peringatan lainnya. Selanjutnya apabila Wajib Pajak juga menghiraukan Surat Teguran tersebut pihak aparatur pajak akan menerbitkan Surat Paksa guna
mencairkan tunggakan pajak.
3.2.2 Dasar Hukum Penagihan Pajak
a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah
dengan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
b. Undang – Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan UU KUP sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Dengan adanya peraturan dan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum penagihan pajak di Indonesia, maka pajak yang dipungut oleh pemerintah
sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alasan lain bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk tidak
membayar pajaknya.
3.2.3 Tindakan Penagihan
Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2 dua langkah :
a. Penagihan Pasif
Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak
Universitas Sumatera Utara
terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari belum dilunasi, maka 7 tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan
pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
b. Penagihan Aktif
Penagihan Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, di mana dalam upaya ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan
dan Surat Ketetapan Pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Apabila Utang Pajak yang disampaikan lewat Surat Ketetapan Pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan
penagihan pajak sebagai berikut :
3.3 Surat Teguran 3.3.1 Dasar Hukum
a. Pasal 1 angka 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
561KMK.042000 Tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa,
untuk hak dan kewajiban perpajakan untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
561KMK.042000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus, Pelaksanaan Surat Paksa, untuk hak dan kewajiban perpajakan
untuk masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya.
c. Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
524KMK.032008 Tanggal 6 Februari 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus,
untuk hak dan kewajiban perpajakan untuk masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan sesudahnya.
d. Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
524KMK.032008 Tanggal 6 Februari tentang Tata Cara Pelaksanaan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus,
untuk hak dan kewajiban perpajakan untuk masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan sesudahnya.
3.3.2 Penerbitan Surat Teguran
Tindakan Penagihan Pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenisnya diterbitkan apabila Penanggung Pajak
tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo. Penerbitan Surat Teguran dilakukan sebagai berikut :
a. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
Universitas Sumatera Utara
Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.
b. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT,
kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.
c. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT,
kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan
Putusan Banding. d.
Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum
Universitas Sumatera Utara
tanggal diterima Surat Pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak , kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak tanggal
pencabutan pengajuan keberatan tersebut.
3.3.3 Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa PPSP a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa. 2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa. 3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari
Penjualan SecaraLelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 5 Tahun 1998
tentang Penyanderaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor147K.MK.041998 tentang Penunjukan Pejabat Untuk
Universitas Sumatera Utara
Penagihan Pajak Pusat, Tata Cara dan Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan pajak.
6. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
148KMK.041998 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan Pada Bank Dalam
Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 7.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 149KMK.041998 tentang syarat-syarat, Tata Cara Pengangkatan dan
Pemberhentian Juru Sita Pajak. Liliawati, 1999:18
b. Pengertian Surat Paksa
Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak UU NO.19 Tahun 2000 Pasal 1 angka 12.
c. Isi Dan Karakteristik Dari Surat Paksa
Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 dua segi, yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
1. Dari segi isinya :
a Nama Wajib Pajak Penanggung Pajak, keterangan yang cukup
beralasan yang menjadi dasar penagihan, serta perintah membayar. b
Berkepala kata-kata “atas nama keadilan” yang dengan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1970 Pasal 4 disesuaikan bunyinya
menjadi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Universitas Sumatera Utara
c Dikeluarkan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan Kepala Daerah. 2.
Dari segi karakteristiknya : a
Mempunyai kekuatan hukum yang pasti. b
Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan grosse dari putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi
pada Hakim atasan. c
Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak biaya-biaya panggilan.
d Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan dan penyanderaan
pencegahan.
c. Penerbitan Surat Paksa