d. Pelaksanaan Lelang
1. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling
singkat 14 empat belas hari setelah pengumuman lelang melalui media
massa.
2. Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang yang disita mengajukan
permohonan lelang kepada Kepala Kantor Lelang sebelum pelaksanaan
lelang.
3. Kepala kantor menentukan nilai limit dan diserahkan kepada Pejabat
lelang selambat-lambatnya pada saat dimulainya pelaksanaan lelang.
4.
Kepala kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang.
5. Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dan Jurusita Pajak , termasuk
istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta
anak angkat tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
6.
Biaya penagihan pajak ditambah 1 satu persen dari :
a
Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang.
b Pokok lelang dari penjualan secara lelang.
3.3.7 Penagihan Seketika dan Sekaligus
Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan seketika dan sekaligus. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan
penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh utang pajak
Universitas Sumatera Utara
dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dilakukan ketika :
a Penanggung Pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia.
b Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk pergi. c
Badan usaha akan dibubarkan oleh negara. d
Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu.
Dalam hal ini terjadi Penagihan Seketika dan Sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun
pajak. Penyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. Ketika Jurusita Pajak
mengetahui bahwa barang milik Penanggung Pajak akan disita oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan atau Penanggung Pajak akan membubarkan badan
usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimilikinya atau dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihan seketika dan sekaligus dengan
melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar barang milik Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
4.1 Tata Cara Penagihan Utang Pajak Terhadap Wajib Pajak yang Tidak Memenuhi Kewajiban Perpajakannya
Dengan system Self Assement menggantikan system Official Assesment yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak
terutangnya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan Negara dari sektor pajak tersebut dapat ditingkatkan . Hal ini berarti bahwa peranan Wajib
Pajak sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan system perpajakan tersebut. Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya. Banyak dari Wajib Pajak yang menghiraukan atas diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang menjamin atas lancarnya penerimaan pajak, kemudian
pihak aparatur pajak masih harus menerbitkan surat paksa yang merupakan salah satu sarana untuk mencairkan tunggakan pajak. Sebagai akibat dari ketidak patuhan Wajib
Pajak, maka dilakukan tindakan penagihan aktif sebagai sarana dalam mencapai penerimaan negara dari sektor pajak.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Tahun 2009, 2010 dan 2011
Tahun Surat Teguran
Surat Paksa Penerbitan
Lembar Penerbitan
Lembar 2010
5.697 973
2011 4.025
726
2012 1.420
640
Jumlah 11.142
2.339
Analisis tabel 4.1
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
Penagihan Pajak pada tahun 2009, 2010, dan 2011. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada setiap tahunnya. Namun setelah
Surat Teguran ini diterbitkan masih tetap ada Wajib Pajak yang mengabaikan surat tersebut, maka pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Paksa sebagai sarana
pencairan Tunggakan Pajak. Dari banyaknya Surat Teguran dan Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam pada tahun 2009, 2010, dan 2011 ternyata Wajib Pajak segera membayar utang pajaknya dan tidak sampai dikeluarkannya Surat
Perintah Melakukan Penyitaan. Dari data diatas dapat dilihat dari jumlah perbandingan antara Surat Teguran dengan Surat Paksa yaitu jumlah Surat Teguran
11.142 lembar dan Surat Paksa berjumlah 2.339 lembar. Dan hal positif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dapat kita lihat bahwa jumlah Surat Teguran
dan Surat Paksa semakin menurun setiap tahunnya.
4.2 Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Cara penagihan yang terakhir dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ialah penagihan paksa, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak negara
menyampaikan memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak jika
Universitas Sumatera Utara
Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya setelah dikeluarkannya Surat Paksa. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang “keras” dibidang perpajakan,
namun langkah ini merupakan upaya terakhir apabila Wajib Pajak tidak segera memenuhi kewajibannya.
Skema tata cara penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya :
Gambar 4.2 Tata Cara Penagihan Utang Pajak
Jatuh Tempo 21 Hari
7 hari 2 x 24 Jam
14 Hari 14 Hari
STP, SKPKB, SKPKBT, SK
Pbtulan, SK Keberatan.
Surat Teguran
Surat Paksa
Surat Perintah
Melakukan Penyitaan
Pengumuman Lelang
Pelaksanaan Lelang
Universitas Sumatera Utara
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengeluarkan Surat Teguran
setelah 7 Tujuh hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian diantaranya :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT
c. Surat Tagihan Pajak STP
Di dalam Pelaksanaan Penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.
2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya seharusnya
dibayar setelah lewat waktu 21 dua puluh satu hari sejak diterbitkannya Surat Teguran , Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dan dalam hal ini :
a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib
Pajak Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.
b. Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak Penanggung Pajak
dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan yang ada untuk diteliti :
1 Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan penghapusan
2 Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun jenis pajak lainnya
yang diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
3 Apakah tunggakan pajak menurut STPSKP sesuai dengan jumlah
tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa. 4
Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan keberatan.
3. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan dikantor atau tempat usaha tempat tinggal.
Apabila hal ini terjadi, maka salinan Surat Paksa diserahkan kepada : a.
Seseorang yang ada ditempat tinggalnya misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga.
b. Seseorang yang ada dikantornya salah seorang pegawai.
4. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak Penanggung Pajak maka salinan
Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada : a.
Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental.
b. Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha
bersangkutan atau ; c.
Pejabat Pemerintah setempat Bupati Walikota Camat Lurah dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2diatas juga tidak
dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak yang
bersangkutan. d.
Jurusita yang telah melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.
Universitas Sumatera Utara
5. Biaya Penyampaian Surat Paksa
a. Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya
harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak
kepada Penanggung Pajak. b.
Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku , maka ia berhak sepenuhnya
menerima biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak Penanggung Pajak.
Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak
tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah-langkah untuk
melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut. 6.
Surat Paksa yang telah dilaksanakan , diserahkan kepada Kepala Sub Bagian Seksi Penagihan disertai laporan Pelaksanaan penagihan dengan Surat
Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Verifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas Penagihan Wajib
Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan dan terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam buku register pengawasan penagihan,
buku register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STP SKP yang bersangkutan. Dalam melaksanakan Surat Paksa
Universitas Sumatera Utara
tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga perusahaan Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam
rangka mengambil langkah berikutnya. 7.
Laporan Pelaksanaan Surat Paksa a.
Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut.
b. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :
1 Jenis, Letak dan Taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan
tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 2
Pengakuan penyelesaian Surat Keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan
secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi. 3
Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar ,
itikad ingin membayar dan pandangannya terhadap penetapan Penagihan Pajak dan Sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan
usul untuk tindakan penagihan selanjutnya. 8.
Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung , maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-
usaha yang dilakukan dalam upaya Surat Paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Disamping pejabat Jurusita dapat memperlihatkan aset-aset atau barang- barang yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti
jika Wajib Pajak masih tetap tidak membayar utangnya. 9.
Apabila utang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya
Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2
dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak
mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan atau ditempat lain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai
jaminan pelunasan utang tertentu. Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas penyitaan kepada barang
yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan : 1
Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan. 2
Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan. Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang
ditanggung Penanggung Pajak. 10.
Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 empat belas hari
Universitas Sumatera Utara
sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita
mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertanahan setempat.
Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya Penagihan Pajak dan Utang Pajak, pelaksanaan lelang dihentikan
walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak
setelah pelaksanaan lelang.
4.3 Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat