seperti nyeri pada bekas luka operasi, sakit untuk flatus, kesulitan mobilisasi, terpasang infuse di kedua tangan, pembengkakan kaki, dada terasa sesak, pandangan
masih kabur, mual dan muntah. Mengingat begitu banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada
setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi
nya masih belum diketahui sampai saat ini, maka perlu di tinjau bagaimana pengalaman ibu yang pernah mengalami seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia
berat tersebut. Agar tenaga kesehatan dapat lebih memahami bagaimana memberi asuhan kepada ibu yang mengalami preeklampsia berat baik pada saat sebelum
hamil, hamil, dan setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun psikis agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi lain yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Serta dapat menambah kewaspadaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan yang memiliki faktor resiko maupun yang tidak memiliki faktor resiko terhadap terjadinya
preeklampsia berat selama kehamilan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan Tahun 2014.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklamsia berat ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklamsia berat.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian berikut yang sejenis.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan tentang pengalaman wanita yang melahirkan secara seksio sesarea
dengan indikasi preeklamsia berat. 3.
Bagi Ibu Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan sebagai
informasi agar ibu-ibu dapat memahami tentang kehamilan dan preeklampsia berat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung KBBI, 2005. Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti
dan makna kehidupan setiap perilaku individu Sanjaya, 2013. Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan Notoadmojo, 2010.
B. Ibu
Menurut Purwandari 2008, Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan ibu yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat
diperlukan. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Para ibu di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga
C. Seksio Sesarea 1. Defenisi
Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus Oxorn dan Forte, 2010. Menurut Leon J. Dunn,
dalam buku Obstetrics and Gynecology, seksio sesarea merupakan persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut
dengan menyayat dinding rahim Kasdu, 2003.
2. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Oxorn dan Forte 2010, indikasi seksio sesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
Universitas Sumatera Utara
terlaksana merupakan indikasi absolute untuk seksio abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir.
Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu,
anak atau pun keduanya. Seksio sesarea dapat dikerjakan pada keadaan-keadaan berikut :
a. Panggul sempit dan distosia mekanis yaitu: disproporsi fetopelvik, malposisi dan
malpresentasi, distosia jaringan lunak, neoplasma, dan persalinan yang tidak dapat maju.
b. Pembedahan sebelumnya pada uterus yaitu, seksio sesarea dan histerotomi.
c. Pendarahan plasenta previa dan solusio plasenta.
d. Toxemia gravidarum yang dapat menyebabkan pengakhiran kehamilan sebelum
waktunya. Pada sebagian besar kasus, pilihan metodenya adalah induksi persalian. Kalau cervix belum matang dan induksi sukar terlaksana, sebaiknya dikerjakan
seksio sesarea. Keadaan-keadaan yang harus diperhatikan seperti pada preeklampsia dan eklampsia, hipertensi esensial, dan nephritis kronis.
e. Indikasi fetal yaitu, gawat janin, acat atau kematian janin sebelumnya, prolapsus
funiculus umbilicalis, insufisiensi plasenta, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, postmortem sesarea, dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis.
f. Dan faktor lain yaitu, primigraviditas usia lanjut, bekas jahitan pada vagina,
anomali uteri congenital, riwayat obstetric yang jelek, dan forceps yang gagal.
3. Kontraindikasi Seksio Sesarea
Menurut Oxorn dan Forte 2010, seksio sesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan
hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakuka operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
b. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sesarea
extraperitoneal tidak tersesia. c.
Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang
memadai.
4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea
a. Mortalitas Maternal
Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di Negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10,000 seksio sesarea. Pada banyak klinik, angka ini
jauh lebih rendah sampai dibawah 10:10,000. Namun demikian, Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali
lebih besar daripada kelahirtan pervaginam. Mereka mencatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat.
Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu.
Faktor-faktor yang menambah risiko yautu, umur di atas 30 tahun, grandemultiparitas, obesitas, berat badan melebihi 200 pound, partus lama,
ketuban pecah dini, pemeriksaan vaginal yang sering, status sosioekonomi yang rendah, mortalitas janin
Meskipun mortalitas janin pada seksio sesarea terus menurun, namun angkanya masih dua kali lipat angka mortalitas pada kelahiran per vaginam yaitu
Universitas Sumatera Utara
sekitar 5,5 persen. Sebab-sebab terjadinya insidensi mortalitas yang lebih tinggi pada seksio sesarea mencakup faktor-faktor berikut.
1 Kondisi seperti toxemia gravidarum, erythroblastosis dan plasenta previa yang
memerlukan tindakan seksio sesarea menghasilkan bayi yang kecil dan prematur.
2 Kadang-kadang terdapat kesalahan dalam memperkirakan maturitas dan
ukuran janin pada seksio sesarea elektif atau ulangan ketika pasien sudah dianggap dalam kehamilan aterm.
3 Sementara komplikasi respiratorik seperti atelektasis dan hyaline membrane
disease serta respiratory distress syndrome lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur, insidensi ini jauh lebih tinggi lagi kalau bayi prematur tersebut
dilahirkan dengan seksio sesarea. 4
Kondisi seperti plasenta previa, abrupsio plasenta, diabetes, preeklampsia, eklampsia, hipertensi esensial, nephritis kronis, dan prolapsus funiculus
umbilicalis akan menghasilkan bayi yang keadaan umum, daya tahan, dan daya kepulihannya rendah.
5 Secara umum, seksio sesarea tidak memberikan prognosis sebaik prognosis
kelahiran pervaginam yang normal untuk bayi. 6
Guna mencegah kelahiran bayi prematur, pemeriksaan ultrasonic dan pengukuran rasio LS harus dilaksanakan sebelum mengerjakan seksio sesarea
elektif atau ulangan. Angka mortalitas bayi baik yang dilahirkan dengan seksio sesarea maupun
melalui kelahiran per vaginam sebenarnya sudah menurun. Sebagian besar dari kematian bayi berkaitan dengan prematuritas. Di satu pihak seksio sesarea telah
mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatic. Di
Universitas Sumatera Utara
lain pihak sejumlah bayi memiliki defek congenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup.
D. Preeklampsia 1. Defenisi
Menurut Maryunani 2012, terdapat beberapa pengertian dari preeklampsia, yaitu :
a Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria
dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum Bobak Jensen, 1995. Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Preeklampsia
dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension PIH gestosis atau toksemia kehamilan.
b Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan Mansjoer, dkk, 2007.
c Preeklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable usia
kehamilan 20 minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20
minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Achadiat, 2004. d
Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan atau
berlanjut menjadu kejang eklampsia dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta
solusio plasenta Skennan Kappel, 2001 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Varney 2006, preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu kecuali
pada penyakit trofoblastik dan dapat didiagnosis dengan kriteria berikut : a.
Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan sistolik ≥140 mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg, yang sebelumnya normal, disertai proteinuria ≥ 0,3 gram
protein selama 24 jam atau ≥ 30 mgdl dengan hasil reagen urine ≥1+.
b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai
adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah, dan
kadar enzim ginjal abnormal . Diagnosis preeklampsia didasarkan atas ditemukannya hipertensi disertai
dengan proteinuria atau edema, atau keduanya Oxorn, 2010
2. Epidemiologi
prevalensi preeklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan defenisi yang digunakan untuk menerangkannya Chappell et all, 1999. Terjadi kurang dari
5 dalam kebanyakan populasi, dan studi prospektif menunjukkan insiden di bawah 2,2 , bahkan pada populasi primigravida yang diketahui prevalensinya lebih tinggi
Higgins et al, 1997 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan Kelahiran, 2006.
3. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain
yang diperkitrakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia atau disebut juga sebagai faktor resiko antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola
hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia.
Universitas Sumatera Utara
4. Tanda dan Gejala
Preeklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala berikut: a.
Hipertensi dengan tekanan darah 160110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
b. Proteinuria 5 gram 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan
kualitatif. c.
Oliguria, urine 400 ml 24 jam atau kurang. d.
Edema paru-paru, sianosis. e.
Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual atau
muntah serta emosi mudah marah. f.
Pertumbuhan janin intrauterine terlambat. g.
Adanya HELLP Syndrome H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low Platelet Count.
Kriteria menentukan adanya edema adalah : nilai positif jika pitting edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah kelopak mata, dan tangan terutama setelah malam
tirah baring. Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah
sebagai berikut : + = sedikit edema pada daerah kaki pretibia, ++ = edema ditentukan pada ekstremitas bawah, +++ = edema pada muka, tangan, abdomen
bagian bawah ++++ = anasarka disertai asites protein positif, artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram per liter urine 24 jam atau lebih dari 2 gram per liter
sewaktu urine diambil dengan penyadapan kateter.
Universitas Sumatera Utara
5. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati,
dan otak menurun sampai 40-60. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus
dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat. Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklampsia berat terjadi penurunan volume darah,
edema berat dan berat badan naik dengan cepat. Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi
yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom
visual seperti skotoma Blind Spot dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan
saraf pusat sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek. Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat,
komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
Universitas Sumatera Utara
6. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya preeklampsia sebaiknya diperiksa juga:
a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: urium kreatinin, SGOT, LDH,
bilirubin. b.
Pemeriksaan urine: protein, reduksi, bilirubin, sedimen. c.
Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG bila tersedia.
d. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
7. Komplikasi
Komplikasi ibu dengan preeklampsia atau PIH: cerebral vascular accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan,
kematian janin intra uterine yang disebabkan hipoksia dan premature. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu preeklampsia ditambah
dengan kejang dan koma Khattheryn laura, 1995.
8. Pencegahan
Pencegahan timbulnya preeklampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara tepat.
Penyuluhan tentang manfaat istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat
melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi di antara kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama hamil,
terutama protein. Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.
Universitas Sumatera Utara
9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia : a.
Melindungi dari efek peningkatan tekana darah b.
Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklampsia c.
Mengatasi atau menurunkan resiko janin solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin.
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
Penatalaksanaan preeklampsia ringan TD 14090 mmHg: a.
Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin. b.
Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus batas aman : 140-15090-100 mmHg.
c. Istirahat yang cukup berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam
hari. d.
Diet rendah garam dan tinggi protein. e.
Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu minggu. f.
Indikasi dirawat, jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan.
g. Jika dalam perawatan tiak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
Penatalaksanaan preeklampsia berat TD 160110 mmHg: a.
Penanganan konservatif Penangan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medicinal untuk kehamilan 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Penangan aktif
Apabila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria berikut: 1
Ada tanda-tanda impending eklampsia 2
Ada HELLP syndrome 3
Ada kegagalan penangana konservatif 4
Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat 5
Usia kehamilan 35 minggu 6
Maka Ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin. 7
Pemberian pengobatan medicinal: anti kejang. 8
Terminasi kehamilan: bila pasien belum inpartu dilakukan induksi persalinan. Indikasi persalinan pada preeklampsia:
a Ibu: Umur kehamilan lebih dari 38 minggu; hitung trombosit kurang dari
100.000 sel mm
3
; penurunan fungsi hati yang progresif; penurunan fungsi ginjal yang progresif; dugaan abrupsio plasenta; nyeri kepala menetap atau
gangguan penglihatan; nyeri ulu hati, mual, dan muntah berat yang menetap. b
Janin: restriksi perkembangan janin yang parah; hasil pemeriksaan janin meragukan; oligohidramnion.
9 Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak terpenuhi atau
ada kontraindikasi persalinan per vaginam.
E. Preeklampsia Berat 1. Defenisi
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g 24 jam
Prawirohardjo, 2008
Universitas Sumatera Utara
2. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila
ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut. a.
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring. b.
Proteinuria lebih 5 g 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc 24 jam. d.
Kenaikan kadar kreatinin plasma. e.
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: 100.000 selmm
3
atau penurunan trombosit dengan cepat.
j. Gangguan fungsi hepar
k. Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat.
l. Sindrom HELLP.
3. Pembagian Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat dibagi menjadi: a.
Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia b.
Preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala
Universitas Sumatera Utara
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
4. Perawatan dan Pengobatan
Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang
terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
5. Monitoring Selama di Rumah Sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat
berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
USG dan NST.
6. Manajemen Umum Perawatan
Perawatan terhadap preeklampsia berat dibagi menjadi dua unsur: a.
Sikap terhadap penyakit Yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisianalis. Penderita preeklampsia berat
harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi kiri.
b. Sikap terhadap kehamilan
Berdasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap
kehamilannya dibagi menjadi: 1
Aktif aggressive management: berarti kehamilan segera diakhiri diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
2 Konservatif ekspektatif: berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi karena desain fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan
kaidah-kaidah terhadap orang-orang dalam situasi-situasi tertentu serta menangkap pengertian tentang sesuatu yang sedang diteliti.
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang pernah melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat di RSU Muhammadiyah Medan.
Dari hasil survei pendahuluan mulai dari Januari sampai November 2013, terdapat 41
orang yang melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat.
2.
Sampel
Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini 6 orang, menurut Polit 2005 pada studi fenomenologi biasanya didasarkan pada jumlah sampel dalam
ukuran yang kecil dengan jumlah sampel yang hanya 10 atau bahkan lebih sedikit dari 10 orang partisipan. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pengertian dari pertimbangan tertentu adalah
orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan untuk mempermudah penelitian dalam menjelajahi objeksituasi sosial yang diteliti. Dengan metode ini
partisipan yang memiliki kriteria yang sesuai selama pengambilan data akan
Universitas Sumatera Utara
dilibatkan sebagai subjek penelitian, adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Ibu primipara post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat hari ke 3-4.
b. Dapat berkomunikasi dengan baik.
c. Bersedia untuk diwawancarai.
C. Tempat Penelitian