dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis Synthesis
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dinamakan sintesis. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, seperti dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan yang telah ada. f.
Evaluasi Evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Dalam perilaku seseorang banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk juga akan
mempengaruhi pengetahuan Notoatmojo, 2007. Menurut Green 1980 perilaku dipengaruhi tiga faktor utama yaitu:
a. Faktor predisposisi Predisposing factor
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. b.
Faktor pemungkin Enambling factors Faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat sehat, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya.
c. Faktor penguat Reinforcing factors
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait
Universitas Sumatera Utara
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, terutama para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut. Pengukuran perilaku juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan pada Bab 1, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan responden adalah apa yang diketahui masyarakat tentang penyakit
malaria. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara ukur berupa angket. Sedangkan alat
ukur yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat dalam pertanyaan terbuka dengan jumlah sebanyak 10 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1,
jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. sehingga skor total tertinggi 10. Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti 1986, yaitu :
1. Baik, bila jawaban responden benar 75 dari total nilai angket pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 40-70 dari total nilai angket pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar 40 dari total nilai angket pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu : 1.
skor 8-10 = baik 2.
skor 4-7 = sedang 3.
skor 3 =kurang Pengetahuan
Masyarakat Malaria
Universitas Sumatera Utara