TEORI KEPEMIMPINAN Pengaruh Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Loyalitas Dan Semangat Kerja Staf Dan Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2. TEORI KEPEMIMPINAN

2.1 Teori kepemimpinan klasik

Studi tentang kepemimpinan telah menarik perhatian para ahli.Sepanjang sejarah telah dimaklumi adanya pemimpin yang gagal dan berhasil.Di Amerika Serikat terdapat banyak penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik sampai yang modern.Berikut uraian hasil penelitian mereka.

a. Gaya kepemimpinan model taylor

Taylor 1911, seorang ahli teknik mesin sekaligus bapak manajemen menemukan gaya kepemimpinannya dalam memimpin perusahaan sebagai berikut. 1. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja adalah dengan meningkatkan teknik atau metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin. 2. Manusia untuk manajemen, bukan manajemen untuk manusia. 3. Fungsi pemimpin menurut teori manajemen keilmuan teori klasik adalah menetapkan dan menerapkan kriteria prestasi untuk mencapai tujuan. 4. Fokus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi.

b. Gaya Kepemimpinan Model Mayo

Gaya kepemimpinan Mayo 1920 yang terkenal dengan gerakan hubungan manusiawi merupakan reaksi dan revisi dari gaya kepemimpinan taylor yang Universitas Sumatera Utara memberlakukan manusia seperti mesin. Akibatnya banyak pegawai yang sakit, bercerai, kacau balau karena hidupnya hanya untuk bekerja, lupa makan, dan keluarga. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin selain mencari teknik atau mode kerja terbaik, juga harus memerhatikan perasaan dan hubungan manusiawi yang baik, pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam unit-unit kerja dan fungsi memimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota secara kooperatif dan mengembangkan kepribadian.

c. Studi Lowa

Penelitian kepemimpinan mula-mula dilakukan oleh Lippit dan White pada tahun 1930 dibawah pembimbing dari Universitas Lowa. Penelitian ini berpengaruh terhadap penelitian-penelitian berikutnya.Dalam penelitian, Lewin et al 1981 meneliti tiga klub ana-anak berumur 10 tahun. Setiap klub diminta memainkan peran tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis dan laize faire semaunya sendiri. Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu mengarahkan, dan tidak memberikan kesempatan bertanya apalagi membantah.Bawahan harus patuh pada perintah atasan tanpa membantah. Pemimpin demokratis mendorong kelompok untuk berdiskusi, berpartisipasi, mengharhai pendapat orang lain, siap berbeda dan perbedaan tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk didapatkan hikmahnya.Pemimpin demokratis mencoba untuk bersikap objektif dalam dalam memuji dan mengkritik.Sedangkan pemimpin laize faire memberikan kebebasan mutlak pada kelompok. Universitas Sumatera Utara Peneliti menemukan bahwa 19 dari 20 anak sangat suka kepada pemimpin yang demokratis, dan hanya 1 orang anak sangat senang dengan gaya kepemimpinan otoriter mungkin karena kebetulan dia anak seorang militer.

d. Studi Ohio

Penelitian ohio menemukan empat gaya kepemimpinan yang digambarkan sebagai berikut: 1. Struktur rendah perhatian tinggi yaitu pemimpin mendorong hubungan kerja sama harmonis dan kepuasan dengan kebutuhan sosial anggota kelompok. 2. Struktur rendah perhatian rendah yaitu pemimpin menarik diri dan menempati peranan pasif. Pemimpin membiarkan keadaan sejadinya. 3. Struktur tinggi perhatian tinggi yaitu pemimpin mendorong mencapai keseimbangan pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan kelompok yang bersahat. 4. Struktur tinggi perhatian rendah yaitu pemimpin memusatkan perhatian hanya kepada tugas. Perhatian pada pekerja tidak penting

e. Studi Michigan

Penelitian mengidentifikasikan dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting, diperhatikan minatnya, diterima keberadaannya dan dipenuhi kebutuhannya.Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.Pekerja diperlakukan sebagai alat Universitas Sumatera Utara untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua orientasi ini paralel dengan gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter dalam konsep perilaku kontinum dari tannenbaum-schmidt.

2.2 Teori Kepemimpinan Modern

Teori kepemimpinan Modern terdiri atas pendekatan : Sifat-sifat, Perilaku, Situasional-Kontingensi dan Pancasila. Teori kepemimpinan ini bersifat umum.Oleh sebab itu, dapat diterapkan dalam berbagai organisasi termasuk organisasi pendidikan.Keempat pendekatan kepemimpinan tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Teori Pendekatan Sifat-Sifat

Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan cara: Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin, dan membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif. Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin efektif antara lain adalah K11, yaitu: Ketakwaan, Kejujuran, Kecerdasan, Keahlian, Keikhlasan, Keserdahanaan, Keluasan Pandangan, Komitmen, Keahlian, Keterbukaan, Keluasan Hubungan Sosial, Kedewasaan, dan Keadilan. Wexley dan Yulk Moh. As’ad 1996 menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu kemampuan yang lebih tinggi dari rata-rata bawahannya, antara lain: memiliki kecerdasan yang cukup, Universitas Sumatera Utara memiliki kemampuan berbicara, memiliki kepercayaan diri, memiliki inisiatif, memiliki motifasi berprestasi dan memiliki ambisi.

b. Pendekatan Perilaku.

Pendekatan sifat ternyata tidak mampu menjelaskan apa yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Oleh karena itu, pendekatan perilaku merivisinya.Dikarenakan perilaku dapat dipelajari, maka pemimpin dapat dilatih dengan perilaku kepemimpinan yang tepat agar menjadi pemimpin yang efektif. Pendekatan ini menjelaskan perilaku kepemimpinan yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan gaya style yang dapat mewujudkan sasarannya misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotifasi bawahannya, melaksanakan kontrol, dan seterusnya.

c. Kepemimpinan Situasional-Kontingensi.

Pendekatan ini merevisi pendekatan perilaku.pendekatan ini menggambarkan bahwa gaya yang digunakan tergantung dari pemimpinnya sendiri, dukungan pengikutnya, dan situasi yang kondusif. Dengan menganalisis motivasi pokok bawahannya, pemimpin dapat menempatkan pada situasi yang sesuai.Kualitas hubungan pemimpin dengan dengan bawahan adalah yang paling berpengaruh pada efektifitas kepemimpinan sehingga kepemimpinan tidak begitu perlu mendasarkan pada kekuatan formalnya. Sebaliknya, jika ia tidak disegani atau tidak dipercaya maka ia harus didukung oleh peraturan yang memberi ketenangan untuk menyelesaikan tugasnya. Universitas Sumatera Utara

3. Peran Pimpinan.