Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea

a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakuka operasi berbahaya yang tidak diperlukan. b. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sesarea extraperitoneal tidak tersesia. c. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea

a. Mortalitas Maternal Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di Negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10,000 seksio sesarea. Pada banyak klinik, angka ini jauh lebih rendah sampai dibawah 10:10,000. Namun demikian, Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar daripada kelahirtan pervaginam. Mereka mencatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu. Faktor-faktor yang menambah risiko yautu, umur di atas 30 tahun, grandemultiparitas, obesitas, berat badan melebihi 200 pound, partus lama, ketuban pecah dini, pemeriksaan vaginal yang sering, status sosioekonomi yang rendah, mortalitas janin Meskipun mortalitas janin pada seksio sesarea terus menurun, namun angkanya masih dua kali lipat angka mortalitas pada kelahiran per vaginam yaitu Universitas Sumatera Utara sekitar 5,5 persen. Sebab-sebab terjadinya insidensi mortalitas yang lebih tinggi pada seksio sesarea mencakup faktor-faktor berikut. 1 Kondisi seperti toxemia gravidarum, erythroblastosis dan plasenta previa yang memerlukan tindakan seksio sesarea menghasilkan bayi yang kecil dan prematur. 2 Kadang-kadang terdapat kesalahan dalam memperkirakan maturitas dan ukuran janin pada seksio sesarea elektif atau ulangan ketika pasien sudah dianggap dalam kehamilan aterm. 3 Sementara komplikasi respiratorik seperti atelektasis dan hyaline membrane disease serta respiratory distress syndrome lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur, insidensi ini jauh lebih tinggi lagi kalau bayi prematur tersebut dilahirkan dengan seksio sesarea. 4 Kondisi seperti plasenta previa, abrupsio plasenta, diabetes, preeklampsia, eklampsia, hipertensi esensial, nephritis kronis, dan prolapsus funiculus umbilicalis akan menghasilkan bayi yang keadaan umum, daya tahan, dan daya kepulihannya rendah. 5 Secara umum, seksio sesarea tidak memberikan prognosis sebaik prognosis kelahiran pervaginam yang normal untuk bayi. 6 Guna mencegah kelahiran bayi prematur, pemeriksaan ultrasonic dan pengukuran rasio LS harus dilaksanakan sebelum mengerjakan seksio sesarea elektif atau ulangan. Angka mortalitas bayi baik yang dilahirkan dengan seksio sesarea maupun melalui kelahiran per vaginam sebenarnya sudah menurun. Sebagian besar dari kematian bayi berkaitan dengan prematuritas. Di satu pihak seksio sesarea telah mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatic. Di Universitas Sumatera Utara lain pihak sejumlah bayi memiliki defek congenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup.

D. Preeklampsia 1. Defenisi