya oleh al-murtahin.

5. Masalah Riba Dalam Gadai

Pada dasarnya akad ar-rahn adalah akad atau transaksi utang piutang, hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Menurut Hendi Suhendi setidaknya ada 3 faktor yang dapat menimbulkan unsur riba dalam akad gadai.31

1. Apabila dalam akad gadai tersebut ditentukan bahwa ar-rahin

(pegadai) harus memberi tambahan kepada al-murtahin (penerima gadai) ketika membayar utangnya.

2. Apabila akad gadai ditentukan syarat - syarat, kemudian syarat tersebut dilaksanakan.

3. Apabila ar-rahin tidak mampu membayar utangnya hingga waktu yang ditentukan, kemudian al-murtahin menjual al-marhun dengan tidak memberi kelebihan harga marhun kepada al-rahin. Padahal utang al-rahin lebih kecil dari nilai ar-marhun.

6. Pengambilan Manfaat Barang Gadai

Menurut Syafi’iyah Pengambilan manfaat barang gadai adalah boleh walaupun tanpa seizing al-murtahin. Tetapi usaha untuk menghilangkan

31

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 270 - 271


(66)

52

miliknya dari barang itu atau mengurangi harga barang tidak diperbolehkan kecuali dengan izin al-murtahin. Maka tidak sah orang yang menggadaikan menjual barang gadai selama dalam masa digadaikan, begitu pula menyewakannya apabila sewa - menyewa itu dalam masa digadaikan.32

Menurut Hanafiyah bahwa ar-rahin tidak boleh memanfaatkan barang gadai tanpa seizin al-murtahin, begitu pula al-murtahin tidak boleh memanfaatkannya tanpa seizin ar-rahin. Mereka beralasan barang gadai harus tetap dikuasai al-murtahin selamanya. Pendapat ini senada dengan Hanabilah, sebab manfaat barang gadai pada dasarnya termasuk rahn atau gadai, akan tetapi sebagian ulama Hanafiyah ada yang bolehkan untuk memanfaatkan barang gadai jika seizin ar-rahin dan sebagian lagi tidak membolehkan mengambil manfaat barang gadai sekalipun mendapat izin dari ar-rahin bahkan mereka mengkategorikan sebagai riba. jika disyaratkan ketika akad untuk memanfaatkan barang gadai maka hukumnya haram, sebab termasuk riba.33

Jumhur ulama selain Hanabilah berpendapat bahwa al-murtahin boleh memanfaatkan barang gadai, kecuali ar-rahin tidak mau membiayai barang gadai tersebut. Dalamm hal ini al-murtahin diperbolehkan mengambil manfaat barang gadai hanya untuk sekedar mengganti ongkos

32

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 310 33


(67)

53

pembiayaan. Ulama Hanabilah berpendapat bahwa al-murtahin boleh mengambil manfaat barang gadai berupa kendaraan atau hewan seperti diperbolehkan untuk mengendarai atau mengambil susunya, sekedar pengganti biaya.34

Ulama Malikiyah membolehkan al-murtahin memanfaatkan barang gadai jika seizing ar-rahin atau disyaratkan ketika akad, dan barang gadai tersebut merupakan barang yang dapat diperjualbelikan serta ditentukan waktunya jelas. Demikian pula pendapat Syafi’iyah.

Pendapat ulama Hanabilah berbeda dengan jumhur ulama. Mereka berpendapat bahwa al-murtahin boleh mengambil manfaat barang gadai berupa kendaraan atau hewan untuk sekedar pengganti biaya walaupun tanpa seizin al-rahin. Adapun barang gadai selain kendaraan atau hewan tidak boleh memanfaatkannya kecuali seizin ar-rahin.35

7. Gadai Di Lembaga Keuangan Syariah

Dalam lembaga keuangan syariah akad rahn menggunakan metode fee based income atau mudharabah karena nasabah dalam menggunakan

marhun bih (uang pinjaman) mempunyai tujuan yang berbeda – beda. Misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja, penggunaan metode mudharabah belum tepat penggunaanya. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah menggunakan metode fee based

34 Ibid,.

35

Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 269 - 270


(68)

54

income. Sebagai penerima gadai atau murtahin kan mendapat surat bukti

rahn (gadai) berikut akad pinjam meminjam yang disebut akad gadai syariah dan akad sewa tempat (ijarah).36

Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka pegadai menyetujui agunan (marhun) milikinya dijual oleh murtahin guna melunasi pinjaman. Sedangkan akad sewa tempat merupakan kesepakatan antara pegadai (rahin) dengan penerima gadai (murtahin) untuk penyimpanan barang gadai (marhun). Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan atas tiga akad transaksi syariah yaitu:37

a. Akad Qardh

Pada akad ini di gunakan sebagai akad utang piutang antara pegadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin) tanpa ada tambahan pengembalian dari utang tersebut.38

b. Akad Rahn

Pada akad ini dimaksudkan untuk menahan harta dari pegadai sebagai jaminan atas utang, pihak penerima gadai memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian atas piutangnya.39

36

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), H. 108 - 109

37 Ibid,. 38

Ibid,. 39

Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h.265


(69)

55

c. Akad Ijarah

Pada akad ini digunakan sebagai pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan jaminan (marhun). Melalui akad ini lembaga keuangan syariah dimungkinkan untuk menarik sewa atas penyimpanan barang jaminan milik nasabah yang telah melakukan akad gadai syariah.40

D.Biaya

Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Dimana tujuan dapat tercapai bila biaya yang keluarkan sebagai bentuk pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Dalam menentukan apakah suatu pengorbanan merupakan biaya atau tidak, maka harus dipahami terlebih dahulu pengertian mengenai biaya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, biaya adalah suatu yang harus dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) suatu; ongkos; belanja; pengeluaran.41 Menurut Supriyono, biaya adalah harapan perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka

40

Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h.277

41


(70)

56

memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.42

Menurut Henry Simamora, biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.43

42

Supriyono, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 16

43


(71)

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu fakta yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dari data yang telah diolah. Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.44

Metode analisis yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah motede statistik non parametrik. Analisis ini disebut juga dengan statistik bebas distribusi karena data yang dipakai adalah data kuantitatif yang tidak berdistribusi normal dan berskala ordinal (bertingkat).45

44

M. Subono, sudrajat, Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV pustaka stia, 2005), h. 25

45

Sidney Siegel, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta: Gramedia, 2011), h. 38


(72)

58

B. Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.46

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Lapangan

Dalam penelitian lapangan penulis meninjau langsung objek penelitian untuk memperoleh data primer dengan cara melalui wawancara kepada pihak yang bersangkutan.

2. Survey Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif (option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya. Alternatif jawaban yang disediakan dalam kuesioner bertujuan membatasi jawaban yang relevan, tidak bermaksud menggiring ataupun menjebak responden. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk

46

Husein Umar, Metode Penelitian; Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 42


(73)

59

memudahkan tabulasi dan analis data. Oleh karena itu, dalam menentukan

option jawaban- di samping memahami “teknologi” pembuatan instrumen penelitian - penelitian haruslah cukup ide sehingga diperoleh option

jawaban yang possible dan rasional, tentu saja pendekatan teoritis sangat mendukung dalam pembuatan kuesioner. Dalam penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal pokok untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai pokok permasalahan dan tujuan penelitian hasil koesioner tersebut berupa jawaban (pilihan) dari responden yang harus diolah, diedit, di-coding (diberi kode) lalu ditabulasi (dihitung bersama koesioner lainnya secara menyeluruh). Akhirnya menjelma kenjadi data kuantitatif berupa angka – angka, tabel - tabel, analisis statistik. Dalam laporan hasil penelitian, data dari koesioner akan menjadi uraian deskriptif dan teoritis, mengajukan hipotesis yang diajukan (jika ada hipotesisnya) dan akhirnya diperoleh kesimpulan.47

3. Studi Kepustakaan

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur, serta mencatat teori – teori yang didapat dari buku – buku, majalah, artikel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

47

Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Social, Berbagai Alternative Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 60 - 61


(74)

60

D. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi (universe) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan menjadi populasi sampling dan populasi sasaran. Sebagai contoh apabila mengambil suatu rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut penelitian sasaran.48

2. Sampel

Sampel adalah sebagian, atau subset (himpunan bagian), dari suatu populasi. Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut, sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi, data yang diperoleh tidaklah lengkap. Namun jika pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti kaidah - kaidah ilmiah, maka biasanya sangat mungkin diperoleh hasil-hasil dari sampel cukup akurat untuk menggambarkan populasi yang diperlukan dalam kajian yang dilakukan.

3. Teknik Pengambilan Sampel

48


(75)

61

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan desain pemilihan sampel secara accidental sampling. Sampling aksidental

(Accidental Sampling) teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel, dan layak sebagai sumber data.49

Walaupun teknik sampel yang digunakan adalah accidental sampling, tetapi penelitian ini diharapkan dapat mewakili populasi dengan pertimbangan biaya dan waktu. Karena salah satu syarat yang menjadi alasan mendasar teknik accidental sampling dapat digeneralisir yaitu karekteristik populasinya yang tidak terbatas. Populasi tidak terbatas (populasi tak terhingga), yaitu populasi yang tidak dapat ditentukan batasan – batasannya secara kuantitatif, apabila dimintai keterangan lebih lanjut mengenai jumlah yang pasti tidak dapat menjawab saat itu juga.50

4. Ketentuan Jumlah Sampel

Penentuan besarnya ukuran sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

49

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.62

50

Irvan Haq Dzul Karoma, “ Pengertian Populasi”, artikel diakses pada 19 oktober 2014 dari


(76)

62

Keterangan:

n = jumlah sampel

z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel 95% = 1,96

p = proporsi responden dapat memberikan informasi dengan tepat untuk kinerja yang diteliti sebesar 95% 51

q = proporsi responden tidak dapat memberikan informasi dengan tepat (1 - p) = (1 – 0,95) = 0,5

E = tingkat kesalahan yang ditolerir 5%

Dengan tingkat kesalahan sebesar 5%, nilai z sebesar 1,96 (tingkat kepercayaan 95%), nilai p sebesar 0,95 dan q sebesar 0,05, maka jumlah sampel adalah:

51

Penetapan estimasi yang dilakukan kepada pegadaian syariah berdasarkan survey terdahulu yang pernah dilakukan oleh perusahaan dengan hasil bahwa pegadaian syariah menyebutkan 95 dari 100 kuesioner yang disebar mampu memberikan informasi dengan tepat dan benar. Berikut penjelasannya :

Keterangan: p = proporsi

X = jumlah orang yang menjawab benar N = sampel


(77)

63

Dari hasil penghitungan diperoleh ukuran sampel minimal adalah 73 orang. Dalam penelitian ini sampel yang diambil pada Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah 73 orang pengguna jasa produk rahn.

E. Teknik Analisis Data

1. Validitas Dan Reliabilitas Penelitian

Untuk uji validitas kuesioner penulis melakukan uji kepada 36 orang responden dengan tingkat signifikansi 5% maka. Untuk menentukan validitas tiap butir pertanyaan dilakukan dengan cara membandingkan output corrected item dengan r tabel yaitu 0.361.

Tabel 2.1.E Uji Validitas Kuesioner

Pertanyaan r hitung Syarat Keterangan

Lokasi strategis 0,816 0,361 Valid

Lokasi dekat rumah 0,708 0,361 Valid

Adm murah 0,798 0,361 Valid


(78)

64

Marhun aman 0,751 0,361 Valid

Prinsip syariah 0,516 0,361 Valid

Bebas bunga 0,814 0,361 Valid

Transaksi halal 0,863 0,361 Valid

DPS 0,661 0,361 Valid

Keputusan 1 0,753 0,361 Valid

Keputusan 2 0,684 0,361 Valid

Keputusan 3 0,641 0,361 Valid

Keputusan 4 0,746 0,361 Valid

Keputusan 5 0,677 0,361 Valid

Keputusan 6 0,752 0,361 Valid

Keputusan 7 0,536 0,361 Valid

Keputusan 8 0,740 0,361 Valid

Tebel 3.1.E

Uji Reabilitas Kuesioner

Cronbach’s Alpha N of items

0,940 17

Setelah melakukan uji validitas kedua penulis mendapatkan hasil yang positif dimana dari 17 pertanyaan yang diujikan dengan hasil lebih besar dari nilai yang disyaratkan (0,361). Maka semua item dinyatakan valid.52

Pengujian reabilitas dapat dilakukan dengan cara Alpha Cronbach, dimana batasan reabilitas sudah ditentukan:

a) Koefesien alpha mendekati 1 : sangat baik

52

Toni wijaya, analisis data penelitian menggunakan SPSS, (yogyakarta: universitas atma jaya yogyakarta, 2009), h. 117


(79)

65

b) Koefesien alpha diatas 0,80 - 84 : baik

c) Koefesien alpha dibawah 0,70 : kurang baik.53

Jika dilihat dari tabel Reliability Statistics diatas didapatkan hasil 0,940 > 0,70 maka instrument penelitian dikatakan reliabilitas.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang diamati dalam usaha untuk memahaminya.54

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Hipotesis pertama

Ho1 : Aspek lokasi tidak mempunyai hubungan terhadap keputusan

masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.

Ha1 : Aspek lokasi mempunyai hubungan terhadap keputusan

masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.

53

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.86

54

Bagong Suyanto dan Sutianah, Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 45


(1)

1. Darimana anda mengetahui produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri? A. Televisi

B. Media massa (surat kabar, majalah, tabloid ) C. Internet

D. Buku E. Teman

F. Brosur / spanduk

2. Untuk apa anda melakukan gadai emas?

A. Biaya Pendidikan D. Biaya Usaha B. Biaya Kesehatan E. Biaya Investasi

C. Biaya Konsumsi F. Biaya Memabangun Rumah 3. Jenis emas apa yang bisa anda gadaikan di Bank Syariah Mandiri?

A. Emas perhiasan C. Barang elektronik B. Kendaraan bermotor


(2)

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan cara mencontreng (√) salah satu jawaban yang tersedia: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

Deskripsi masyarakat dalam memilih gadai emas

No Pertanyaan Pilihan

Aspek Lokasi SS S N TS STS

1 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Bank Syariah Mandiri karena letak yang strategis

2 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Bank Syariah Mandiri karena dekat dengan rumah

Aspek Biaya/harga

1 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah Mandiri karena biaya administrasi yang murah 2 Tarif ujrah/ijarah ( biaya sewa) adalah biaya yang

harus dibayar atas jasa sewa tempat penitipan dan pemeliharaan barang gadai kepada Bank

Syariah/Pegadaian Syariah dan tarifnya murah 3 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah

Mandiri karena yakin barang yang digadaikan akan aman sampai ditebus kembali


(3)

Aspek Syariah

1 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah Mandiri sesuai dengan prinsip syariah

2 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah Mandiri bebas bunga

3 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah Mandiri kerana bisa melakukan transaksi secara halal

4 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah Mandiri karena setiap transaksi di Bank Syariah Mandiri diawasi Dewan Pengawas Syariah

Keputusan masyarakat dalam memilih gadai emas syariah

No Pertanyaan SS S N TS STS

1 Dalam keadaan tertentu Bapak/Ibu sangat

membutuhkan jasa Perbankan Syariah/Pegadaian Syariah

2 Bapak/Ibu membutuhkan kehadiran produk gadai emas


(4)

yang menawarkan produk gadai emas 4 Bapak/Ibu memperoleh informasi mengenai

produk gadai emas melalui promosi diberbagai media

5 Sebelum melakukan keputusan bergadai Bapak/Ibu selalu meminta saran kepada orang terdekat

6 Dalam memilih lembaga yang tepat untuk bergadai Bapak/Ibu selalu meminta saran orang terdekat 7 Bapak/Ibu selalu membandingkan produk gadai

emas perbankan Syariah/Pegadaian Syariah dengan produk lembaga keuangan lainnya

8 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Perbankan Syariah/Pegadaian karena mudah terjangkau


(5)

Validitas Kuesioner Realibitas Kuesioner

Component Matrixa

Component

1

lokasi1 .816

lokasi2 .708

ujroh1 .798

ujroh2 .802

ujroh3 .751

syariah1 .516

syariah2 .814

syariah3 .863

syariah4 .661

keputusan1 .753

keputusan2 .684

keputusan3 .641

keputusan4 .746

keputusan6 .677

keputusan7 .752

keputusan8 .536

keputusan9 .740

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(6)

Analisis Korelasi Spearman

Correlations

Aspek

lokasi Tarif ujroh

Aspek syariah

Keputusan nasabah

Spearman's rho Aspek lokasi Correlation Coefficient 1.000 .974** .935** .972**

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000

N 73 73 73 73

Tarif ujroh Correlation Coefficient .974** 1.000 .947** .981**

Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000

N 73 73 73 73

Aspek syariah Correlation Coefficient .935** .947** 1.000 .960**

Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000

N 73 73 73 73

Keputusan nasabah

Correlation Coefficient .972** .981** .960** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .

N 73 73 73 73