4.3. Dominansi Vegetasi Mangrove di Hutan Mangrove Kuala Indah,
Kabupaten Batu Bara
Penentuan jenis vegetasi mangrove dominan dilakukan dengan menggunakan indeks nilai penting INP vegetasi mangrove di Hutan Mangrove Kuala Indah,
Kabupaten Batu Bara, untuk tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Indeks Nilai Penting INP Vegetasi Mangrove di Hutan Mangrove Kuala Indah, Kabupaten Batu Bara
No Jenis
KR FR
DR INP
H’ Pohon
1 Heritiera littolaris Dryand.
18,84 16,28
20,59 55,71
2 Excoecaria agallocha L
21,74 20,93
21,78 64,45
3 Calophyllum sp.
33,33 37,21
33,68 104,22
4 Xylocarpus granatum Koning
13,04 16,28
11,61 40,93
5 Avicennia alba Blume
13,04 9,30
12,35 34,69
1,54
Pancang
1 Heritiera littolaris Dryand.
12,74 15,38
28,12 -
2 Excoecaria agallocha L
22,17 25,00
47,17 -
3 Calophyllum sp.
48,11 30,77
78,88 -
4 Xylocarpus granatum Koning
7,55 17,31
24,85 -
5 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn.
4,72 5,77
10,49 -
6 Avicennia alba Blume
4,72 5,77
10,49 -
1,43
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan pohon berdasarkan Indeks Nilai Penting didominasi oleh jenis Calophyllum sp dengan INP
104,22 dan INP terendah adalah jenis Avicennia alba Blume dengan INP 34,69. Pada tingkat pertumbuhan pancang anakan pohon berdasarkan Indeks
Nilai Penting didominasi oleh jenis Calophyllum sp. dengan INP 104,22 dan INP terendah adalah jenis Scyphipora hydrophyllaceae dengan INP 34,69.
Pada kedua tingkat pertumbuhan didominansi oleh Calophyllum sp. Secara ekologi Calophyllum sp. tumbuh pada habitat pantai berpasir, hingga ketinggian
200 m dpl. Kadang-kadang tumbuh pada lokasi mangrove, biasanya pada habitat transisi. Keadaan ini sangat sesuai dengan keadaan hutan mangrove Kuala Indah,
Kabupaten Batu Bara dengan substrat berpasir. Indeks keanekaragaman vegetasi mangrove untuk tingkat pertumbuhan pohon
1,54 dan pancang adalah 1,43 berdasarkan Barbour et al., 1987 apabila nilai H 0 - 2 adalah termasuk kriteria keanekaragaman vegetasinya tergolong rendah.
Rendahnya tingkat pertumbuhan vegetasi mangrove di hutan mangrove Kuala Indah disebabkan oleh tingginya aktifitas masyarakat di sekitar hutan mangrove,
seperti pengambilan kayu untuk bahan bakar, perumahan, serta terjadinya perubahan fungsi hutan menjadi tempat wisata. Pemanfaatan hutan mangrove secara terus
menerus akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hutan mangrove dan akan menyebabkan lahan hutan mangrove kritis. Suatu lahan mangrove dapat dikategorikan
sebagai lahan kritis, apabila lahan tersebut sudah tidak dapat berfungsi lagi, baik sebagai fungsi produksi, fungsi perlindungan maupun fungsi pelestarian alam.
Menurut Saparinto 2007 kegiatan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap kerusakan mangrove adalah pengambilan kayu untuk keperluan komersial
serta peralihan peruntukan untuk tambak dan pertanian. Kegiatan masyarakat yang terus menerus akan mengkibatkan tingginya laju kerusakan hutan mangrove.
Pada dasarnya hutan mangrove memiliki dua fungsi yang sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu fungsi ekonomi dan ekologi. Kedua manfaat
tersebut secara potensial mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, tergantung pada karakteristik serta kompleksitas hubungan ekosistem yang ditimbulkannya Harahap,
2010.
4.4. Cadangan Karbon Tersimpan