SUNTINGAN TEKS
BAB IV SUNTINGAN TEKS
A. Inventarisasi Naskah
Langkah awal suatu penyuntingan naskah adalah inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah merupakan pengumpulan seluruh informasi mengenai naskah yang menjadi objek penelitian. Inventarisasi naskah dilakukan dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan melihat katalog naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan maupun tempat yang mengkoleksi katalog naskah.
Katalog-katalog yang diteliti oleh penulis yaitu sebagai berikut.
1. Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.
2. Behrend, T. E. (Ed). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3A Fakultas Sastra Indonesia . Jakarta:Yayasan Obor Indonesia-Ecole Francaise D‟extreme orient.
3. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 1999. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara jilid 5 A Jawa Barat: Koleksi Lima Lembaga . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia- Ecole Francaise D‟extreme.
4. Edi. S. Ekadjati dan Undang A. Darsa. 2000. Direktori Edisi Naskah Nusantara . Jakarta: Manassa dan Yayasan Obor Indonesia.
5. Howard, H. Joseph. 1988. Malay Manuscript. La Bibliographical Guide. University of Malaya Library: Kuala Lumpur Malaysia.
6. Jenifer Lindsay, RM. Soetanto & Alan Feinsten. 1994. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara . Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
7. Loir, Henry Chambert dan Oman Fathurrahman.1999. Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia- World Guide To Indonesia Manuschript Collections . Ecole Francaise d‟extreme Orient. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
8. Ronkel, S. Van. 1909. Catalogus Der Maleische Handschriften in het Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wettenshappen.
9. Ronkel, S. Van. 1909. 1921. Suplement of the Catalogus der Maleische en Minangkabausche Handschriften in de Leidshe Universiteits-Bibliotheek . Leiden: E. J. Brill Dari katalog-katalog tersebut, naskah tercatat dalam Katalogus Koleksi
Naskah Melayu (Sutaarga dkk., 1972, h. 279) dalam naskah Aneka Karangan Ml. 479, halaman 315.
B. Deskripsi Naskah
Setelah inventarisasi naskah dilakukan, langkah selanjutnya ialah deskripsi naskah. Deskripsi naskah ialah menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Deskripsi naskah meliputi: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris pada setiap halaman naskah, huruf, aksara, dan tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa Setelah inventarisasi naskah dilakukan, langkah selanjutnya ialah deskripsi naskah. Deskripsi naskah ialah menjelaskan keadaan naskah secara terperinci. Deskripsi naskah meliputi: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris pada setiap halaman naskah, huruf, aksara, dan tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa
Adapun deskripsi naskah Tarjuman secara rinci adalah sebagai berikut.
1. Judul Naskah
Naskah yang menjadi objek penelitian ini berjudul “Tarjumānu Al- Must}afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż- Ż ikri ‘Alā At}-T}ari>qati Al- Khalw ātiyyati”. Judul tersebut dapat ditemukan pada halaman pertama teks Tarjuman .
Judul naskah di atas berbeda dengan judul yang terdapat di dalam katalog Amir Sutaarga. Di dalam katalog Amir Sutaarga, naskah bernomor Ml. 479 B berjudul ”Adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu”. Peneliti memilih dan menggunakan judul penelitian sesuai dengan yang ditulis oleh pengarang teks karena alasan sebagai berikut.
a. Pada halaman pertama teks Tarjuman, penulis naskah menyebutkan judul tulisannya yaitu “Tarjumānu Al-Must}afi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi
A ż- Ż ikri ‘Alā At}-T}ari>qati Al-Khalwātiyyati.”
b. Teks Tarjuman berisi tentang 20 adab zikir Tarekat Khalwatiyah, zikir la> ila>ha illa> Alla>h , adab dan kaifiat talkin, dan niat zikir. Hal tersebut berbeda dengan cakupan judul yang ditulis dalam katalog Amir Sutaarga yang bersifat umum yaitu ”Adab berzikir dan segala sesuatu yang berhubungan denga n itu”.
2. Nomor Naskah
Naskah “Tarjumānu Al-Must}afi>di Min Al-‘Arabiyyati Li Adabi Aż- Ż ikri ‘Alā At}-T}ari>qati Al-Khalwātiyyati” yang selanjutnya disingkat Tarjuman
bernomor Ml. 479 B. Ml. merupakan singkatan dari Melayu. Kode koleksi naskah Melayu di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, terdaftar dengan nomor 479. Huruf B menunjukkan urutan nomor seri naskah.
3. Tempat Penyimpanan Naskah
Naskah ini tersimpan sebagai salah satu koleksi naskah Melayu yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba 28 A, Jakarta, Indonesia.
4. Keadaan Naskah
Fisik naskah masih utuh dan lengkap, artinya tidak terdapat lembaran- lembaran naskah yang hilang. Naskah menggunakan kertas impor (deskripsi naskah Perpustakaan Nasional RI, penyunting Fathmi). Naskah dalam keadaan baik, ditunjukkan dengan seluruh halaman yang masih utuh meski terlihat di sudut kanan atau kiri bagian atas atau bawah kertas yang sedikit sobek atau berlubang. Kertas berwarna coklat dan kotor. Tulisan cukup jelas terbaca dan ditulis dengan tinta hitam dan merah. Penjilidan masih baik dan dijilid dengan kertas karton warna coklat tua.
5. Ukuran Naskah
a. Ukuran lembaran naskah p x l = 21,5 cm x 15,5 cm.
b. Ukuran ruang teks p x l = cm 9 x 15 cm.
6. Tebal Naskah
Tebal naskah AK 76 halaman. Peneliti mengambil salah satu teks dari delapan teks AK yaitu Ml. 479 B yang berjumlah 29 halaman. Dari 29 halaman ini tidak terdapat halaman yang kosong
7. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah
Jumlah baris pada setiap baris halaman naskah adalah 19 baris. Pada halaman terakhir hanya memiliki 2 baris.
8. Huruf, Aksara, dan Tulisan
a. Jenis tulisan Jenis tulisan yang dipakai adalah Arab Melayu.
b. Ukuran huruf Ukuran huruf yang dipakai dalam penulisan berukuran sedang (medium).
Perhatikan contoh kutipan teks berikut ini.
c. Bentuk huruf
Bentuk huruf yang digunakan ialah bentuk bulat. Perhatikan contoh berikut ini.
d. Keadaan tulisan Keadaan tulisan cukup baik dan jelas. Perhatikan contoh berikut ini.
e. Jarak antar huruf Jarak antar huruf termasuk rapat. Perhatikan contoh berikut ini.
f. Goresan pena
Goresan pena dalam teks tampak tebal. Perhatikan contoh berikut ini.
g. Warna tinta Warna tinta yang dipakai dalam teks ada dua macam yaitu tinta hitam dan
merah. Tinta merah dipakai untuk menulis kata penghubung, kutipan hadis, ayat Quran, dan kosa kata dalam bahasa Arab. Sementara yang lain ditulis dengan tinta hitam. Perhatikan contoh di bawah ini.
Berikut ini contoh kata dan kalimat dari kutipan teks di atas yang tertulis dengan tinta merah.
h. Pemakaian tanda baca Dalam naskah ini tidak digunakan tanda baca. Di dalamnya hanya terdapat
kata-kata tumpuan yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat, antar linea dan antar wacana, misalnya kata dan, demikian itu, maka, adalah, dan lain lain.
9. Cara Penulisan
a. Penempatan tulisan pada lembar naskah Cara penempatan tulisan pada lembar naskah yaitu, teks ditulis dari kanan ke
kiri. Cara seperti ini mengikuti cara penulisan huruf Arab. Penulisan teks pada lembaran naskah tidak secara bolak balik.
b. Pengaturan ruang tulisan Ruang tulisan terbentuk secara bebas tidak ada pembatas, misalnya garis yang
mengatur ruang tulisan.
c. Penomoran naskah Ada penomoran halaman pada sudut kanan atas kertas yang ditulis memakai
pensil.
10. Bahan Naskah
Bahan naskah adalah kertas Eropa. Kertas ini berwarna coklat.
11. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan dalam naskah ini adalah bahasa Melayu klasik. Di dalamnya terdapat banyak istilah bahasa Arab, misalnya rah}imahu All āhu ta’ālā, s}al ā Allāhu ‘alaihi wa sallama dan lain lain.
12. Bentuk Teks
Bentuk teks yang digunakan adalah bentuk prosa.
13. Umur Naskah
Berdasarkan keterangan pada kolofon, naskah ini selesai ditulis pada waktu Zuhur, hari Selasa, bulan Safar tahun 1260 H. Jika dihitung, tahun 1260 H ialah tahun 1844 M, jadi umur naskah ini 166 tahun.
14. Identitas Pengarang
Dalam teks Tarjuman tidak diperoleh keterangan identitas pengarang, yang ada hanya nama penyalin teks yaitu bernama Abas dari negeri Aceh.
15. Fungsi Sosial Teks
Fungsi sosial teks adalah sebagai sarana dakwah, petunjuk dan ajaran tentang adab zikir tarekat Khalwatiyah.
16. Catatan Lain
a. Naskah ini memiliki cap kertas atau watermark yaitu Man In The Moon.
b. Terdapat cathword atau alihan kata di setiap halaman. Alihan kata ditulis di sudut kiri bawah halaman yang berfungsi sebagai penanda awal kata pada halaman berikutnya. Cathword juga berfungsi sebagai penanda bahwa tidak terdapat halaman yang kosong. Berikut ini tabel cathword atau alihan kata yang terdapat dalam teks Tarjuman.
Tabel 1
Cathword
No. Alihan Kata
Halaman
No.
Alihan Kata Halaman
c. Terdapat beberapa coretan yang ada dalam naskah Tarjuman. Coretan ini tidak hanya berupa garis tipis lurus tetapi juga berupa garis tebal yang tidak beraturan.
Halaman/Baris
d. Di dalam teks Tarjuman terdapat catatan lain yang terletak di pias kanan dan kiri teks. Catatan lain ini tidak hanya berupa kata tetapi juga kalimat.
Tabel 3
Catatan Lain
No. Catatan Lain
Halaman
Letak
1. 1 pias kanan
2. 1 pias kiri
3. 8 pias kanan
4. 13 pias kiri
5. 24 di atas tulisan yang
dicoret
C. Iktisar Isi Teks
Halaman
isi teks
1 pembukaan terdiri dari:
a. Basmalah
b. Hamdalah, puji-pujian kepada Allah Taala yang bermilik sekalian alam.
c. Selawat, salam, serta rahmat Allah kepada Nabi Muhammad dan segala nabi, serta keluarga, dan sahabatnya.
d. Kata amma> ba’du yang artinya „adapun kemudian dari itu‟
e. Penjelasan tentang judul teks yaitu “Tarjumānu Al- Must}afi>di Min Al- ‘Arabiyyati Li Adabi Aż- Ż ikri ‘Alā At}- T}ari>qati Al-Khalw ātiyyati”.
2-7 isi terdiri dari
a. Adab zikir 20 perkara. Dibagi menjadi 3 bagian yaitu 5 adab sebelum zikir, 12 adab ketika zikir dan 3 adab sesudah zikir.
b. Penjelasan 5 adab sebelum zikir
1. Taubat dari maksiat.
2. Suci dari hadas kecil dan besar.
3. Diam seraya membimbing hati kepada Allah.
4. Minta tolong dengan hatinya kepada syekh ketika mabuk kepada zikir dan kaifiatnya.
5. Diiktikadkan minta tolong dalam berzikir kepada syekhnya.
c. Penjelasan 12 adab ketika berzikir.
1. Duduk di tempat yang suci.
2. Meletakkan dua telapak tangan di atas kedua paha seperti duduk dalam sembahyang dan menghadap kiblat.
3. Dibunuh bau-bau pada kainnya dan pada tempat berzikir.
4. Memakai pakaian yang halal.
5. Memilih tempat yang kelam jika mampu.
6. Memenjamkan mata.
7. Membayangkan wajah syekhnya di dalam hati.
8. Berzikir bersama-sama atau sendiri.
9. Ikhlas
10. Memilih kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu ketika berzikir.
11. Menghadirkan makna zikir dengan hati sesuai derajat musyahadahnya .
12. Saat berzikir hanya mengingat Allah dan menafikkan selain-Nya
d. Penjelasan 3 adab setelah zikir.
1. Diam, khusyuk, dan tawaduk saat berzikir.
2. Menetapkan nafas dari keluarnya kadar tiga nafas atau lebih.
3. Menahan diri dari minum air segar satu samat atau setengahnya.
8-10 a. Penjelasan tentang kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu.
b. Penjelasan tentang kandungan huruf pada kalimat la>
ila>ha illa> Alla>hu .
11-12 Penjelasan tentang keutamaan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu . 13-18
a. Penjelasan tentang adab talkin.
b. Penjelasan tentang kaifiat talkin.
c. Penjelasan tentang kaifiat talkin zikir jika bersama laki-laki.
d. Penjelasan tentang kaifiat talkin zikir la> ila>ha illa> Alla>hu dan ‟uhu>d bagi perempuan yang hianat. 19-23
a. Tentang nasehat memelihara diri bagi murid kepada perempuan yang hianat dan orang muda.
b. Penyebutan tentang 6 risalah Arab yang diambil oleh
penyalin naskah.
c. Penjelasan tentang lafaz niat fatihah oleh murid (bagi syekh yang empunya talkin, empunya silsilah, segala anbiya dan auliya, dan Nabi Muhammad, dan dua ibu bapak dan barang yang dikehendakinya), dan penjelasan doa yang diriwayatkan ( ma’sur) dari Nabi setelah zikir dan wirid.
24-29
Penutup terdiri dari:
a. Kata “tamat”
b. Penyebutan identitas penyalin.
c. Penyebutan semua nama pengarang risalah yang diambil oleh penerjemah naskah.
d. Penjelasan mengenai selesainya penulisan teks.
e. Selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabatnya.
D. Kritik Teks
Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constituo textus) (Baroroh-Baried, dkk. 1994:61). Penelitian filologi berusaha membersihkan teks dari kesalahan dan menyusunnya kembali menjadi naskah yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan kritik teks sangat dibutuhkan, karena naskah Melayu pada umumnya mempunyai tradisi penyalinan yang bebas dan terbuka. Peluang penyalin yang bebas tersebut menyebabkan munculnya kerusakan bacaan.
Berdasarkan hal tersebut, teks Tarjuman sebagai naskah Melayu banyak mengalami kesalahan. Kesalahan yang ditemukan dalam teks ini yaitu sebagai berikut.
1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Contoh: halaman: 3
“tedapat”
seharusnya “terdapat”
2. Adisi, yaitu penambahan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Contoh: halaman: 5
“dina”
seharusnya “di”
3. Ditografi, yaitu perangkapan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Contoh: halaman: 2 “Allah Allah” seharusnya “Allah”
4. Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Contoh: halaman: 2
“pohon”
seharusnya “mohon”
5. Transposisi, yaitu pemindahan letak huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Contoh: halaman: 12
“nabi” Perincian kesalahan salin tulis dari masing-masing kasus dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
“bani”
seharusnya
Tabel 2
Lakuna
No. Hal./ Baris Tertulis Arab Tertulis Latin Edisi
muda>wamah
4. 17/2 makamakam menggenggam
Tabel 3
Adisi
No. Hal./ Baris
Tertulis Arab
Tertulis Latin Edisi
No. Hal. / Baris Tertulis Arab Tertulis Latin Edisi
1. 2/18 Allah Allah Allah
akan akan
No. Hal. / Baris
Tertulis Arab
Tertulis Latin Edisi
2. 5/6 yang ditentunya yang dimintanya
7. 20/3 barangsiakanya barangsiapanya
Tabel 6
Transposisi
No. Hal. / Baris
Tertulis Arab
Tertulis Latin
Edisi
1. 2/7 mimangnakan memungkinkan
bani
nabi
Tabel 7
Ketidakkonsistenan Penulisan
No. Hal. / Baris
Edisi 1. 1/9
Tertulis Arab
Tertulis Latin
itunlah
itulah
suji
suci
hingga 7/11
hingka
petujuk
petunjuk
jenderung
cenderung
jiri
ciri
dibaja
dibaca
seyogyaya
seyogyanya
mengujap
mengucap
zikirja
zikirnya
E. Suntingan Teks
1. Pengantar Salah satu tujuan penelitian ini adalah menyediakan suntingan teks Tarjuman.
Dengan suntingan ini diharapkan tersedia bentuk teks Tarjuman yang baik dan benar. Baik, dalam arti mudah dibaca dan dipahami karena telah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan dalam penyalinan. Benar, dalam arti suntingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Suntingan teks Tarjuman disajikan dengan menggunakan tanda-tanda khusus sebagai berikut.
a. Tanda garis miring dua ( // ) dipakai untuk menunjukkan pergantian halaman.
b. Kata, frase atau kalimat yang diberi angka ( ¹, ², ³,…) di kanan atas dapat dilihat di dalam catatan kaki.
c. Angka (1, 2, 3,…) yang pada sisi pias kanan teks menunjukkan halaman naskah.
d. Tanda kurung siku […] adalah tanda penghilangan huruf atau kata.
e. Tanda kurung (…) adalah tanda penambahan huruf atau kata.
f. Tanda sudut <…> adalah catatan tambahan yang tertulis pada pias kiri atau pias kanan teks.
g. Tanda 3 titik … dipakai untuk menunjukkan teks tidak terbaca oleh penyunting.
Teks Tarjuman menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Melayu dan bahasa Arab atau peristilahan dalam bahasa Arab. Suntingan teks Tarjuman menggunakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) kecuali hal-hal sebagai berikut.
1. Kosa kata Melayu yang Arkhais dan kosa kata yang menuliskan ciri khas bahasa asal (Melayu) ditulis sesuai dengan aslinya dengan diberi garis bawah.
2. Kosa kata Arab dan istilah bahasa Arab yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia cara penulisannya menggunakan pedoman transliterasi dan ditulis miring dengan menggunakan format huruf Times New Arabic. Semua kata dalam bahasa Arab ditransliterasikan dengan huruf kecil kecuali kata Allah, asma Allah, Nabi Muhammad, nama orang, dan pada semua kata di awal kalimat.
2. Pedoman Transliterasi Arab Melayu-Latin
a. Konsonan Pedoman transliterasi dinyatakan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 8
Pedoman Transliterasi
No. Huruf
Nama
Transliterasi No. Huruf Nama Transliterasi
1. ا
alif
a 16. ط
t}a t}
hamzah …'…
Transliterasi terhadap huruf Arab Melayu yang tidak termasuk huruf Hijaiyah. No.
Huruf
Nama
Dibaca
ca c
ga g
nga
ng
nya
ny
pa pa
1) Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut. Tanda
Nama
Huruf Latin
Transliterasi fathah a a
kasrah i
dammah u
2) Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf.
Tanda dan huruf
Nama
Gabungan huruf
Transliterasi
fathah dan ya a dan y
ai
ا ... و alif dan wau a dan w
au
Contoh: halaman: 13
wa al- lailata’
3) Maddah
Harakat dan huruf
Nama
Transliterasi
... … ي… ا fathah dan alif atau ya
kasrah dan ya
i<
.. ُ ... و dammah dan wau
u>
Contoh: halaman: 1
ris ālatun
halaman: 1
lat}i>fatun
halaman: 2
fus}u>lin
4) Ta Marbutah Transliterasi untuk ta marbutah yaitu sebagai berikut.
a) Ta Marbutah hidup Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah /t/.
Contoh: halaman: 1 at}-t}ar īqati al- khalwa>tiyyati
b) Ta marbutah mati Ta marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah
/h/.
5) Syaddah (Tasydid)
Tasydid ( ّ ) diedisikan dengan konsonan rangkap.
Contoh: halaman: 1
wa sammaituh ā
halaman: 1
wa as}-s}ala>tu
6) Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
( … لا) Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariyah . Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ataupun huruf qamariyah ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda hubung (-).
a) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah diedisikan menjadi huruf syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh: halaman: 1
a ż-żikri
b) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah yang terletak di awal dan
tengah kalimat atau frase diedisikan dengan /al-/.
Contoh: halaman: 1
al- ‘arabiyyati
7) Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrop. Namun itu hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif.
Contoh: halaman:1
anbiy āi
3. Suntingan Teks
1 „a>lami>na. Segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala yang bermilik sekalian
Bismi Alla>hi ar-Rah}ma>ni ar-Rah}i>mi. Al-h}amdu (li Alla>hi) Rabbi al-
alam.Wa as}-s}ala>tu wa as-sa la>mu „ala Muh}ammadin sayyidi al-anbiya>'i wa al-mursali>na . Dan rahmat Allah dan selamat atas Muhammad penghulu segala
a nbiyā`i dan segala nabi yang mursal. Wa „ala> a>lihi wa s}ah}bihi ajma„i>na. Dan atas segala keluarganya dan sahabatnya sekalian mereka itu.
A mma> ba„du. Faha>żihi risa>latun lat}i>fatun qali>latun fi> baya>ni adabi a ż-żikri wa ma> yata„allaqu bihi „ala> at}-t}ari>qati al-khalwa>tiyyati.
Adapun kemudian dari itu maka itulah 1 satu risalahnya yang latif lagi sedikit pada menyatakan akan adab zikir dan barang yang bergantung dengan dia atas tarekat
khalwatiyyah . Rujimtu <bilisa>ni>al-j awiyyi liyantafi„a biha> al-mubtadi'u kamis\lihi . Telah akan juru bahasa dengan bahasa Jawi supaya beroleh manfaat dengan dia orang yang mubtadi yang seupama aku.
Wa sammaituha> tarjuma>nu [al-mu] al-must}afi>di min al- „arabiyyati (li) adabi a ż-żikri „ala> at}-t}ari>qati <fi>>al-khalwa>tiyyati. Maka aku namai akan dia tarjuma>n al-mustafid artinya juru bahasa yang diambil faedah daripada bahasa Arab pada menyatakan adab zikir atas tarekat khalwati. Wa as'alu Alla>ha an
2 yunfi„a// bihā kamā nafi‟a biās}lihā. Dan aku mohon 2 daripada Allah Taala bahwa
memberi manfaat dengan dia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi asalnya. Wa rattabtu hā „alā fus}ūlin. Dan aku hatur akan dia atas beberapa pasal- pasal pada menyatakan akan adab zikir.
1 Terbaca “itulah”, tertulis
2 Terbaca “mohon”, tertulis
Ketahui olehmu seyogyanya 3 bagi orang yang hendak berzikir itu memelihara akan segala adabnya. Adapun adab zikir itu amat banyak dan membilang akan dia.
Oleh setengah masya>yikh seribu adab banyaknya. Tetapi memungkinkan 4 oleh ba‟du al-masya>yikh kepada dua puluh perkara yaitu lima perkara dahulu daripada
berzikir dan dua belas perkara dalam hal berzikir dan tiga perkara kemudiannya.
Adapun adab yang lima perkara yang dahulu daripada berzikir itu maka yaitu pertama taubat daripada segala maksiat, bersamaan ada ia maksiat yang z}a>hir atau batin. Kata syekh „Abdullah Ali asy-Syarqāwi> rahimahu Allāh ta‟ālā dalam rabī‟u al-fu'a>di , “Bermula hakikat taubat daripada kaum ahli as}-s}ufi> itu meninggalkan barang yang tiada sampai murid kepada tarekatnya, bersamaan ada ia perbuatan atau
kata-kata atau jabat-jabat. 5 ” Kedua, suci anggota daripada hadas kecil dan besar.
6 Ketiga, diam segala anggota serta bimbang hatinya tatkala itu dengan Allah 7 hingga hilanglah segala khawatir dalam hatinya. Kemudian maka diperikut akan lidah
dengan la> ila>ha illa> Alla>hu supaya hasillah//, dengan demikian itu s}idqun dan
3 jam‟iyah insya Allah Taala. Keempat, minta tolong dengan hatinya daripada syekh
tatkala mabuk kepada zikir dan kaifiatnya bahwa di hadir dalam hati rupa syekhnya antara hadapannya daripada persoalan żikir serta minta tolong daripadanya akan petuah, maka jadilah syekh bertaulan sama-sama pada berjalan kepada Allah Taala. Dan syekh pun minta tolong seperti demikian daripada syekhnya pula hingga sampai kepada nabi s} ala> Alla>hu „alaihi wasallama. Dan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi
3 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
4 Terbaca “memungkinan”, tertulis 5 Terbaca “suci”, tertulis
6 Terbaca “Allah” ,t ertulis
7 Terbaca “hingga”, tertulis 7 Terbaca “hingga”, tertulis
karena itulah terdapat 9 tiada bagi murid daripada syekhnya yang arif yang mutasil sanadnya dengan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama. Kelima, diiktikadkan
minta tolong berzikir itu semata-mata tolong syekhnya jua. Dan syekh itu minta tolong daripada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama, karena syekh itu wasi[t](l)ah antara kita dan antara nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama dan gantinya.
Adapun adab zikir yang dua belas yang dalam hal berzikir itu maka yaitu pertama duduk tempat yang suci. Kedua, bahwa di hantarkan dua tapak tangannya atas kedua pahanya seperti duduk dalam sembahyang serta berhadap kiblat jika ada ia seorang dirinya.// Dan jika bersama-sama dengan orang yang banyak maka
4 hendaklah duduk berkeliling saf zikir. Kata ba‟du al-masyāyikh, “Bermula kaifiat
duduk jika ada ia orang yang mubtadi maka hendak pula ia duduk seperti duduk dalam sembahyang. Dan jika ada ia maka orang yang muntaha maka hendaklah duduk Ia dengan bersila. ” Ketiga, dibunuh baun-baun pada kainnya dan pada tempat berzikir. Keempat, memakai pakaian yang halal. Kelima, memilih tempat yang kelam jika dapat ia. Keenam, meme[n]jam dua matanya supaya jadi terbuka segala panca indera yang batin dan tertutup segala panca indera yang z}a>hir. Ketujuh, menyerupai dengan hatinya akan rupa syekhnya dari hadapannya seperti yang telah tersebut kaifiatnya. Maka yaitu selebih-lebih kuat adab daripada kaum ahli as}- s}ufi> . Kedelapan, benar ia pada zikir yakni bersamaan serta orang yang banyak atau seorang dirinya. Kesembilan, ikhlas hatinya semata-mata wajah Allah Taala.
8 Terbaca “ muda>wamah”, tertulis 9 Terbaca “terdapat”, tertulis
Kesepuluh, dipilih akan zikir itu kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu kata segala arif bi Alla>h i , dan diperoleh faedah pada zikir la>ila>ha illa> Alla>hu. Barang yang tiada di peroleh daripada segala zikir yang lain, tetapi syarat memilih zikir la>ila>ha illa> Alla>hu itu jika berzikir sama-sama orang banyak, dan jika berzikir seorang
dirinya, maka hendaklah berzikir dengan barang yang petunjuk 10 guru jua. Kesebelas, dihadir makna zikir dengan hatinya atas masing-masing// derajat musyahadahnya.
Kata setengah masya>yikh, jika ada ia orang yang mubtadi mengata dengan lidahnya la>ila>ha illa> Alla>hu dan diingat dengan hatinya la> Ma„bud illa>
5 Alla>hu artinya tiada yang disembah melainkan Allah Taala jua. Dan jika ada ia
orang yang mutawassit}, maka mengata dengan lidahnya la> ila>ha illa> Alla>hu dan diingat dengan hatinya lalu la> Mat}lu>ba illa>> Alla>hu artinya tiada yang
dimintanya 11 melainkan Allah Taala jua. Dan jika ada ia orang yang muntaha maka mengata dengan lidahnya la> ila>ha illa> Alla>hu dan diingat dengan hatinya la>
Mauju>da illa> Alla>hu artinya tiada yang maujud melainkan Allah Taala. Keduabelas, di nafi tiap-tiap yang lain daripada Allah Taala dengan lafaz} la> ila>ha pada tiap-tiap kali berzikir supaya hasil memberi bekas illa Allahu kedalam hatinya. Karena bahwasannya Allah Subhanahu wa Taala sangat cemburu akan melihat barang yang dalam hati hambanya yang mukmin barang yang lain daripada Allah Taala.
10 Terbaca “petunjuk”, tertulis
11 Terbaca “ yang dimintanya”, tertulis
Dan hendaklah berzikir itu dengan takzim dan quwat yang sempurna. Kata setengah masya>yikh hendaklah di 12 bagi lafaz} la> daripada pusatnya serta dibuang
ilāha kepada pihak kanannya kemudian maka dipalu illa Allahu ke dalam hati serta cenderung kepala kepada pihak kiri hingga masuk lafaz} jala>lah ke dalam hati sanubari serta hadir hati// yang menuai 13 dalamnya. Kata syekh Ahmad Ad-
6 Dardi>ri> al-Khalwa>ti> dalam risalahnya, “Dan hendaklah tatkala berzikir itu dengan quwat yang sempurna. Dan cenderung 14 kepalanya kepada pihak kanan
tatkala mengata l ā dan di kembali lafaz} ila>ha ke atas dadanya kemudian maka di palu lafaz} illa> Allahu itu kepada pihak kiri yaitu atas hati sanubari hingga turunlah lafaz} jal ālah ke dalam hatinya maka jadilah hilang dengan dia segala khawatir yang jahat dalam hatinya insya Allah Taala. ”
Kata syekh asy-Syarq āwi>, “Telah ijmak segala kaum ahli as}-s}ufi> atas
bahwa seyogyanya 15 bagi murid apabila berzikir itu hendaklah dengan takzim dan quwat 16 yang sempurna. Dan menggurui akan kepadanya hingga sampai ia kepada
tapak kakinya. Dan adalah yang demikian itu menunjuk akan bahwasanya ia empunya himmah. Dan lagi diharap akan segera petuah insya Allah Taala ”. Adapun jika berzikir ia dengan asma yang mufrad, yaitu Allah Allah atau huwa huwa atau hayyun hayyun atau qayy ūm atau lainnya maka hendaklah dipalu akan dadanya
12 Terbaca “di‟, tertulis 13 Terbaca “menuai”, tertulis
14 Terbaca “cenderung”, tertulis 15 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
16 Terbaca “hingga”, tertulis 16 Terbaca “hingga”, tertulis
Soal: jika ditanyai orang apa yang di nafi pada la> ila>ha illa> Alla>hu dan
apa yang di isbat padanya?. Jawab: bahwa yang di nafi itu// ul ūhiyyah daripada
7 barang yang lain daripada Allah Taala dan di isbat ul ūhiyyah kepada Allah Taala yang wajibu al-wuj ūdi.
Adapun adab yang tiga perkara kemudian daripada berzikir itu maka yaitu pertama, tetap ia apabila diam daripada berzikir serta khusyuk dan tawaduk serta hadir hatinya dan muraqabah. Kata imam al-Ghaz āli rahimahu Alla>h Ta‟a>la> bahwa bagi diam ini tiga adab. Pertama, bahwa menghadir hatinya bahwasannya
Allah Taala menilik atasnya. Kedua, menetapkan segala anggota hingga 18 tiada berkerut satu daun bulu roma, seperti tikus yang di pegang oleh kucing. Ketiga, di
nafi segala khawatir dalam hatinya. Kedua, menetapkan nafas daripada keluarnya
19 kadar tiga nafas atau lebih hingga 20 tujuh nafas segar-segar kuasa jua. Karena yang demikian itu terlebih segera menerangi mata hati dan terbuka hijab dan putus segala
khawatir nafsu dan setan na ūz\ubi Alla>hi minha. Ketiga, menahan diri daripada minum air sekira-kira satu samat atau setengahnya, karena yang demikian itu jadi padam h}ara>ra>h zikir dan jadi hilang rindu yang hasil daripada berzikir. Dan lagi jadi memberi mudarat pada badan.
17 Terbaca “cenderung”, tertulis 18 Terbaca “hingga”, tertulis
19 Terbaca “hingga”, tertulis 20 Terbaca “segar-segar”, tertulis
Pasal pada menyatakan barang yang takluk pada kalimat zikir yaitu la> ila>ha illa> Alla>hu . Ketahui olehmu// bahwasanya la> ila>ha illa> Alla>hu itu
8 empat kalimat pada lafaz} dan lima kalimat dengan yang mah}z\u>f. Pertama, kalimat nafi yaitu L ā. Kedua kalimat yang di nafi yaitu ila>ha. Ketiga, kalimat
istifna> ' yaitu illa>. Keempat, kalimat yang disebut yaitu Allah. Dan kalimat yang mah}z\u>f itu maujud maka jadilah dengan dia la> ila>ha illa> Allah maujud.
Kata syekh Muhammad al-Amiri dalam risalahnya, “Adapun pada kaul yang afs}ah tiada harus di mad kalimat la kurang daripada tiga harakat tetapi harus di mad lebih daripadanya hingga sampai kepada tujuh harakat seperti yang telah masyhur pada ahli al-qura>'i dan dinamai akan mad, yang demikian mad munfas}il namanya
karena ciri 21 hamzah daripada huruf mad. ” Kata Sibt}u al-Mars}u>fi dalam jauhar al-kha>s}i , “Telah bersalah-salahan ahli al-qura>'i pada mad yang munfas}il maka
setengah mereka itu mengata harus diqasarnya. ” Adapun pada mereka itu ahli sufi hal keadaan muwafakat dengan imam Nawa>wi rah}imahu Alla>h Ta ‟a>la>, maka yaitu mengata ia sunat di mad pada la> ila>ha illa> Alla>hu. Dan memilih oleh setengah mereka itu ahli sufi akan qasar nya atas mad, karena menakut akan mati tatkala itu, itulah kesudahan kata Sibt}u al-Mars}u>fi. Adapun pada kaul yang bukan
9 afs}ah yakni// kaul yang fasih namanya, maka yaitu tiada harus kurang di mad
daripada dua harakat. Adapun la>m jala>lah itu tiada harus di mad kurang daripada dua harakat dan adalah mad ini t}abi> „i> namanya karena bahwasanya alif itu qadra dua harakat daripada ahli al-qura'i. Kata syekh Muh}ammad al-Ami>ri al-
21 Terbaca “ciri”, tertulis
Ma>liki>, 22 “bahwasannya segala kalimat tauhid itu semuanya tertib melainkan la>m jala>lah 23 , maka yaitu dibaca dengan tafkhi>m jua. ”
Adapun sekalian huruf la> ila>ha illa Alla>hu itu tersimpan kepada empat huruf. Pertama, la>m. Kedua, alif. Ketiga, ha. Keempat, hamzah. Maka makhraj
la>m 24 itu daripada tepi lidah yang di hantar pada dalam gigi s\ana>ya> yang di atas. Dan makhraj alif itu dalam rongga mulut keluar ia daripada semata-mata nafas
jua. Dan makhraj ha dan hamzah itu keduanya dalam h{ulqu>m jua tetapi makhraj hamzah itu jauh sedikit daripada makhraj ha> jua. Dan lagi kata syekh Muh}ammad al-Ami>ri dalam risalahnya, “Telah menakut oleh segala ulama daripada diam atas ha> la> ila>ha, karena yang demikian itu jadi memberi waham akan ta „t}il, yakni di nafi sekalian ulu>hiyyah karena terkadang mati tatkala itu na„u>z\u bi Allah minha> . ” Dan wajiblah di was}lu la> ila>ha itu dengan illa Alla>hu. Dan lagi kata syekh Muh}ammad al-Amiri jangan engkau mengikut akan kata setengah// orang
10 yang menyerupai diri seperti ahli sufi padahal diam pada ha> ila>ha tiada mengata
illa> Alla>hu . Dan orang yang waqaf pada ha ila>ha kemudian maka dikata illa> Alla>hu. Dan orang yang mengata illa> Alla>hu jua dan tiada mengata dahulunya illa> Alla>hu maka adalah segala orang yang tersebut itu amat jahil. Dan lagi kata syekh Muh}ammad al-Ami>ri dalam risalah nya pula , “Ketahui olehmu bahwa jangan engkau ikut orang yang mengtafkhi>m huruf nafi> yaitu la> atau mengama>lin nya dengan alif kepada pihak dua bibirnya, maka jadilah tatkala itu akan wau atau kepada pihak tengah lidahnya, maka jadilah ia seperti ya atau menukar
22 Terbaca “semuanya”, tertulis 23 Terbaca “dibaca”, tertulis 24 Terbaca “dalam‟, tertulis 22 Terbaca “semuanya”, tertulis 23 Terbaca “dibaca”, tertulis 24 Terbaca “dalam‟, tertulis
Muh}ammad al-Ami>ri , “Jangan engkau ikut akan orang yang mad ha lafaz} ila>ha dan orang yang mad hamzah lafaz} Allah. ” Dan adalah mereka itu yang mengata seperti demikian itu amat jahil akan zikir wa Alla>hu a„lam. Kata Sibt}u al- Mars}ufi> 26 dalam jauhar al-khas}i, “Seyogyanya bagi orang yang berzikir itu di
tah}qi>q hamzah lafaz} Allah [supaya] supaya tiada jadi akan ya dan di tah}qi>q hamzah lafaz} illa> serta ditasydi>d lam nya. ” Dan lagi kata Sibt}u al-Mars}ufi, “> Wajib// di qasar ha daripada lafaz} ila>ha dan tiada harus ditukar hamzah lafaz}
11 illa> akan ya> dan lagi tiada harus di mad hamzah pada illa> karena yang demikian
itu bersalahan dengan barang yang datang pada syarh}. ” Dan lagi kata Sibt}u al- Mars}ufi , “> Wajiblah di fatah} baris ha ila>ha dan tiada harus dimatikannya pada hal ikhtiar dan waqaf nya. ” Dan jikalau mati tatkala itu maka jadilah ... nafi sekalian [ulu>hiyyah]ulu>hiyyah na„uz\u bi Alla>hi minha>. Kata syekh As-Sama>nuri> dalam tuh}fatu as-sa>liki>n, “Wajiblah bagi orang yang berzikir itu memelihara akan zikir daripada lah}n nya. ”
Soal: jika ditanya ia adakah harus di sempitkannya zikir atas la> ila>ha illa> Alla>hu jua atau dikata sertanya Muhammad Rasulullah? Jawab: kata syekh Muhammad al-Ami>ri , “ Jika [disempitkan] disempitkan daripada yang dahulu daripada aku zikir atas la> ila>ha illa> Alla>hu itu baik jua dan jika dikata sertanya Muhammad Rasulullah pun baik jua karena ada datang pada syarh} atas demikian itu wa Alla>hu a „lam fas}l.”
25 Terbaca “semuanya”, tertulis 26 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
Pada menyatakan fad}i>lah la> ila>ha illa> Alla>hu, bermula fad}i>lah nya itu amat banyak dan setengah daripadanya hadis nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama , “Afd}alu ma> qultu ana> wa an-nabiyyu>na min qabli> la> ila>ha illa> Alla>hu ”, artinya yang terlebih afdal barang yang aku kata dan segala anbiya la>
12 ila>ha// Illa> Alla>hu. 27 Ketahui olehmu tiadalah syak bahwa nabi s}ala> Alla>hu
„alaihi wa sallama mengata akan dia dengan kata yang fas}ih} yakni menunai hak segala hurufnya. Dan seyogyanya 28 bagi orang yang berzikir itu mengata ia seperti
yang demikian itu supaya hasil baginya pahala yang sempurna insya Allah Taala. Dan lagi sabda nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama,”Inna li Alla>h „amu>dan min nu>ri baina yadai al-'arsyi faiz\a qa>la al-'abdu la> ila>ha illa> Allah ihtazza z\alika al-'amu>du fayaqu>lu Alla>hu uskun fayaqu>lu kaifa askun wa lam tagfir liqa>'iliha fayaqu>lu Alla>hu qad gafartu fayaskunu ”, yakni bahwasanya bagi Allah Taala itu satu tiang daripada nu>r antara hadapan „arsy Allah Taala. Maka apabila mengata oleh hamba akan la> ila>ha illa Alla>hu niscaya berkerut-kerut. Demikian tamat. Maka firman Allah Taala baginya diam olehmu maka mengata ia betapa aku diam, padahal tiada engkau ampuni bagi orang yang mengucap dia. Maka firman Allah Taala (bahwa)sanya telah aku ampuni akan dosanya, maka diam ia. Kata Sibt}u al-Mars}ufi> dalam jauhar al-kha>s}i, “Faqad warrada fi ba„d}i al- as\ a>ri anna man qa>laha> sab„i>na alfa marratin ka>nat fida>'uhu min an-na>ri
13 wa liz\a>lika ikhta>ra as-sa>datu as}-s}u>fiyah mula>qin minha> fi kulli al-
ah}wa>li wa minhum manit// takhaz\aha> wirdan fi> kulli yaumin alfa marratin wa minhum fi> al-yaumi wa al- lailati sab„i>na alfa marratin”, yakni maka
27 Terbaca “nabi”, tertulis 28 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
(bahwa)sanya datang pada as\ar bahwasanya barangsiapa mengucap akan dia tujuh puluh ribu kali niscaya ia jadi ia menebusnya daripada api neraka. Dan karena itulah, memilih oleh segala penghulu ahli sufi akan mulaqin akan dia pada tiap-tiap hal. Dan setengah mereka itu orang yang mengambil dia akan wirid pada tiap-tiap hari seribu kali. Dan setengah mereka itu orang yang mengambil dia wirid daripada tiap-tiap hari dan malam tujuh puluh ribu kali. Dan apabila seorang kamu kembali ke rahmat Allah
Taala, maka seyogyanya 29 kamu tahlil baginya, yaitu tujuh puluh ribu kali, kemudian sembahyang Isya, tetapi terafdal memaca quran dahulunya, kemudian maka
mengucap tahlil dan lagi seyogyanya 30 dilebih daripada tujuh puluh ribu kali, karena terkadang ada yang lupa diingat maknanya tatkala itu. Dan hendaklah kamu hadiah
pahalanya kepadanya. Kemudian daripada mengucap tahlil. Dan lagi seyogyanya 31 kamu memegang musabbah}ah dengan tangan kanan supaya terlebih berhingga
bilangan tahlil. Kata syekh Ibnu H}ajar dalam syarhu a rba„i>n an-nawa(w)iyah, “Bermula mengucap 32 tahlil dengan memegang musabbah}ah itu ada datang pada
14 syarh} . ” Dan telah mengarang oleh syekh as-Sayu>t}i>// akan satu risalah
menyatakan beberapa syarh}. Dan jangan engkau hirau akan kata hadis yang mana juga akan bahwa musabbah}ah itu ada datang pada syarh}, dan jangan engkau hirau
akan kata orang yang jahil, yang mengata akan bahwa mengucap 33 tahlil dengan musabbah}ah 34 itu bid‟ah. Kata syekh asy-Syarqa>wi>, “Dan seyogyanya bagi
29 Terbaca “seyogyanya”, tertulis 30 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
31 Terbaca “seyogyanya”, tertulis 32 Terbaca “mengucap”, tertulis 33 Terbaca “mengucap”, tertulis
34 Terbaca “seyogyanya”, tertulis 34 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
Pada menyatakan kaifiat talkin. Dan mohon ketahui olehmu setengah daripada adab talkin itu bahwa menyuruh oleh syekh akan muridnya mula-mula tidur tiga malam dengan air, sembahyang pada tiap-tiap malam, sembahyang sunah dua rakaat. Dan pada malam yang pertama, dibaca pada rakaat yang pertama kemudian daripada fa>tih}ah, inna> anzalna>hu jua dua kali, enam kali. Dan pada rakaat yang kedua kemudian daripada fa>tih}ah, inna> anzalna>hu jua dua kali, kemudian maka dihadiah akan pahalanya kepada hadirat nabi s}ala> Alla >hu „alaihi wa sallama . Serta minta tolong daripadanya akan qubu>l dan petuah. Dan pada malam yang kedua dibaca kemudian daripada fa>tih}ah pada rakaat yang pertama, qul (ya> ) ayyuha al-ka>firu>n lima kali dan dibaca pada rakaat yang kedua// kemudian
15 daripada fa>tih}ah, qul ya> ayyuha> al-ka>firu>n jua tiga kali, kemudian maka di
hadiah pahalanya kepada segala anbiya>' dan segala auliya serta minta tolong daripada mereka itu jua akan petuah. Dan pada malam yang ketiga dibaca pada rakaat yang pertama kemudian daripada fa>tih}ah, qul huwa Alla>hu ah}ad empat kali, dan dibaca pada rakaat yang kedua. Kemudian daripada fatihah, qul huwa Alla>hu ah}ad jua dua kali. Kemudian maka dihadiah pahalanya kepada segala guru-guru serta minta tolong daripada mereka itu akan qubu>l dan petuah jua. Dan dibaca pada kemudian tiap-tiap sudah sembahyang, yang tersebut selawat sepuluh kali dan dibaca pada akhir selawat yang kesepuluh wa „ala> jami>„i al-anbiya>'i wa al-mursali>na wa a>li kullin wa s}ah}bihim ajma„i>na „adada ma> khalaqa
Alla>hu bidawa>mi Allahi . Kemudian maka duduk bersila serta berhadap kiblat serta mengata jaza> Alla>hu „an-na> sayyidana> wanabiyyana> Muh}ammadan s}ala> Al lahu „alaihi wa sallama ma> huwa ahlu (ka), seribu kali. Demikianlah zikirnya 35 pada tiap-tiap malam yang tersebut hingga tidur. Dan haruslah bagi syekh
mengurung dia dan melihatnya daripada yang tersebut itu sekira-kira ijtihadnya setelah zikir nya 36 . Yang demikian itu, maka di talkin zikir.
Adapun kaifiat talkin itu jika ada ia be(r)sama-sama laki-laki maka menyuruh oleh syekh akan// muridnya. Mula-mula sembahyang sunah dua rakaat dan taubat
16 daripada segala dosa, kemudian maka menyuruh duduk dihadapannya simpuh duduk dalam sembahyang serta menghantar dua tangannya atas dua lututnya dan berhadap
kiblat dan syekh duduk pun seperti demikian jua. Dan adalah tiap-tiap keduanya meme[n]jam dua matanya jua. Kemudian mengata oleh syekh baginya engkau menengar daripada aku zikir tiga kali dan kata olehmu kemudian aku tiga kali jua padahal engkau meme[n]jam dua matamu dan aku menengar daripadamu. Setelah itu maka menunduk oleh syekh kepala sendirinya serta minta izin dengan hati dan murid daripada hal silsilah pada hal mengata ia tiga kali dastu>ru ya> Rasu>la Alla>hi dastu>ru ya> ahla ha>z\a> asy-sya'ni dastu>runa> ash}a>ba al-qaumi dastu>ru ya> qut}ba az-zama>ni, setelah itu maka ditalkin zikir. Dan apabila sudah ditalkin maka diwasiat akan dia dengan takwa bagi Allah Taala. Dan maka tamat zikir dan memaca wirid t}ari>q, seperti barang yang maklum pada orang yang ahli tarekat. Adapun kaifiat bahwa yaitu jika ada ia sama laki-laki maka hendaklah menghantar
35 Terbaca “zikirnya”, tertulis
Terbaca “zikirnya”, tertulis Terbaca “zikirnya”, tertulis
telapak tangan bertemu dengan telapak tangan muridnya, serta menggenggam 37 itu anak jarinya kemudian maka memaca a„u>z\u bi Alla>hi min asy-syait}a>ni ar-
raji>mi . Kemudian maka memaca astagfiru Alla>ha al- „Az}ima allaz\i> la> ila>ha illa> huwa al-h}ayyu al-qayyu>m wa atu>bu ilaihi serta menyuruh akan muridnya mengata yang demikian ini olehmu. Dan menyuruh akan taubat daripada segala dosanya kemudian maka memaca ya> ayyuha> allaz\i>na a>manu> tu>bu> ila>
Alla>hi taubatan nas} 38 ūh}an „asa> rabbukum an yukaffira „ankum sayyia>tikum wa yudkhilukum janna>tin tajri> min tah}tiha> al-anha>ru yauma la yakhzi>
Alla>hu an-nabiyya wa alla żi>na a>manū ma„ahu nūruhum yas„a> baina aidi>him wa biaima>nihim yaq ūlūna rabbana> atmim lana> nūrana> wagfir lana> innaka „ala> kulli syai'in qadi>r 39 . Kemudian memaca inna allaz\i> na yuba>yi„ūnaka innama> yuba>yi„ūna Alla>ha yadu Alla>hi fauqa aidi>him faman nakas\a fainnama> yankus\ u „ala> nafsihi waman aufa> bima> „a>hada „alaihi Alla>hu fasayu'ti>hi ajran 40 „az}i>mana . Setelah itu maka menunduk kepalanya serta minta
18 doa dengan sirri akan muridnya dan serta mengata oleh syekh , “Alla>humma a„inhu
wah} faz}hu wa taqabbal minhu wa ftah} „alaihim ba>ba kulli khairin kama> fatah}tahu „ala> anbiya>'ika wa auliya>'ika.” Setelah itu maka talkin zikir menyuruh kaifiat yang telah tersebut itu. Adapun// kaifiyat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang hianat maka menghantar oleh syekh tangannya, kepada tangan
37 Terbaca “makam‟, tertulis 38 Terbaca “„asa> ”, Tertulis
39 Petikan QS. At-Tahrim : 8 40 Petikan QS. Al-Fath : 10
perempuan seperti kaifiat yang telah tersebut padahal dengan berlaku antara keduanya itu diri berdampingan, maka dihampar muka keduanya kepada air itu hingga dapat meniliki antara keduanya dalam air itu, maka talkin seperti yang telah tersebut jua. Dan jangan menilik akan rupanya pada hal bukan dalam air. Dan pelihara olehmu akan sendirimu daripada pekerjaan yang mengerjai oleh setengah orang yang jahil dan mendakwai dirinya ahli tarekat pada hal mengtalkin zikir akan perempuan dengan tiada dendang asnawi pula berkata dengan dia. Dan adalah yang demikian itu bersalahan dengan syarh}.
Soal: jika di tanyai apabila berhimpun „uhu>d dan talkin zikir afdal di dahulu talakin atau „uhu>d? Jawab: kata syekh as-Sama>nu>ri, “Apabila berhimpun antara keduanya maka seyogyanya didahulu „uhu>d dikemudian talkin fas}l pada meyatakan barang yang takluk bagi murid. ” Dan apabila sudah mengambil talkin la> ila>ha illa> Alla>hu oleh murid semenjak ia lazim berbaik-baik sebutnya pada hari dan malam pada bukan waktu uzur hingga hilang nafsu amarah. Dan apabila sudah mesralah ia dan hilanglah// nafsu amarah maka berpindah ia kepada ism yang kedua.
19 Kemudian maka yang ketiga [h]angka sempurna tujuh ism seperti barang yang
makruf pada orang yang ahli tarekat khalwa>ti> dan kaifiat talkin nya dan syaratnya itu maklum pada mereka itu. Adapun tarekat yang lain daripada khalwa>ti>, maka di talqi>n akan murid tiga ism jua. Dan nama ism yang tujuh pada tarekat khalwa>ti> dan syarat berpindah daripada satu ism kepada satu ism dan kaifiatnya. Dan nama ism yang tiga pada tarekat yang lain daripada khalwa>ti> sudah maklum dalam kitab mereka itu dan pada mulanya mereka itu terdapat tiada diambil dengan musya>fahah yakni bermulanya dengan mereka itu dan lagi beberapa rahasia dan isyarat dan makruf pada orang yang ahli tarekat khalwa>ti> dan kaifiat talkin nya dan syaratnya itu maklum pada mereka itu. Adapun tarekat yang lain daripada khalwa>ti>, maka di talqi>n akan murid tiga ism jua. Dan nama ism yang tujuh pada tarekat khalwa>ti> dan syarat berpindah daripada satu ism kepada satu ism dan kaifiatnya. Dan nama ism yang tiga pada tarekat yang lain daripada khalwa>ti> sudah maklum dalam kitab mereka itu dan pada mulanya mereka itu terdapat tiada diambil dengan musya>fahah yakni bermulanya dengan mereka itu dan lagi beberapa rahasia dan isyarat dan
Syahdan kata syekh asy-Syarqa>wi>, “Pelihara diri olehmu hai murid akan bertaulan-taulan dengan perempuan yang hianat dan orang yang muda-muda, karena yang demikian itu luapan maksudmu pada tarekat. Dan jangan terpe(r)daya engkau hai murid dengan barang yang telah mengerjai oleh setengah orang yang amat jahil, padahal menyerupai dirinya seperti ahli sufi pada masa sekarang// ini. Padahal
20 bertaulan-taulan dengan perempuan yang hianat dan berkata-kata dengan dia dan
duduk sertanya dan setengah mereka itu mengata pada perempuan yang tua 41 hai ibuku dan yang muda hai anakku yang tua 42 sedikit hai saudaraku. Dan adalah yang
43 demikian itu, semuanya 44 keluar daripada syariah nabi Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama.” Seperti firman Allah Taala, “Wa iz\a> sa'altumūhunna
mata>„an fas'alūhunna min wara>'i h}ija>bin ża>likum at}haru liqulūbikum waqul 45 ūbihinna , yakni jika kamu tanyai hai laki-laki akan mereka itu perempuan
minta benda. Maka tanyai olehmu kamu hai laki-laki akan mereka itu perempuan daripada belakang dinding. Bermula demikian itu terlebih suci 46 hati bagi kamu dan
hati mereka itu. ” Dan haruslah diberi talkin dan uhu>d kepada perempuan dengan tiga syuraka>'. Pertama, jangan disentuh akan dia. Kedua, jangan duduk bersamanya dengan dia. Ketiga, jangan menilik rupanya. Inilah kesudahan kehasilan. Kata syekh
41 Terbaca “tua”, tertulis 42 Terbaca “tua”, tertulis
43 Terbaca “semuanya”, tertulis
44 Terbaca “nabi”, tertulis
45 Petikan QS. Al-Ahzab: 53
46 Terbaca “suci”, tertulis 46 Terbaca “suci”, tertulis
21 dan// zindik. Dan lazim atas murid jangan meninggalkan wirid tarekat yang sudah
seperti kerja yang betul. Dan jangan engkau dengar akan 47 kata orang yang bid„ah
diambil daripada syekhnya seperti wirid as-sah}ar dan musba„a>tu al-h}ad}riyyati. Dan barang siapanya 48 daripada segala wirid tarekat. ”
Inilah kesudahan risalah ini yang hamba terjemah sedikit dengan bahasa Jawi aku ambil daripada enam risalah Arab yang Melayu. Pertama, risalah syekh Muh}ammad al-Ami>ri al-Ma>liki> . Kedua, risalah syekh Ah}mad ad-Dardi>ri> al-Khalwa>ti> . Ketiga, risalah Sibt}u al-Marsufi> yang bernama jauhar al-khas}. Keempat, tuh}fatu as-sa>liki>n bagi syekh as-Sama>nu>ri al-Khalwa>ti. Kelima, kitab al-birru wa as-sulu>k. Keenam, rabi>„u al-fu'a>di bagi syekh „Abdulla>h
asy-Syarqa>wi> rahimahumu Allah ta„a>la> wanaffa„na Alla>hu ta„a>la> bihim. Dan jika engkau peroleh hai saudaraku yang empunya insaf tersalah pada ibadahnya atau amalannya, maka hendaklah engkau berbaik akan dia serta engkau ruju>h} kepada pohon risalah ini yang telah tersebut wa Alla>hu a„lam.
Syahdan seyogyanya 49 bagi murid kemudian mengucap zikir dan wirid membaca fa>tih}ah bagi syekh yang empunya talkin. Dan bagi yang empunya
silsilah dan bagi segala anbiya>' dan auliya dan bagi penghulu kita Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama dan dua ibu bapa dan barang yang//
47 Terbaca “akan”, tertulis 48 Terbaca “barangsiapanya”, tertulis 49 Terbaca “seyogyanya”, tertulis 47 Terbaca “akan”, tertulis 48 Terbaca “barangsiapanya”, tertulis 49 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
h}awa>'a wa ma> tana>sala bainahuma> wa al-anbiya>'i wa asy-syuhada>'i wa> as}-s}a>lih}i>na wa liwa>lidi>na> al-fa>tihah . Dan lafaz\ niat fatihah bagi ahli as- silsilah , ila> had}rati ahli as-silsilati kullihim, al-fa>tihah. Dan lafaz\ niat fatihah bagi syekh yang empunya talkin, ila> had}rati syaikhina> wa qudwatina> alla żi> akha żna> at-talqi>na wa al-„uhūda minhu wama> tana>sala ilaihi al-fa>tih}ah. Dan jika di s}ari>h } nama syekhnya pada lafaz\ niat itu terlebih baik daripada diingatnya. Setelah itu maka memaca doa. Adapun doa yang ma's\u>r daripada nabi s}alla > Alla>hu „alaihi wasallama terlebih afdal daripada lainnya dan setengah daripadanya. Alla>humma inni> a„ūżubika min „ilmin la> yanfa„u wa „amalin la> yurfa„u wa du„a>'in la> yusma„u . Alla>humma inni> as'aluka min al-khairi kullihi ma> „alimta minhu wama> lam a„lam wa a„użu bika> min asy-syarri kullihi ma> „alimta minhu wama> lam a„lam. Alla>hum-a ah}sin „a>qibatana> fi> al-umu>ri
23 kulliha> wa ajirna> min khizyi ad- dunya> wa„az\a>bi al-a>khirati. Alla>humma
rabbana> a>tina> fi>> ad-dunya> h}asanatan wa fi al-a>khirati h}asanatan wa qina> „az\a>ba an-na>ri. Kemudian maka dibaca Alla>humma la> tusallit}
„alaina> biżunūbina> man la> yakha>fuk> wa la> yarh}amuna>. Alla>humma inna> nas'aluka// rid}a>ka wa al-jannata wa a „u>żu bika min sukht}ika wa an- na>ri. Alla>humma innaka „afuwwun kari>mun tuh}ibbu al-„afwa fa„fu „anna>. Alla>humma j „al khaira ayya>mina> yauma nalqa>ka wa anta ra>d}in „anna> wa khtim bis}a>lih}a>ti a „ma>lina> wa tawaffana> muslimi>na wa alhiqna> [bi as}] „alaina> biżunūbina> man la> yakha>fuk> wa la> yarh}amuna>. Alla>humma inna> nas'aluka// rid}a>ka wa al-jannata wa a „u>żu bika min sukht}ika wa an- na>ri. Alla>humma innaka „afuwwun kari>mun tuh}ibbu al-„afwa fa„fu „anna>. Alla>humma j „al khaira ayya>mina> yauma nalqa>ka wa anta ra>d}in „anna> wa khtim bis}a>lih}a>ti a „ma>lina> wa tawaffana> muslimi>na wa alhiqna> [bi as}]
h}usnu al-kha>timah . Ketahui olehmu bahwasannya tarekat kaum ahli sufi itu sangat tinggi derajatnya. Dan tertentu dengan dia segala orang yang pilihan dan orang yang mulia. Dan tatkala dalam zikir itu atas wajah yang tertentu, maka tiada sempurna ia melainkan dengan syekh yang arif bi Alla>h i lagi muttas}il sanad nya dengan nabi salla> Alla>hu „alaihi wasallama. Kata imam Sya>fi„i rad}iya Alla>hu „anhu, as- sanad ka as-saifi lil-muqa>tili yakni bermula sanad itu seperti pedang bagi orang yang berperang. Maka karena inilah mengsamar oleh segala arif// bi Alla>hi atas
24 mulazamah syekhnya, dan memelihara „uhu>d mereka itu, dan adab dengan mereka
itu serta memerangi akan hawa nafsunya sampai hasil maksudmu dengan tolong Allah Taala. Dan seyogyanya 51 bagi murid bahwa mengenal akan laki-laki yang
empunya silsilahnya karena ia abu ruh yakni bapa nyawa.
Dan adalah sanad hamba fakir yang hina, Abas namanya, Aceh nama negerinya pada tarekat khalwa>ti>, maka hamba sebut disini karena mengambil berkah dengan mereka itu. Maka pada masa hijrah nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama . Seribu dua ratus lima puluh delapan tahun. Maka tatkala itu hamba ambil
50 Terbaca “mohon”, tertulis
51 Terbaca “seyogyanya”, tertulis 51 Terbaca “seyogyanya”, tertulis
25 Khalwa>ti bin as-sayyid Ah}mad al-Mara>kisyi> al-Makkiyyi naffa„ana> Alla>hu ta„a>la> bihi. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i Ahmad as}-S}a>wi> al-Khalwati . Dan adalah ia empunya karangan yang banyak setengah daripadanya syarh} al-m usabba„a>t al-khad}riyyah dan h}asyiyyatu tafsir al-jala>lain. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i syekh Ah}mad ad-Dardi>//ri> al-Khalwa>ti>. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i Ta ‟a>la> sayyidi> Muh}ammad Ibnu Sa>lim al-H{afna>wi . Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i Ta ‟a>la> syekh Mus}tafa> al-Bakri> bin syekh Kama>ruddi>n as}-S}idi>qi> al-Bakari>. Dan yaitu mengambil daripada bi Alla>h i T a„a>la> syekh „Abdulat}i>f al- Khalwa>ti>. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i T a„a>la> syekh Must}afa> Afandi al-Adranuwi. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i T a„a>la> sayidi> Amar al-Qawari. Dan yaitu mengambil daripada syekh „Ali> Qura Ba>sya> Afandi dan masyhurlah tarekat ini pada tangannya dan yaitu mengambil daripada syekh I sma>„i>l al-Jaru>mi> al-Khalwa>ti> dan yaitu mengambil
26 daripada arif bi Alla>h i sayyidi> 'Umar al-Qawa>ri> dan yaitu mengambil
daripada syekh arif Muh}yidd bi Alla>h i al-Qast}amu>ni. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i syekh S ya„ba>n al-Qast}amu>ni dan yaitu mengambil daripada syekh Khairruddi>n an-Nuqa>di. Dan yaitu mengambil daripada Julabi Sult}a>n al-Aqsadi ia yang masyhur dengan Jamalu al-Khalwa>ti>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Muh}ammad bin B aha„uddi>n al-Arnja>'i. Dan yaitu
mengambil daripada sayidi> haji „Izzuddin al-Khalwa>ti>. Dan// yaitu mengambil daripada syekh Muh}ammad Mi>ra>m al-Khalwa>ti> dan yaitu mengambil daripada syekh „Umar al-Khalwa>ti>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Muh}ammad al-Khalwa>ti> . Dan yaitu mengambil daripada syekh Ibra>hi>m az- Zahidi al-Kaila>ni . Dan yaitu mengambil daripada sayidi Jama>luddi>n at- Tibri>zi . Dan yaitu mengambil daripada syekh Syiha>buddi>n Muh}ammad asy- Syara>zi>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Ruknuddi> Muh}ammad an- Naja>syi>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Qit}buddi>n al-Buhairi>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Abu an-Naji>b as-Sahru Wiridi>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Waji>huddin al-Qad}i>. Dan yaitu mengambil daripada
27 arif bi Alla>h i syekh Muh}ammad al-Bakri>. Dan yaitu mengambil daripada syekh Muh}ammad ad-Dainu>ri> . Dan yaitu mengambil arif bi Alla>h i syekh „Asydal
Dinuri . Dan yaitu daripada penghulu segala ahli as}-s}ufi> syekh al-Junaidi Muh}ammad al-Bagda>di . Dan adalah segala jalan ahli sufi berhimpun kepadanya seperti berhimpun segala hukum fiqih pada mazhab yang empat kata bad}u al- masya>yi>kh dan barangmu tarekat ahli sufi apabila tiada berhimpun kepada syekh
al-Junaidi 52 itu semuanya tersalah lagi sesat. Dan kata syaikhuna> as-sayyid Ah}mad al-Marzuqi> dalam nuz\umatu at-ta'wi>li, t}ari>qu ahli// al-haqqi fi> at-tasawwufi
turja„u liljunaidi z\i> al-qadari al-wafa>. Yakni bermula tarekat ahli al-haqq, yakni ahli sufi pada tasawuf itu kembali ia kepada syekh al-Junaidi yang empunya pangkat yang sempurna. Dan yaitu mengambil daripada arif bi Alla>h i As-Sirri> As-Suqut}i. Dan yaitu mengambil daripada arif ma„ru>f al bi Alla>h i al-Karad}i. Dan yaitu
52 Terbaca “semuanya”, tertulis 52 Terbaca “semuanya”, tertulis
28 yaitu mengambil dari pada nabi kita M uh}ammad bin „Abdillah salla> Alla>hu
„alaihi wa s}allama. Dan yaitu mengambil daripada Jibri>l „alaihi as}-s}ala>tu wa as-sala>mu. Dan yaitu mengambil daripada Allah Subhanahu wa Taala. Inilah sanad
hamba fakir yang hina yang muttas}il dengan nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama . Dan adalah kebaikan masya>yikh antara syekh al-Junaidi al-Bagdadi. Dan antara hamba itu tiga puluh empat orang yang banyaknya. Dan antara syekh al- Junaidi dan antara nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama itu enam orang banyaknya pada tarekat khalwa>ti ini rah}imahumu Allahu T a„a>la> wa iyya>na>. Adapun kaifiat zikir atas tarekat// naqsyabandi. Maka sudah hamba terjemah sedikit dengan bahasa Jawi pada satu risalah yang ganjil. Aku namai risalah al- badi>„iyyah fi> at}-t}ari>qati an-naqsyabandiyyati al- „a>liyyati. Jika ada hajat engkau kepadanya maka lihat olehmu akan dia.
Wa ka>na al-fara>gu min tarjuma>ni ha>z\ihi ar- risa>lati „ala> yadi al- mutarjimi fi makkata al-musyarrafati s\ali\s\ s}afar min al- „a>mi al-muwaffa> lissitti>na wa al- mi'ataini ba„da alfi min hijrati an-nabiyyi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama ba ‟da> az}-z}a>hara. Dan adalah selesai daripada terjemah risalah ini atas tangan yang menterjemah dalam negeri Mekah yang mulia, pada yang ketiga hari bulan Safar, daripada tahun yang sempurna bagi enam puluh dan dua ratus kemudian daripada seribu tahun daripada hijrah nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama, kemudian sembahyang zuhur. Wa as'alu Alla>h a an yunfi„a biha> kama> Wa ka>na al-fara>gu min tarjuma>ni ha>z\ihi ar- risa>lati „ala> yadi al- mutarjimi fi makkata al-musyarrafati s\ali\s\ s}afar min al- „a>mi al-muwaffa> lissitti>na wa al- mi'ataini ba„da alfi min hijrati an-nabiyyi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama ba ‟da> az}-z}a>hara. Dan adalah selesai daripada terjemah risalah ini atas tangan yang menterjemah dalam negeri Mekah yang mulia, pada yang ketiga hari bulan Safar, daripada tahun yang sempurna bagi enam puluh dan dua ratus kemudian daripada seribu tahun daripada hijrah nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama, kemudian sembahyang zuhur. Wa as'alu Alla>h a an yunfi„a biha> kama>
(yang) telah member bagi mohonnya. Dan bahwa dijadikan dia kerana semata-mata bagi zat Allah Taala yang amat murah.Wa s}alla> Alla>hu wa sallam a „alaihi sayyidina > Muh}ammad wa „ala> a>lihi wa s}ah}bihi ajma„i>na. Dan rahmat dan selamat atas penghulu kita Muhammad dan atas segala keluar// ga[ra]nya dan sahabatnya sekalian mereka itu. A<mmi>n ya> Rabba al- „a>lami>na.
53 Terbaca “mohon”, tertulis
F. Daftar Kata Sukar
1. Kata Arab
afdal
: 1. lebih baik; lebih utama,
2. lengkap; komplet.
arif : 1. bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu,
2. paham; mengerti.
bakda
: sesudah.
bidah : 1. perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah dan mengurangi ketetapan.
2. pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada Alquran dan hadis,
3. kebohongan; dusta.
faedah
: 1. guna; manfaat,
2. sesuatu yang menguntungkan; untung; laba. fakir:
: 1. orang yang sangat berkekurangan; orang yang
terlalu miskin,
2. orang yang dengansengaja membuat dirinya menderita
kekurangan
untuk mencapai
kesempurnaan batin,
3. aku (bagi pengarang dalam syair dan sebagainya.).
fasih : lancar, bersih, dan baik lafalnya (tentang berbahasa, bercakap-cakap, mengaji, dan sebagainya). hadas
: keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh salat, tawaf, dan sebagainya.
hadis : 1. sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam,
2. sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alquran,
halal : 1. diizinkan (tidak dilarang oleh syarak),
2. yang diperoleh atau diperbuat dengan sah,
3. izin; ampun.
harakat : 1. baris tanda bunyi a (fatah), i (kasrah), u (damah), untuk menandai an, in, un (tanwin),
2. (huruf harakat ) huruf hidup (a, i, u). hijab
: 1. dinding yang membatasi sesuatu dengan yang lain,
2. dinding yang membatasi hati manusia dan Allah,
3. dinding yang menghalangi seseorang dari mendapat harta waris.
ijmak : kesesuaian pendapat (kata sepakat) dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa.
ijtihad : 1. usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli agama untuk mencapai suatu putusan (simpulan) hukum
mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera dalam Alquran dan Sunah,
syarak
2. pendapat; tafsiran; pada ijtihad nya, pada pendapatnya; pada hematnya.
iktikad : 1. kepercayaan; keyakinan yang teguh,
2. maksud (yang baik); kemauan,
Imam : 1. pemimpin salat (pada salat yang dilakukan bersama-sama seperti pada salat Jumat),
2. pemimpin; kepala (negeri dan sebagainya),
3. (dipakai juga sebagai gelar) pemimpin,
4. pemimpin mazhab,
5. pastor yang mempersembahkan kurban misa atau memimpin upacara gereja,
6. padri.
insya Allah : ungkapan yang digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yang belum tentu dipenuhi (maknanya “jika Allah mengizinkan”).
isbat : penyungguhan; penetapan; penentuan. isya
: 1. waktu menjelang malam sesudah lenyapnya sinar
merah di ufuk barat,
2. waktu salat wajib setelah lenyapnya sinar merah di ufuk barat sampai menjelang terbit fajar, 3.(huruf awal ditulis dengan kapital) salat wajib sebanyak empat rakaat pada malam hari antara habis waktu magrib dan menjelang subuh.
kabul :1. ucapan tanda setuju (terima) dari pihak yang menerima dalam suatu akad perjanjian atau kontrak,
2. diluluskan (tentang permintaan dan sebagainya); diperkenankan.
kaifiat : 1. keadaan menurut sifatnya; sifat (tabiat) yang asli,
2. cara yang khusus (baik).
kaul
: 1. ujaran; perkataan,
2. niat yang diucapkan sebagai janji untuk melakukan sesuatu jika permintaanya dikabulkan dan sebagainya; nazar,
3. janji yang diikrarkan teguh-teguh,
4. fatwa.
khusyuk : penuh penyerahan dan kebulatan hati; sungguh- sungguh; penuh kerendahan hati. latif
: halus; lembut; cantik.
mad : tanda bunyi panjang dalam bahasa Arab (bunyi
pendek menjadi bunyi panjang).
makhraj
: 1. daerah artikulasi,
2. ketepatan ucapan.
makruf : 1. perbuatan baik; jasa 2. terkenal; masyhur. maksiat
: perbuatan yang melanggar perintah Allah; perbuatan dosa (tercela, buruk, dan sebagainya.). maujud
: benar-benar ada; nyata; konkret; berwujud. mubtadi
: yang baru memulai atau baru dalam taraf awal (dalam
menuntut ilmu).
mudarat : 1. sesuatu yang tidak menguntungkan; rugi; kerugian,
2. tidak berhasil; gagal,
3. merugikan; tidak berguna.
mufrad
: tunggal (lawan jamak).
mukmin : orang yang beriman (percaya) kepada Allah. mulazamah
: zikir secara terus-menerus dalam menuju ke hadirat
Allah Swt.
muntaha : tingkatan terakhir atau penghabisan. mursal
: utusan; yang diutus (rasul).
nafi : 1. penolakan; penampikan; pengingkaran,
2. sifat negatif,
3. tidak mau; tidak menurut.
qasar : pemendekan rakaat salat wajib dari empat rakaat menjadi dua rakaat sebagai keringanan (rukhsah) bagi orang musafir.
risalah : 1. yang dikirimkan (surat dan sebagainya.),
2. surat edaran (selebaran),
3. karangan ringkas mengenai suatu masalah dalam ilmu pengetahuan,
4. laporan rapat; notula.
saf
: deret.
safar : bulan ke-2 tahun Hijriah (29 hari). sanad
: 1. sandaran, hubungan, atau rangkaian perkara yang
dapat dipercayai,
2. rentetan rawi hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw.
sedekah : 1. pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi; derma,
2. selamatan; kenduri, 3.makanan (bunga-bunga dan sebagainya.) yang disajikan kepada orang halus (roh penunggu dan sebagainya.).
salawat : 1. permohonan kepada Tuhan; doa: membaca selawat , berdoa memohon berkat Tuhan,
2. doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabatnya.
setan : 1. roh jahat (yang selalu menggoda manusia supaya
berlaku jahat),
2. kata untuk menyatakan kemarahan; sumpah serapah,
3. orang yang angat buruk perangainya (suka mengadu domba dan sebagainya.).
sufi : ahli ilmu tasawuf; ahli ilmu suluk. sunah
: 1. jalan yang biasa ditempuh; kebiasaan,
2. aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi Muhammad saw., baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkannya; hadis,
3. perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. syak
: 1. rasa kurang percaya (sangsi, curiga, tidak yakin,
ragu-ragu),
2. kurang percaya, sangsi, curiga, tidak yakin, ragu- ragu.
syariat : hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis.
syekh : 1. sebutan kepada orang Arab (terutama orang Arab
keturunan sahabat Nabi),
2. sebutan orang Arab yang berasal dari Hadramaut,
3. ulama besar.
tahlil : 1. pengucapan kalimat tauhid la ila ha illallah "'tidak ada Tuhan selain Allah"' secara berulang-ulang,
2. nyanyian pujian.
takzim
: amat hormat dan sopan.
talkin : hal membisikkan (menyebutkan) kalimat syahadat dekat orang yang hendak meninggal atau (dalam bentuk doa) untuk mayat yang baru dikuburkan.
tarekat
: 1. jalan,
2. jalan menuju kebenaran (dalam tasawuf): ilmu tarekat , ilmu tasawuf,
3. cara atau aturan hidup (dalam keagamaan atau ilmu kebatinan),
4. persekutuan para penuntut ilmu tasawuf. tawaduk
: 1. rendah hati,
2. patuh; taat.
waham : keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika; sangka; curiga.
wasilah
: perantara
wirid : 1. kutipan-kutipan Alquran yang ditetapkan untuk
dibaca,
2. zikir yang diucapkan sesudah salat,
3. pelajaran (ilmu keagamaan).
zikir : 1. puji-pujian kepada Allah yang diucapkan
berulang-ulang,
2. doa atau puji-pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid Nabi),
3. perbuatan mengucapkan zikir.
zindik : orang yang tersesat imannya; orang yang murtad. zuhur
: 1. waktu tengah hari,
2. waktu salat wajib setelah matahari tergelincir
sampai menjelang petang.
4. Kata Arkais
bertaulan-taulan
: bersaudara.
memaca
: membaca.
menengar
: mendengar.
muwafakat
: mufakat.
seupama
: seumpama.
5. Daftar Kata Arab
Bismi Allāhi Ar-rahmāni Ar-rahīmi : dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Al-h}amdu li Alla>hi Rabbi Al‘a>lami>na : segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
wa aş-şalātu wa as-salāmu ’ala Muhammadin sayyidi al-a nbiyā`i wa al-mursalīna : selawat serta salam atas Muhammad
tuan para nabi dan para rasul. ammā ba’du
: adapun kemudian dari itu. tarjumān al-mustafid
: juru bahasa.
rahimahu Alla>h ta‘a>la> : Allah mengasihinya. la> ila>ha illa> Alla>h
: tiada Tuhan selain Allah. insya Alla>h ta‘a>la>
: semoga Allah yang Maha Tinggi izin. s}ala> Alla>hu ‘alaihi wasallama : Muhammad utusan Allah.
Al- Ma‘bud illa> Alla>h : yang disembah hanya Allah. Al -Mauju>d illa>> Alla>h
: yang Maha Ada hanya Allah. na ūz\ubi Alla>hi minha
: kita berlindung kepada Allah
daripadanya. A<mmi>n ya> Rabba al- ‘a>lami>n : kabulkan, ya Allah Tuhan semesta alam.
ba’du al-masya>yikh : beberapa daripada syekh. Alla>h Subhanahuwa ta‘a>la> : Maha Suci dan Maha Tinggi Allah. wajib al- wujūd
: wajib ada.
wa Alla>hu a‘lam : hanya Allah yang tahu. anbiyā`i
: nabi- nabi.
masyayikh : guru, orang alim (bentuk jamak dari
kata syekh).
s}idqun
: benar.
jam’iyah : perkumpulan, perhimpunan. bi Alla>h i : dengan Allah. tawajah : bermahkota, memakai mahkota. mutawassit} : yang pertengahan, yang sederhana. quwat : kekuatan, gagah.
jalālah
: kebesaran.
ulūhiyyah
: ketuhanan. mutasil : tersambung.
lafaz} : ucapan, perkataan. himmah : harapan, cita-cita, niat. muraqabah : penjagaan, pengawasan.
h arārāh
: panas.
mah}z\u>f : terbuangkan, tergugurkan. afs}ah : lebih fasih.
al-qura>'i
: yang membaca.
mad munfas}il : mad yang terpisahkan. hayyun
: yang hidup.
qayyūm : yang berdiri dengan sendirinya. qadra : yang kotor, yang berlumur dengan
kotoran.
mad t}abi>‘i> : mad yang tabii (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya sepanjang dua harakat. tafkhi>m
: penebalan.
h{ulqu>m
: kerongkongan.
ta‘t}il
: memanjangkan.
was}lu : berbuat kebaikan yang mendekatkan
dia kepada Allah. fad}i>lah : kelebihan, kemuliaan, yang tertinggi,
yang utama.
isyba>h } : membentang, menenggang. muda>wamah
: berkelanjutan
‘arsy : singgasana, tahta, kursi kerajaan. as\ar : hadis, bekas.
mula>qin
: yang berjumpa.
musabbah}ah
: alat tasbih.
t}ari>q : jalan, tempat lalu.
syarh}
: keterangan.
qubu>l : hal menerima, kabul, penerimaan yang
‘uhu>d
musya>fahah :bercakap-cakap mulut dengan mulut (dengan lisan). mad}a>hir
: hafal.
syuraka>' : sekutu, rekanan, teman se-persekutuan. tanbi>h
: peringatan, mengingatkan. as-sah}ar
: akhir malam sebelum terbit fajar. ruju>h }
: kecenderungan. s}ari>h}
: tiada bercampur, nyata. ma's\u>r
: yang dipindahkan, yang diriwayatkan. s\ana>ya >
: gigi yang memutus. musyahadah
: melihat, memandang.