Eksistensi Kesenian Dolalak di Desa Mlaran

3. Eksistensi Kesenian Dolalak di Desa Mlaran

Kesenian tari Dolalak merupakan sabuah tarian rakyat yang menjadi primadona tari tradisional di Purworejo. Dolalak adalah kesenian khas dari Kabupaten Purworejo, tepatnya berasal dari Desa Mlaran. Sejarah terciptanya tarian Dolalak yang menjadikan tarian khas dari Purworejo ini konon bermula dari peniruan oleh beberapa pengembala terhadap gerakan tarian dansa serdadu Belanda. Tarian yang sudah eksis sejak sekitar 85 tahunan ini telah merebak hampir di setiap desa di wilayah Purworejo.

Tarian ini merupakan peninggalan pada zaman penjajahan Belanda. Asal kata Dolalak adalah dari not Do dan La karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada, tentunya pada zaman dulu awal mula Dolalak. Namun ada juga yang mengartikan istilah Dolalak dari kata Do dan Lala (menari, bersenang- senang), yang artinya sebuah tarian pada jaman Belanda untuk mengungkapkan rasa bahagia dan bersenang-senang sambil bernyanyi dan menari. Dolalak diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang, dan sebagainya. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah diringi dengan musik modern, yaitu keyboard.

commit to user

Gambar 4.3. Alat Musik Pengiring Kesenian Dolalak

Dolalak dimainkan oleh satu kelompok penari yang terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Pada awalnya penari Dolalak dilakukan oleh laki-laki, namun sesuai perkembangan jaman dan minat audiens, mulai tahun 1976 sampai sekarang penari Dolalak hanya dilakukan oleh para wanita, berseragam hitam dengan aksesoris yang gemerlapan juga ada aksesoris yang khas yaitu kacamata hitam. Jadi, sekarang ini sudah jarang sekali dijumpai penari Dolalak laki-laki, kebanyakan dilakukan oleh para wanita.

Secara detail, kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian. Oleh orang Jawa, nyanyiannya menggunakan nyanyian yang berisi sindiran seperti pantun. Sesuai perkembangan jaman, lagu-lagu yang dimainkan lebih bervariasi dan beragam.

commit to user

Gambar 4.4. Kostum dan Aksesoris Penari Dolalak

Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi brand image Kabupaten Purworejo khususnya Desa Mlaran sebagai daerah asal kesenian Dolalak. Dolalak semakin populer di kalangan generasi muda. Hal ini tidak luput dari peran Pemerintah Daerah Purworejo yang terus mengembangkan dan melestarikan kesenian asli daerah ini. Bahkan di setiap event-event tingkat nasional kesenian Dolalak selalu tampil sebagai suatu kesenian yang unik.

Dalam pertunjukan Dolalak, yang membuat unik dan paling menarik dari tari Dolalak adalah ketika penari memasuki tahap tarian trance. Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (tidak sadarkan diri) atau yang sering disebut dengan istilah kesurupan. Penari-penari Dolalak bisa mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik. Saat penari mengalami trance yang ditandai dengan mengenakannya kaca mata hitam, penari akan mampu menari berjam-jam tanpa henti. Selain itu gerak tariannya pun berubah menjadi lebih energik dan mempesona. Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Ketika dalam kondisi kesurupan (tak sadar) biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa, dan sebagainya. Kadang hingga ada yang sampai makan beling kaca, bunga, dan lain- lainnya yang tidak sewajarnya untuk dimakan. Namun kesadaran penari akan pulih kembali setelah sang dukun “mencabut“ roh dari tubuh sang penari.

commit to user

Mlaran kecamatan Gebang dan dirintis oleh bapak Karyadi yang tidak lain adalah sesepuh Desa Mlaran. Pada jaman dahulu, waktu masih jaya bpk Karyadi selalu memenangkan festival yang diadakan di Purworejo. Kesenian yang menjadi no satu tersebut bernama group Dolalak Sri Dadi dari Mlaran. Kesenian tersebut juga mendapatkan sponsor rokok Djarum 76 sampai pentas ke Ancol dan tempat penting lainnya. Namun sekarang sudah terpecah belah menjadi beberapa group kesenian Dolalak. Jadi dalam satu desa Mlaran ada tiga group dolalak Sri Arum, Sri Dadi dan satu lagi Sri Mulyo, dari kesemuanya group dolalak itu bapak Karyadi yang memimpin dan kemudian diambil alih orang, itulah sedikit komentar dan usulan pada pemda purworejo bagaimana supaya tarian dolalak dari desa Mlaran pimpinan bapak Karyadi dipatenkan dan menjadi sumber awal mula tarian dolalak yang diperbanyak oleh group-group lain di Purworejo. Di wilayah Purworejo saja sudah banyak banyak group dolalak lain, takutnya nanti dolalak diklaim negara lain misalnya Belanda yang menurut sejarah dulu waktu menjajah.

Keeksistensiannya Dolalak di Desa Mlaran sangat tinggi. Di setiap lomba-lomba kesenian tingkat nasional kesenian Dolalak selalu menjuarai. Hal inilah yang selalu mendorong Kesenian Dolalak selalu ditampilkan dalam Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore Pramuka dari tingkat daerah sampai Nasional, pertunjukkan budaya antar daerah, bahkan sudah melanglang ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Oleh karena itu Dolalak dipatenkan sebagai kesenian asli Indonesia pada umumnya dan menjadi kesenian asli daerah Kabupaten Purworejo pada khususnya. Hal ini bertujuan agar Dolalak tidak diklaim sebagai milik perseorangan, daerah, atau bahkan bangsa lain.

Dolalak di Desa Mlaran semakin berkembang bahkan dikenal di luar daerah Mlaran. Setelah kesenian ini ditayangkan di salah satu televisi nasional, peminat dan penanggapnya juga ada yang berasal dari pulau lain seperti Kalimantan. Hal inilah yang membuat Desa Mlaran dikenal sebagai desa Dolalak. Namun untuk mempertahankan keeksistensian kesenian Dolalak, dijumpai banyak kendala, salah satunya yaitu biaya material yang dibutuhkan untuk pengembangannya. Menurut para narasumber, pemerintah memang mendukung

commit to user

bantuan materi berupa uang sebagai dana pelengkap. Kerja sama antara pemerintah dan instansi kesenian di rasa masih kurang. Jadi para pendiri dan pelatih Dolalak mengembangkan kesenian secara mandiri tanpa bantuan pemerintah setempat. Mereka menggunakan kreatifitas dan usaha mereka masing- masing untuk mempertahankan keeksisan kesenian Dolalak. Hal itulah yang membuat kesenian tradisional Dolalak sedikit terhambat dalam biaya pengembangannya.

Berdasarkan uraian di atas diperoleh kesimpulan bahwa kesenian mengalami perubahan dari tiap generasinya. Hal inilah yang membedakan karakteristik antara keseniapn dolalak di tiap generasi secara tradisional dan modern.

Tabel 4.1. Karakteristik Kesenian Dolalak

No. Jenis/Bentuk

Mayoritas perempuan

2. Kostum/pakaian

Membawa senjata dan

tanpa kacamata

Tanpa senjata dan menggunakan kacamata

3. Alat musik

Hanya alat musik tradisional saja (bedug,

kendang, rebana, dll)

Disertai alat musik modern (gitar, organ, drum, dll)

4. Tarian

Gerakan tarian tradisional

Disertai gerakan tarian modern (goyangan erotis)

5. Lagu

Lagu asli dolalak (ikan cucut, saya cari, pakek nanti, makanlah

sirih, kelap-kelip, dll)

Disertai lagu tambahan sesuai keinginan penanggap/penonton (dangdut,campur sari, dll)

Perubahan penyajian kesenian Dolalak tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Purworejo pada umumnya dan masyarakat Desa Mlaran pada khususnya merupakan masyarakat yang selalu berkembang mengikuti jaman. Masyarakat setempat tidak merubah bentuk aslinya dari kesenian Dolalak tersebut, tetapi hanya menambahkan beberapa variasi saja dalam penyajiannya.

commit to user

memiliki karakteristik yang sesuai degan masyarakat di Kabupaten Purworejo.

Tabel 4.2. Kaitan Antara Karakteristik Kesenian Dolalak dengan Masyarakat

Purworejo