Peran Kesenian Dolalak dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran

3. Peran Kesenian Dolalak dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran

Kesenian Dolalak ini merupakan salah satu dari kesenian daerah. Karena kesenian ini lahir di tengah-tengah masyarakat pada masa penjajahan dan memiliki unsur-unsur mistik yang masih melekat pada masyarakat sampai sekarang ini. Namun kesenian ini masih simpang siur tempat asal mulanya dan penciptanya belum diketahui. Ada yang mengatakan kesenian Dolalak berasal dari Mlaran, ada yang mengatakan dari Kaligesing, ada juga yang mengatakan dari Grabag bahkan Sejiwan.

Menurut bapak Narimo, “Sebenarnya yang namanya Dolalak cikal bakal dari Mlaran, terus dari daerah lain disuruh mengembangkan ” (Narto Narimo, 43, Petani). Jadi dari segi historisnya, kesenian ini asli dari Purworejo, dimana cikal bakalnya berasal dari Desa Mlaran dan dikembangkan di daerah lain seperti Kaligesing, Grabag, Sejiwan. Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh bapak Ahmad Khoirudin selaku sesepuh Desa Mlaran, beliau mengemukakan pendapat yang berbeda degan narasumber lainnya.

“... Pendiri Dolalak adalah pak Karyadi saking Mlaran, namung Dolalak asale saking Grabag. Pelatihe niku namine Jasman .... ” (Akhmad Khoirudin,73,petani)

Jadi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maksud dari pendapat bapak Ahmad Khoirudin adalah “... pendiri Dolalak adalah pak Karyadi

dari Mlaran, tetapi Dolalak berasal dari Grabag. Pelatihnya itu bernama Jasman ... .” (Akhmad Khoirudin,73,petani). Dengan kata lain Dolalak merupakan percampuran dari dua daerah di Kabupaten Purworejo yaitu seorang pendiri yang berasal dari Mlaran dan pelatihnya yang berasal dari Grabag. Jadi masih adanya kebingungan terhadap tempat asal berdirinya kesenian Dolalak.

Kesenian ini juga telah mengalami banyak perubahan. Walaupun kesenian Dolalak sudah mengalami banyak perubahan namun kesenian ini masih tetap eksis dan intinya masih tetap sama dengan aslinya, hanya saja mendapat

commit to user

musik pengiring dan penarinya. Kesenian juga memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Ada yang menjadikan kesenian sebagai hiburan dan kesenangan saja, mata pencaharian tambahan bahkan utama, ritual keagamaan, penyampain pesan secara simbolik, pendidikan, dan alat sosialisasi. Semuanya dikemas secara berbeda-beda dan dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Begitu juga dengan peranan kesenian Dolalak di Desa Mlaran.

Bagi sebagian besar warga Desa Mlaran, kesenian Dolalak tidak bisa dijadikan sebagai mata pencaharian utama. Karena kesenian ini tidak selalu ada setiap waktu, tetapi hanya waktu-waktu tertentu saja. Pada kenyataannya, sebagian besar kesenian ini dipertunjukan untuk tujuan komersial saja dan sebagian kecilnya dipertunjukan hanya pada acara tertentu di desa, itupun juga secara komersial. Jadi kesenian ini dipertunjukkan jika ada yang menanggap dan membayarnya. Oleh karena itu tidak mudah untuk menjumpai pertunjukan kesenian ini di hari-hari biasa.

Seperti yang telah diungkapkan oleh bapak Ahmad Khoirudin selaku sesepuh desa Mlaran. Pada saat menjumpainya di rumah sederhananya, beliau mengemukakan mengenai manfaat dari kesenian Dolalak dengan logat jawanya yang kental.

“.... Manfaat dolalak namung seni, kesenian. Mboten onten manfaate, mung ngge hiburan. Coro seniki organ tunggal. Nek wayang onten manfaate

kagem ruwat ....” (Akhmad Khoirudin,73,petani)

Arti dari ungkapan tersebut adalah “.... Manfaat Dolalak hanya seni, kesenian. Tidak ada manfaatnya, hanya untuk hiburan. Seperti halnya sekarang organ tunggal. Sedangkan wayang ada manfaatnya untuk ruwat ....” (Akhmad Khoirudin,73,petani). Jadi intinya kesenian Dolalak hanya sebagai hiburan dan untuk ditanggap saja. Lain halnya dengan wayang yang biasanya untuk upacara tradisional yang sakral seperti ruwatan.

Lain halnya dengan pendapat bapak Adiwarno. Banyak manfaat yang didapat dari berkarya di bidang kesenian, khususnya kesenian Dolalak di Desa Mlaran.

commit to user

kangge tambah srawung sedulur men kathah kancane, keno imbalan kanggo tuku buku cah sekolah, karo nggo opo wae jenenge duit, njuk nambah pengalaman tanggap teng pundi-pundi duwe kenalan. ” (Adiwarno, 75, petani).

Beliau mengemukakan bahwa, “ manfaat tersebut banyak kegunaannya. Namanya juga saya mengasuh anak sekolah. Pertama untuk tambah silaturahmi supaya banyak temannya, bisa imbalan untuk membeli buku anak sekolah, dan untuk apa saja namanya juga uang, lalu menambah pengalaman tahu dimanapun punya kenalan ” (Adiwarno, 75, petani). Jadi baginya sangat menyenang kan dan tidak ada ruginya mengikuti kesenian Dolalak, bahkan sangat menguntungkan bagi kehidupan sosialnya.

Dari segi ekonomi, kesenian Dolalak cukup membantu dan bisa dijadikan sebagai pekerjaan sambilan. Kesenian Dolalak tidak dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama pada masyarakat Desa Mlaran pada khususnya. Seperti yang diungkapkan oleh pelatih kesenian Dolalak “Sri Arum” :

“ ... Dahulu, kesenian Dolalak dalam sebulan dipentaskan bisa mencapai 27 kali. Namun sekarang karena banyaknya kesenian yang sudah beredar dan

lebih modern, membuat kesenian Dolalak menjadi berkurang dalam pementasannya. Sehingga Kesenian Dolalak tidak dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyara kat Desa Mlaran” (Narto Narimo, 34, petani).

Hal ini dikarenakan kesenian Dolalak hanya dipentaskan jika ada yang menanggap saja. Sebagian besar masyarakat menggantungkan perekonomian mereka dari hasil pertanian, karena lahannya yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Berkaitan dengan pertanian, kesenian Dolalak tidak dikaitkan untuk menyambut hasil panen. Kesenian Dolalak hanya dijadikan hiburan saja disaat ada yang menanggapnya di acara hajatan, kitanan, dan lain sebagainya.

Dari segi pendidikan, kesenian Dolalak juga memiliki peran yang besar dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan kesenian. Hal ini dibuktikannya dengan telah dicanangkannya kesenian Dolalak ke dalam muatan lokal di tingkat Sekolah Dasar (SD). Menurut kepala sekolah SD Negeri 1 Mlaran

commit to user

se Kabupaten Purworejo tersebut sejak tahun 1970‟an sampai sekarang. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan dan menambah nilai kesenian bagi siswa dan meningkatkan kreatifitas siswa sejak usia dini.

Pelaksanaannya, dijumpai beberapa hambatan dengan ditambahnya kesenian Dolalak ke dalam muatan lokal di tingkat SD. Menurut Bapak Busroni, “mata pelajaran kesenian Dolalak ini memiliki kendala dalam pengajar dan alokasi waktunya yang dirasa masih kurang ”. Guru pengajar yang secara khusus menguasai kesenian Dolalak dirasi masih jarang. Untuk waktunya yang dirasa masih kurang karena jam belajar mengajar tidak ditambah sedangkan mata pelajaran bertambah, sehingga kurang sesuai dalam pemanfaatan waktunya. Menurut beliau juga kesenian ini akan lebih baik jika dimasukkan ke dalam ekstrakulikuler sekolah karena kesenian Dolalak dalam pembelajarannya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Kesenian ini juga membutuhkan suasana yang tepat agar tidak mengganggu kelas lain yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dari segi politik, kesenian Dolalak sudah jarang bahkan tidak pernah dikaitkan dengan kegiatan politik seperti kampanye dan lain sebagainya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu sesepuh Desa Mlaran , “... Dolalak mboten nate kagem kampanye, mung kangge tiyang gadah damel” (Akhmad Khoirudin, 73, petani). Beliau mengungkapkan bahwa “... Dolalak tidak pernah untuk kampanye, hanya untuk hajatan” (Akhmad Khoirudin, 73, petani). Baginya, Kesenian Dolalak merupakan kesenian rakyat yang dari rakyat, milik rakyat, dan untuk rakyat. Jadi kesenian ini tidak bisa dimiliki secara pribadi oleh suatu partai ataupun untuk kegiatan politik lainnya.

Berbeda dengan pendapat tokoh budaya Desa Mlaran, “... Kagem kampanye kadang-kadang cok ngangge. Nate riyen jaman kampanye Marhaen, coro seniki PDI. Kados niku perlu ” (Adiwarno, 75, petani). Beliau mengungkapkan bahwa: “... untuk kampanye kadang-kadang dipakai. Pernah dahulu pada masa ka mpanye Marhaen, kalo sekarang PDI. Seperti itu perlu” (Adiwarno, 75, petani). Menurutnya selama hal itu tidak mengganggu, jadi tidak

commit to user

dikarenakan faktor eksistensi dan ekonomi juga. Jadi motivasi bapak Adi tersebut hanya untuk meningkatkan kualitas kesenian Dolalak agar tetap dikenal dan untuk menambah penghasilan dari upah pertunjukkannya tersebut.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian Dolalak memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Di bidang sosial, kesenian ini dapat menghibur masyarakat dan dapat mempererat tali silaturahmi dengan cara kerja sama dalam mempertahankan keberadaan kesenian Dolalak. Selain itu juga dapat meningkatkan kreatifitas dan partisipasi masyarakat di bidang seni. Di bidang ekonomi, kesenian ini dapat dijadikan sebagai pekerjaan sambilan yang dapat menjadi penghasilan tambahan bagi pelatih dan anggotanya. Dari segi pendidikan, kesenian ini memiliki peran untuk meningkatkan dan menambah nilai kesenian bagi siswa serta meningkatkan kreatifitas siswa sejak usia dini, selain itu juga dapat menanamkan jiwa nasionalis yang tinggi pada anak.