Indikator Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA

2. Muncul dan berkembangnya pranata-pranata hutang menghutang, gadai- menggadai, tolong menolong diantara sesama tetangga secara spontan maupun melalui arisan ataupun perkumpulan-perkumpulan sejenis, tidak adanya kesetiaan kerja terhadap satu jenis pekerjaan yang ditekuni atau dengan kata lain cenderung untuk mudah pindah pekerjaan mengerjakan pekerjaan rangkap asal menguntungkan. 3. Adanya semacam pemberontakan tersembunyi terhadap diri mereka sendiri maupun terhadap masyarakat, tetapi di lain pihak juga aada sikap-sikap pasrah dan masa bodoh terhadap nasib yang mereka jalani maupun terhadap mereka yang dianggap mempunyai kekuasaan sosial dan ekonomi 4. Wanita atau lebih khususnya lagi diperlakukan bukan hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga sebagai penghasil nafkah, bagi kelangsungan hidup rumah tangga. Anak juga membantu atau tenaga kerja pencari nafkah orang tua. Dari beberapa pengertian dan uraian di atas bila dipahami lebih mendalam dapat disimpulkan bahwa kemiskinan dari sudut ekonomi merupakan suatu gejala yang ada pada wilayah penduduk miskin yang berkaitan dengan rendahnya pendapatan income. Sedangkan kemiskinan sosial melekat pada pribadi penduduk miskin seperti cara hidup dan tingkah lakunya.

2.2. Indikator Kemiskinan

BPS menetapkan beberapa indikator yang digunakan untuk mengelompokkan masyarakat dalam kategori miskin, yaitu: Universitas Sumatera Utara a luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 m 2 b jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahkayubambu murahan, per orang, c jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester, d tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tinggal lain, e sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik, f sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan, g bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah, h hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu, i hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, j hanya sanggup makan satudua kali dalam sehari, k tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik pemerintah, l sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 300.000,00 per bulan dan atau memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, m pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolahtidak tamat SDhanya tamat SD. Universitas Sumatera Utara n tidak memiliki tabungan atau barang yang bisa dijual dengan nilai minimal Rp 500.000,00, seperti: sepeda motor, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya Ukuran dari kemiskinan menurut Sayogyo Singarimbun, 1983, dengan mengaitkannya dengan kebutuhan pangan dan pengeluaran rumah tangga. Masyarakat yang tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai kurang dari 320 kg beras perkapita untuk penduduk perdesaan, dan 480 kg ekuivalen beras untuk daerah perkotaan. Keluarga miskin sekali mempunyai tingkat pengeluaran 240 kg beras untuk tingkat perdesaan dan 360 kg beras untuk daerah perkotaan pertahunnya. Dan masyarakat yang paling miskin memiliki tingkat pengeluaran senilai 180 kg beras untuk daerah perdesaan dan 270 kg beras untuk daerah perkotaan. Sesuai dengan ukuran ini, dengan mengambil harga beras rata-rata Rp. 4.000 per kilogram. Maka penduduk miskin di perdesaan adalah masyarakat yang memiliki pengeluaran per tahunnya sekitar Rp. 1.280.000 atau sekitar Rp. 166.666 per bulannya. Kemiskinan, di berbagai negara, masih menjadi salah satu pokok bahasan yang menarik. Ini didasarkan pada kondisi bahwa kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah tetapi juga negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Dengan kata lain, apabila kinerja suatu perekonomian secara terus-menerus meningkat belum tentu tingkat kemiskinan secara terus-menerus akan cenderung turun. Universitas Sumatera Utara Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untukk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Seseorang dikatakan miskin secara absolut jika tingkat pendapatannya lebih standar kemiskinan yang ditetapkan. Banyak sekali ukuran kemiskinan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain berdasarkan pendapatan perkapita, kebutuhan kalori minimum, konsumsi beras perkapita. Dari beberapa pendapatan tersebut yang paling banyak digunakan adalah kriteria pendapatan perkapita seperti dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik. Ada beberapa ukuran kemiskinan yang dikutip dari beberapa pendapat seperti yang dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Ukuran Kemiskinan No Sumber Keterangan Kota Desa 1 Sayogyo dalam Prayitno dan Arsyad, 1986 - miskin - miskin sekali - paling miskin ≤480kg beraskapitathn ≤480kg beraskapitathn ≤480kg beraskapitathn ≤480kg beraskapitathn ≤480kg beraskapitathn ≤480kg beraskapitathn 2 Djoyohadikusum a 1996:21 Berdasarkan pendapatan perkapita pertahun US 75 US 75 3 Dirjen Agraria, dalam Nawi 1997:12 Berdasarkan konsumsi 9 bahan kebutuhan pokok yang dihitung atas dasar harga setempat per kapita per tahun 100 kg beras, 60 liter minyak tanah, 15 kg ikan asin, 20 btg sabun, 6 kg gula pasir, 4 m tekstil kasar, 6 kg minyak goring, 2 m batik kasar, 4 kg garam - Miskin sekali: 75 dari nilai total konsumsi - Miskin : 75 - 125 dari nilai total konsumsi - Hampir miskin: 125 - 200 dari nilai total konsumsi - Miskin sekali: 75 dari nilai total konsumsi - Miskin : 75 - 125 dari nilai total konsumsi - Hampir miskin: 125 - 200 dari nilai total konsumsi Universitas Sumatera Utara Secara spesifik Lutfi 1993: 14 menyatakan bahwa sumber pendapatan rumah tangga terdiri dari penerimaan yang berasal dari penerimaan tenaga kerja, kekayaan dan berasal dari transfer. Pendapatan tersebut digunakan untuk konsumsi, tabungan dan transfer. Pendapatan tersebut digunakan untuk konsumsi, tabungan dan transfer ke luar rumah tangga. Penggunaan tenaga dan kekayaan merupakan input dalam kegiatan produksi rumah tangga. Dengan demikian yang dihitung sebagai pendapatan rumah tangga adalah output yang dihasilkan dari perpaduan tenaga dengan kekayaan ditambah dengan transfer dari luar rumah tangga. Besarnya total pendapatan rumah tangga dalam sekelompok masyarakat oleh para ahli ekonomi dapat dijadikan sebagai refleksi dari kesejahteraan masyarakat. Indikator kemiskinan menurut Emil Salim 1979 adalah masyarakat dengan kategori sebagai berikut: 1. Mereka tidak memiliki faktor produksi sendiri, modal atau ketrampilan. 2. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk membeli alat dan sarana produksi. 3. Tingkat pendidikan rendah. Waktu mereka tersita untuk mencari nafkah kebutuhan sandang, pangan sehingga tidak tersisa untuk belajar. 4. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan dan daerah kumuh perkotaan dimana umumnya bekerja sebagai buruh tani, nelayan, industri atau pekerja mandiri self employed dengan upah rendah. Universitas Sumatera Utara 5. Mereka yang pindah urbanisasi dan hidup di kota, terutama mereka yang berusia muda. Tapi karena tidak memiliki ketrampilan skill atau pendidikan yang baik mereka terdampar pada kantong-kantong kemelaratan di tengah-tengah masyarakat maju berkat dorongan modal dan ketrampilan dan teknologi 6. Orientasi produktivitas kerja etos kerja mereka lebih besar atau dihabiskan untuk konsumsi dibandingkan untuk investasi 7. Mentalitas pembangunan tidak menghasilkan inovasi dan kreativitas Klasifikasi kemiskinan terbagi dalam tiga, yaitu: 1. Miskin sekali, jika konsumsi perkapita pertahun 75 dari nilai total konsumsi Sembilan bahan pokok yang ditetapkan. 2. Miskin, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 75 sampai dengan 125 dari nilai total konsumsi Sembilan bahan pokok yang telah ditetapkan. 3. Hampir Miskin, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 125 sampai dengan 200 dari nilai total konsumsi Sembilan bahan pokok yang telah ditetapkan. Menurut Asnawi 1994, ciri-ciri keluarga miskin dapat dilihat dari : 1 pendapatan perkapita keluarga berada atau di bawah garis kemiskinan, 2 kurang gizi, 3 kesehatan yang kurang baik, 4 tingkat kematian bayi tinggi, 5 pendidikan masih rendah, 6 kualitas perumahan belum memenuhi syarat minimum, 7 pengeluaran konsumsi pangan yang utama masih belum mencukupi. Universitas Sumatera Utara

2.3. Penyebab Kemiskinan