Masalah Optimisasi Berpembatas Persamaan

Dan jika h maka ≤ − + h x f h x f Untuk → h , maka diperoleh: lim lim = ≤ − + = − − → → h h h x f h x f x f Limit kiri = limit kanan = 0, maka x f ada. Karena ≥ x f dan ≤ x f , maka dapt disimpulkan bahwa = x f atau . = ∇ x f ■

2.2 Masalah Optimisasi Berpembatas Persamaan

Pada masalah optimisasi berikut: Minimumkan x f Terhadap pembatas:       = = = 2 1 x h x h x h m  ……………………………2.3 dimana n R D x ⊂ ∈ Pada masalah 2.3 diasumsikan bahwa m ≤ n dan fungsi-fungsi f dan h i , i=1,2,…,m adalah kontinu dan mempunyai turunan parsial kedua yang kontinu. Dengan mengambil h = h 1 ,h 2 ,…,h m maka masalah optimisasi yang terdapat pada persamaan 2.3 tersebut dapat ditulis menjadi: Minimumkan x f Dengan pembatas:    ⊂ ∈ = n R D x x h ……………………………………….2.4 Universitas Sumatera Utara = x h pada persamaan 2.4 tersebut adalah pembatas fungsi x f dan D x ∈ disebut pembatas himpunan. Suatu titik D x ∈ yang memenuhi seluruh pembatas fungsi x f disebut titik fisibel. 2.3 Bidang Singgung Untuk menyelidiki apa syarat agar M menjadi bidang singgung di x , maka diperlukan konsep titik tetap. Berikut ini diberikan defenisi bidang singgung pada suatu permukaan S. Defenisi 2.3.1 Leithold, 1991 Jika persamaan suatu permukaan S adalah , , z y x h = 0, maka bidang singgung dari S pada titik , , z y x h adalah sebuah bidang melalui titik h dan mempunyai vektor normal , , z y x h ∇ . Defenisi 2.3.2 Luenberger, 1984 Suatu kurva pada permukaan S adalah keluarga titik-titik S t x ∈ dengan parameterisasi kontinu t untuk a ≤ t ≤ b. Suatu kurva terdiferensial jika dt t dx x = ada dan terdiferensial dua kali jika 2 2 dt t x d t x = ada. Suatu kurva xt disebut melalui titik t x disebut melalui titik x jika t x = untuk suatu . , b t a t ≤ ≤ Defenisi 2.3.3 Leon, 1999 Jika X = { } n x x x ,..., , 2 1 adalah himpunan vektor, maka X disebut bebas linear jika k 1 = k 2 = ……= k n = 0 sehingga persamaan vektor ... 2 2 1 1 = + + + n n x k x k x k Universitas Sumatera Utara Defenisi 2.3.4 Luenberger, 1984 Suatu titik x yang memenuhi pembatas = x h disebut titik regular dari pembatas jika vektor gradien 2 1 ,..., , x h x h x h m ∇ ∇ ∇ adalah bebas linier. Defenisi 2.3.5 Anton, 1997 Misalkan matriks A = A nxn maka A dikatakan non singular jika ada matriks A -1 disebut invers matriks sedemikian sehingga AA -1 = A -1 A = I. Defenisi 2.3.6 Luenberger, 1984 Misalkan A adalah suatu matriks nxn, maka Rank matriks A didefenisikan sebagai banyaknya baris-baris atau kolom-kolom yang bebas linier pada matriks A. misalkan A adalah suatu matriks mxn, jika rank A adalah minimum dari m,n, maka A dikatakan mempunyai rank penuh. Teorema 2.3.7 Luenberger, 1984 Misalkan S adalah permukaan yang didefenisikan oleh hx = 0. Persamaan bidang singgung pada titik regular x dari permukaan S tersebut adalah: { } : = ∇ = y x h y M I …………………………………………..2.5 Bukti: Misalkan T adalah bidang singgung x maka M T ⊂ , apakah x titik reguler atau tidak. Untuk suatu kurva t x yang melalui x pada t t = yang mempunyai turunan t x sehingga ≠ ∇ t x x h tidak akan terletak pada S. Untuk membuktikan T M ⊂ harus ditunjukkan bahwa jika M y ∈ maka terdapat suatu kurva pada S Universitas Sumatera Utara yang melalui x dengan turunan y. Untuk membangun kurva yang demikian ditinjau persamaan berikut: = ∇ + + t u x h ty x h T …………………………………...2.6 Pada persamaan 2.6 untuk t tetap, dianggap m R t u ∈ tidak diketahui dengan parameterisasi kontinu dari t. Pada t = 0 terdapat solusi u0 = 0. Matriks Jacobian dari sistem tersebut terhadap u pada t = 0 adalah matriks m x m, yaitu: T x h x h ∇ ∇ ……………………………………………….2.7 Matriks pada 2.7 adalah non singuler karena x h ∇ adalah rank penuh jika x adalah suatu titik tetap, maka untuk suatu solusi terdiferensial secara kontinu ut di daerah a t a ≤ ≤ − kurva t u x h ty x t x T ∇ + + = ada pada S. Dengan pendiferensialan 2.12 pada t = 0 diperoleh: t u x h ty x h dt d t x h dt d t ∇ + + =   = = u x h x h y x h T ∇ ∇ + ∇ = Karena y terdefenisi maka diperoleh = ∇ y x h dan karena T x h x h ∇ ∇ adalah non singular maka dapat disimpulkan bahwa = u , sehingga diperoleh: y u x h y x T = ∇ + = Hal ini menunjukkan bahwa kurva yang dibangun mempunyai turunan x pada yaitu y. ■

2.4 Syarat Orde Satu dan Dua