Dampak Kemiskinan Pemukiman Kumuh

2.4. Dampak Kemiskinan

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, yakni: 1. Pengangguran Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga akan memberi pengaruh langsung terhadap tingkat pendapatan, kesehatan dan tingkat pengeluaran. 2. Kekerasan Sesungguhnya kekerasan yang sering terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena tidak mempunyai pekerjaan yang benar dan halal dan ketika tidak ada lagi jaminan bagi seseorang untuk dapat bertahan hidup dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya merampok, menodong, mencuri atau menipu di kenderaan umum dengan segala tipu daya. 3. Pendidikan Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia pendidikan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi Universitas Sumatera Utara kesempatan seseorang untuk dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut ketrampilan di segala bidang. 4. Kesehatan Biaya pengobatan sekarang ini sangat mahal, hamper setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

2.5. Pemukiman Kumuh

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan kawasan, pada pasal 28 dijelaskan tentang kawasan kumuh yaitu: “kawasan yang tidak memenuhi syarat dan rawan yang dapat membahayakan kehidupan, penghijauan dan masyarakat penghuninya”. Karakteristik umum kawasan kumuh di daerah perkotaan, antara lain kepadatan penduduk yang tinggi, kerapatan bangunan, drainasenya sempit dan dangkal, tata letak bangunan tidak teratur, sanitasi rumah ventilasi buruk, konstruksi bangunan tidak permanen, jalan sempit gang, sanitasi lingkungan sampah dan air limbah buruk. Dari berbagai pengamatan mengenai pemukiman kumuh yang ada, maka ciri- ciri permukiman kumuh adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai 2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. Universitas Sumatera Utara 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik Negara, dank arena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau ssebuah RW c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau sebuah RW. 5. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonmi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonmi yang berbeda-beda tersebut. 6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal. Selain itu masih ada ciri-ciri pemukiman kumuh menurut Prof. DR.Parsudi Suparlan adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai Universitas Sumatera Utara 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frrekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu sebagai berikut: a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagian hunian liar. b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar. Wilayah kawasan kumuh menurut Bank Dunia 1999 merupakan bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya. Meskipun daerah kumuh cenderung diabaikan dalam pembangunan, akan tetapi masyarakatnya juga memiliki hak yang sama untuk menikmati pembangunan. Inilah yang harus menjadi perhatian lebih dari pemerintah. Bagaimana Universitas Sumatera Utara mengikutsertakan mereka dalam pembangunan partisipasi pembangunan dengan sumber daya manusia yang umumnya rendah yang dimiliki masyarakat yang hidup di pemukiman kumuh. Perumahan dan pemukiman adalah 2 hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan struktural, melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristrahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu: • Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia Universitas Sumatera Utara • Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia • Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit • Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Gambaran seperti itu diungkapkan oleh Herbert J. Gans dengan kalimat: ”Obsolescence per se is not harmful and designation of an area as a slum for the reason alone is merely a reflection of middle clas standards and middle alas incomes” . Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu hal yang bersifat negatif . Pemahaman kumuh dapat ditinjau dari : a. Sebab Kumuh Kumuh adalah kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup dilihat dari: 1 segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara, 2 segi masyarakat sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah. Universitas Sumatera Utara b. Akibat Kumuh Kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain: 1 kondisi perumahan yang buruk, 2 penduduk yang terlalu padat, 3 fasilitas lingkungan yang kurang memadai, 4 tingkah laku menyimpang, 5 budaya kumuh, 6 apati dan isolasi. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda- beda tersebut. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal. Perumahan tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial, dengan kriteria antara lain : − Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari 10 m2. − Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya. − Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses. − Jenis lantai tanah − Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk mandi, cuci, kakus mck. Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi pedoman identifikasi lokasi Kawasan perumahan dan permukiman kumuh adalah dari Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Depkimpraswil 2006. Konsep ini sengaja disusun untuk menjadi panduan bagi pemerintah daerah kabupatenkota dalam melaksanakan identifikasi Kawasan perumahan dan permukiman kumuh di daerahnya. Penentuan Kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan criteria sebagai berikut: − Tingkat kepadatan penduduk − Jumlah penduduk miskin − Kegiatan usaha ekonomi penduduk di sektor informal − Kepadatan rumah − Kondisi tata letak rumah − Kondisi sarana dan prasarana lingkungan meliputi: 1. Penyediaan air bersih 2. Jamban keluarga 3. Pengelolaan sampah 4. Drainase 5. Jalan setapak 6. Jalan lingkungan − Kerawanan kesehatan ISPA, diare, penyakit kulit, usia harapan hidup dan lingkungan bencana banjiralam − Kerawanan sosial kriminalitas, kesenjangan sosial Universitas Sumatera Utara

2.6. Kemiskinan dan Pendapatan