ANALISIS STRUKTUR DAN AJARAN TAREKAT KHALWATIYAH

BAB V ANALISIS STRUKTUR DAN AJARAN TAREKAT KHALWATIYAH

A. Struktur Sastra Kitab

Sastra kitab mempunyai ragam penulisan sendiri. Sastra kitab memiliki struktur yang khas, dalam hal ini struktur narasi sastra kitab. Struktur tersebut meliputi struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa teks.

1. Struktur Penyajian Teks Struktur penyajian sastra kitab terdiri atas 3 bagian yaitu (1) Pendahuluan, (2) Isi dan (3) Penutup. Untuk mempermudah uraian selanjutnya maka dibuat skema struktur teks Tarjuman sebagai berikut.

I A1(a-b-c-d-e)-B1(a-b-c-d)-C1(a-b-c)

II A2(a-b-c)-B2(a-b-c)-C2(a-b-c-d)-D2-E2-F2 III A3(a-b-c-d)

Simbol-simbol di atas dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendahuluan

A1 Pembukaan

a) Bacaan basmalah

Teks Tarjuman didahului dengan bacaan basmalah yaitu sebagai berikut, “Bismi Allahi ar-Rah}ma>ni ar-Rah}i>mi.” ( Tarjuman h. 1)

b) Bacaan hamdalah Bacaan hamdalah merupakan bacaan pujian kepada Allah Taala sebagai pencipta alam. “Al-h}amdu (li Alla>hi) Rabbi Al-„a>lami>na . Segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala yang bermilik sekalian alam ”. (Tarjuman h. 1)

c) Selawat Di dalam teks Tarjuman terdapat bacaan selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat. Kutipannya yaitu sebagai berikut.

Wa as}-s}ala>tu wa as- sala>mu „ala Muh}ammadin sayyidi al- anbiya>'i wa al-mursali>na. Dan rahmat Allah dan selamat atas Muhammad penghulu segala anbiyā`i dan segala nabi yang mursal, wa„ala> a>lihi was}ah}bihi ajma„i>na. Dan atas segala keluarganya dan sahabatnya sekalian mereka itu. (Tarjuman h. 1)

d) Kata amma> ba‟du Kata amma> ba‟du yang terdapat pada teks Tarjuman merupakan ungkapan untuk mengakhiri pembukaan. Kata amma> ba‟du diterjemahkan “adapun kemudian dari itu”.

B1 Kepengarangan

a) Latar belakang penulisan teks Tarjuman. Teks Tarjuman sebagai satu risalah yang latif (halus, lembut) dan sedikit yang menyatakan adab zikir dan hal-hal yang berhubungan a) Latar belakang penulisan teks Tarjuman. Teks Tarjuman sebagai satu risalah yang latif (halus, lembut) dan sedikit yang menyatakan adab zikir dan hal-hal yang berhubungan

Adapun kemudian dari itu, maka itulah satu risalahnya yang latif lagi sedikit pada menyatakan akan adab zikir dan barang yang bergantung dengan dia atas tarekat khalwatiyyah. Rujimtu <bilisa>ni> al- jawiyyi liyantafi„a biha> al-mubtadi'u kamis\lihi. Telah akan juru bahasa dengan bahasa Jawi, supaya beroleh manfaat dengan dia orang yang mubtadi yang seumpama aku (Tarjuman h. 1)

Orang yang mubtadi ialah orang yang baru memulai atau orang baru dalam taraf awal menuntut ilmu. Orang mubtadi ini diibaratkan dengan

“aku” yang menunjukkan “aku” penulis.

b) Motivasi penulisan teks Tarjuman Motivasi penulisan teks Tarjuman ialah mengharap pahala dari Allah Taala. Adapun kutipannya yaitu sebagai berikut: Wa as'alu Alla>ha an yunfi„a. Bihā kamā nafi‟a biās}lihā. Dan

aku mohon daripada Allah Taala, bahwa memberi manfaat dengan dia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi asalnya (Tarjuman h. 1)

c) Judul teks Teks ini berjudul “Tarjumānu Al-Mustafi>di Min Al- „Arabiyyati Li Adabi A ż- Ż ikri „Alā At}-T{ari>qati Al-Khalwātiyyati”. Judul tersebut terdapat di dalam pendahuluan teks, diawali dengan bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Kutipannya yaitu sebagai berikut.

Wa sammaituha> tarjuma>nu [al-mu] al-mustafi>di min al- „arabiyyati li adabi aż-żikri „ala> at{-t{ari>qati <fi>>al-

khalwa>tiyyati . Maka aku namai akan dia tarjuma>n al- mustafid, artinya juru bahasa yang diambil faedah daripada bahasa arab pada menyatakan adab zikir atas tarekat khalwati.(Tarjuman h. 1) khalwa>tiyyati . Maka aku namai akan dia tarjuma>n al- mustafid, artinya juru bahasa yang diambil faedah daripada bahasa arab pada menyatakan adab zikir atas tarekat khalwati.(Tarjuman h. 1)

Wa as'alu Alla>ha an yunfi„a. Bihā kamā nafi‟a biās}lihā. Dan aku mohon daripada Allah Taala, bahwa memberi manfaat dengan dia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi asalnya (Tarjuman h. 1)

b. Isi

Tarekat Khalwatiyah memiliki pokok-pokok ajaran yang berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan dan latihan kerohanian. Amalan tarekat terletak pada pelaksanaan shalat dan zikir yang tertib dan teratur. Bagi Tarekat Khalwatiyah zikir merupakan amalan yang sifatnya wajib„ain (wajib bagi setiap individu).

Karena zikir memiliki kedudukan sangat penting, maka memperhatikan adab berzikir merupakan suatu keharusan. Oleh sebab itu penulis teks Tarjuman menjelaskan adab zikir tarekat Khalwatiyah yang berjumlah 20 adab dengan jelas dan runtut. Adab zikir ini dibagi menjadi

3 yaitu 5 adab sebelum zikir, 12 adab saat zikir, dan 3 adab setelah zikir.

A2 Penjelasan adab zikir

a. 5 adab sebelum zikir.

Pengarang menyebutkan 5 adab sebelum zikir yaitu (1) Taubat dari maksiat, (2) suci dari hadas kecil dan besar, (3) diam seraya membimbing hati kepada Allah, (4) minta tolong dengan hatinya kepada syekh ketika mabuk kepada zikir dan kaifiatnya, dan (5) diiktikadkan minta tolong dalam berzikir kepada syekhnya.

b. 12 adab saat zikir.

12 adab saat zikir yang dijelaskan pengarang teks Tarjuman yaitu (1) duduk di tempat yang suci, (2) meletakkan dua telapak tangan di atas kedua paha seperti duduk dalam sembahyang dan menghadap kiblat, (3) Menghilangkan bau pada kain dan pada tempat berzikir, (4) memakai pakaian yang halal, (5) memilih tempat yang kelam jika mampu, (6) memejamkan mata, (7) membayangkan wajah syekhnya di dalam hati, (8) berzikir bersama-sama atau sendiri, (9) Ikhlas, (10) memilih kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu ketika berzikir, (11) menghadirkan makna zikir dengan hati sesuai derajat musyahadahnya, dan (12) saat berzikir hanya mengingat Allah dan menafikkan selain-Nya.

c. 3 adab setelah zikir. Adab zikir yang terakhir yaitu 3 adab setelah zikir yaitu (1) diam, khusyuk dan tawaduk saat berzikir, (2) menetapkan nafas dari keluarnya kadar tiga nafas atau lebih, dan (3) menahan diri dari minum air segar satu samat atau setengahnya.

B2 Tentang kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu. Zikir la> ila>ha illa> Alla>hu banyak dibahas dalam teks Tarjuman , hal ini dikarenakan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu termasuk ke dalam salah satu amalan zikir yang disebut Al-Asma' As-Sab'ah (tujuh nama), yaitu tujuh macam zikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus diamalkan oleh setiap murid tarekat Khalwatiyah. Kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu merupakan zikir pada tingkat yang pertama yang disebut an-Nafs al-Ammarah , yaitu nafsu yang bermuara kepada keburukan dan amarah.

a. Penjelasan tentang kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu. Penulis menjelaskan bahwa kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu merupakan empat kalimat pada lafaz} dan lima kalimat dengan yang mah}z\u>f. Kalimat yang mah}z\u>f itu maujud, sehingga kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu itu maujud. 4 kalimat pada lafaz} yaitu sebagai berikut.

1. Kalimat nafi, yaitu L ā

2. Kalimat yang di nafi, yaitu ila>ha

3. kalima t istifna> ' , yaitu illa

4. Kalimat yang disebut yaitu, Allah

b. Penjelasan tentang kandungan huruf pada kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu.

Adapun kutipan teks nya yaitu, ”Adapun sekalian huruf la> ila>ha illa Alla>hu itu tersimpan kepada empat huruf.

Pertama la>m. Kedua alif. Ketiga ha. Keempat hamzah ”. (Tarjuman h. 10) Penulis juga menjelaskan tentang cara pengucapan huruf- hurufnya, yaitu:

1. Makhraj la>m diucapkan pada tepi lidah.

2. Makhraj alif diucapkan di dalam rongga mulut.

3. Makhraj ha dan hamzah diucapkan di dalam h{ulqu>m (kerongkongan), tetapi hamzah lebih sedikit daripada ha.

c. Penjelasan tentang keutamaan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu .

Keutamaan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu dijelaskan oleh penulis berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. Selain itu diberikan nasehat bahwa membaca la> ila>ha illa> Alla>hu sebaiknya dengan menunaikan hak segala hurufnya, yang berarti membaca kalimat tersebut dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan agar pembacanya mendapat pahala yang sempurna dari Allah Swt. Berikut ini kutipan teks yang berisi fadilah (keutamaan) kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu.

Dan lagi sabda nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama, “Inna li Alla>h „amu>dan min nu>ri baina yadai al-'arsyi

faiz\a qa>la al-'abdu la> ila>ha illa> Allah ihtazza z\alika al-'amu>du fayaqu>lu Alla>hu uskun fayaqu>lu kaifa askun wa lam tagfir liqa>'iliha fayaqu>lu Alla>hu qad gafartu fayaskun u”, yakni bahwasanya bagi Allah Taala itu satu tiang daripada nu>r antara hadapan „arsy Allah Taala. (Tarjuman

h. 13)

C2 Tentang talkin (menuntun membaca kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu ).

a. Penjelasan tentang adab talkin

Adab dan kaifiat talkin dijelaskan pengarang dengan cukup panjang disertai dengan langkah-langkahnya. Kutipan teks tentang ada talkin yaitu sebagai berikut.

Dan mohon ketahui olehmu setengah daripada adab talqin itu bahwa menyuruh oleh syekh akan muridnya mula-mula tidur tiga malam dengan air, sembahyang pada tiap-tiap malam, sembahyang sunah dua rakaat (Tarjuman h.15)

b. Penjelasan tentang kaifiat talkin jika bersama laki-laki. Pengarang merinci kaifiat talkin jika bersama laki-laki yang meliputi shalat sunnah dua rakaat, taubat dari dosa, murid berhadapan langsung dengan syekh, duduk bersimpuh dengan meletakkan dua tangan di lutut, menghadap kiblat, memejamkan mata, dan mengikuti apa yang diucapkan syekhnya.

c. Penjelasan tentang kaifiat talkin zikir la> ila>ha illa> Alla>hu dan ‟uhu>d bagi perempuan yang khianat.

Adapun kutipan teks tentang kaifiat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang khianat yaitu sebagai berikut. Adapun// kaifiyat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang

khianat maka menghantar oleh syekh tangannya kepada tangan perempuan seperti kaifiat yang telah tersebut padahal dengan berlaku antara keduanya itu diri berdampingan, maka dihampar muka keduanya kepada air itu hingga dapat meniliki antara keduanya dalam air itu maka talkin seperti yang telah tersebut jua dan jangan menilik akan rupanya pada hal bukan dalam air.(Tarjuman h. 18)

Penulis juga menjelaskan tentang talkin dan uhud bagi perempuan dengan tiga syuraka>' yaitu sebagai berikut.

1. Jangan menyentuh perempuan.

2. Jangan duduk bersamanya.

3. Jangan melihat wajahnya.

D2 Tentang nasehat memelihara diri bagi murid kepada perempuan yang khianat dan orang muda. Nasehat ini didasarkan pada firman Allah Taala, Q.S. Al- Ahzab: 53, tentang cara bergaul antara laki-laki dengan wanita untuk menjaga kesucian hati masing-masing. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Seperti firman Allah Taala, wa iz\a> sa'altum ū hunna mata>„an fas'al ūhunna min wara>'i h}ija>bin ża>likum at}haru liqulūbikum waqul ūbihinna, yakni jika kamu tanyai hai laki-laki akan mereka itu perempuan minta benda. Maka tanyai olehmu kamu hai laki-laki akan mereka itu perempuan daripada belakang dinding. Bermula demikian itu terlebih suci hati bagi kamu dan hati mereka itu. (Tarjuman h. 21)

E2 Penyebutan tentang 6 risalah Arab yang diambil oleh penyalin naskah.

6 risalah yang diambil oleh penyalin disebutkan lengkap dengan nama pengarangnya, kutipan teksnya yaitu sebagai berikut. Pertama, risalah syekh Muh}ammad al-Ami>ri al-Ma>liki>. Kedua,

risalah syekh Ah}mad ad-Dardi>ri> al-khalwa>ti>. Ketiga, risalah Sibt}u al-Marsufi> yang bernama jauhar al-khas}i. Keempat, tuh}fatu as-sa>liki>n bagi syekh as-Sama>nu>ri al-khalwa>ti. Kelima, kitab al-birru wa as-sulu>k. Keenam, rabi>„u al-fu'a>di bagi syekh „Abdulla>h asy-Syarqa>wi rahimahumu Allah ta„a>la> wanaffa„na Alla>hu ta„a>la> bihima. (Tarjuman h. 22)

Selain itu, diberi keterangan bahwa jika pembaca mengetahui ada kesalahan terhadap amalan atau ibadah para pengarang risalah di atas, maka hendaknya tetap mempergauli mereka dengan baik dan tetap merujuk pohon risalah di atas dalam menuntut ilmu.

F2 Penjelasan tentang lafaz niat fatihah oleh murid (bagi syekh yang empunya talkin, empunya silsilah, segala anbiya, dan aulia, dan Nabi Muhammad, dan dua ibu bapak dan barang yang dikehendakinya) dan penjelasan doa yang diriwayatkan ( ma‟sur) dari Nabi setelah zikir dan wirid.

Penulis secara rinci menjelaskan lafaz niat oleh murid bagi Nabi Muhammad, syekh empunya silsilah dan empunya talkin. Lafaz niat ini ditulis dalam bahasa Arab yang tidak diikuti dengan artinya. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Dan lafaz\ niat fatihah bagi penghulu kita Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama, ila> had}rati an-nabiyyi Muh}ammadin salla> Alla>h „alaihi wasallama wa a>lihi wa

s}ah}bihi wa ila> abi>na> adama wa ummina> h}awa>'a wa ma> tana>sala bainahuma> wa al-anbiya>'i wa asy- syuhada>'i wa> as}-s}a>lih}i>na wa liwa>lidi>na> al- fa>tihah . Dan lafaz\ niat fatihah bagi ahli as-silsilah, ila> had}rati ahli as-silsilati kullihim, al-fa>tihah . Dan lafaz\ niat fatihah bagi syekh yang empunya talkin, ila> had}rati syaikhina> wa qudwatina> alla żi> akhażna> at-talqi>na wa al- „uhūda minhu wama> tana>sala ilaihi al-fa>tih}ah. (Tarjuman h. 24)

Diharuskan kepada murid untuk membaca doa setelah zikir dan wirid. Doanya dipilihkan doa yang langsung diriwayatkan oleh Nabi

Muhammad ( ma‟sur). Setelah itu baru membaca doa bagi orang yang dikehendaki oleh murid.

c. Penutup

A3 Penutup terdiri dari:

a. Penyebutan identitas penyalin. Penyalin teks menuliskan identitasnya dengan menyebutkan nama dan asal negerinya. Kutipannya yaitu sebagai berikut. Dan adalah sanad hamba fakir yang hina, Abas namanya,

Aceh nama negerinya pada tarekat khalwa>ti>, maka hamba sebut disini karena mengambil berkah dengan mereka itu. (Tarjuman h. 25)

b. Penyebutan sanad tarekat Khalwati antara penerjemah naskah sampai dengan Nabi Muhammad. Penerjemah naskah menyebutkan sanad tarekat Khalwatiyah dengan detail. Penyebutan ini ditulis mulai dari penterjemah sampai kepada Nabi Muhammad, Jibril, dan Allah Taala. Berikut kutipan terakhir pengambilan sanad oleh penterjemah.

Dan yaitu mengambil dari pada nabi kita Muh}ammad bin „Abdillah salla> Alla>hu „alaihi wa s}allama. Dan yaitu mengambil daripada Jibri>l „alaihi as}-s}ala>tu wa as-sala>mu. Dan yaitu mengambil

daripada Allah Subhanahu wa Taala, inilah sanad hamba fakir yang hina yang muttas}il dengan nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa

sallama. (Tarjuman h. 28)

c. Penjelasan mengenai selesainya penulisan teks. Penulis menyebutkan selesainya penulisan teks. Lengkap mulai dari tempat, waktu, dan situasi. Penyebutan tempat ditandai c. Penjelasan mengenai selesainya penulisan teks. Penulis menyebutkan selesainya penulisan teks. Lengkap mulai dari tempat, waktu, dan situasi. Penyebutan tempat ditandai

Wa ka>na al-fara>gu min tarjuma>ni ha>z\ihi ar- risa>lati „ala> yadi al-mutarjimi fi makkata al-musyarrafati s\ali\s\ s}afar min al-

„a>mi al-muwaffa> lissitti>na wa al-mi'ataini ba„da alfi min hijrati an- nabiyyi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama, bakda zuhur. Dan adalah selesai daripada terjemah risalah ini atas tangan yang menterjemah dalam negeri Makkah yang mulia pada yang ketiga hari bulan Safar, daripada tahun yang sempurna bagi enam puluh dan dua ratus kemudian daripada seribu tahun daripada hijrah nabi s}alla> Alla>hu „alaihi wa sallama kemudian sembahyang zuhur. (Tarjuman h. 29)

d. Selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya. Sebagai penutup, penulis menuliskan selawat kepada Nabi,

keluarga dan sahabatnya. Wa s}alla> Alla>hu wa sallama „alaihi sayyidina> Muh}ammad wa

„ala> a>lihi was}ah}bihi ajma„i>na. Dan rahmat dan selamat atas penghulu kita Muh}ammad dan atas segala keluar//

ga[ra]nya dan sahabatnya sekalian mereka itu. (Tarjuman h. 29)

2. Gaya Penyajian Teks Siti Chamamah-Soeratno (1982:160) mengemukakan bahwa pengertian gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam menyampaikan ceritanya, pikiran, serta pendapat-pendapatnya. Gaya penyajian teks Tarjuman menggunakan bentuk interlinier. Pembukaan dimulai dengan basmalah, puji-pujian kepada Allah Swt dan selawat 2. Gaya Penyajian Teks Siti Chamamah-Soeratno (1982:160) mengemukakan bahwa pengertian gaya penyajian adalah cara pengarang yang khusus dalam menyampaikan ceritanya, pikiran, serta pendapat-pendapatnya. Gaya penyajian teks Tarjuman menggunakan bentuk interlinier. Pembukaan dimulai dengan basmalah, puji-pujian kepada Allah Swt dan selawat

Bismi Alla>hi ar-Rah}ma>ni ar-Rah}i>mi. Al-h}amdu (li Alla>hi) Rabbi al- „a>lami>na. Segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala yang bermilik sekalian alam.Wa as}-s}ala>tu wa as- sala>mu „ala Muh}ammadin sayyidi al-anbiya>'i wa al-mursali>na . Dan rahmat Allah dan selamat atas Muhammad penghulu segala anbiy ā`i dan segala nabi yang mursal. W a „ala> a>lihi wa s}ah}bihi ajma„i>na. Dan atas segala keluarganya dan sahabatnya sekalian mereka itu.

Amma> ba„du. (Tarjuman h. 1) Pada bagian isi, pengarang menguraikan setiap masalah

dengan disertai penjelasan yang detail. Dimulai dengan penyebutan pasal-pasal tentang adab zikir 20 perkara. Kutipannya yaitu sebagai berikut.

Wa rattabtuh ā „alā fus}ūlin. Dan aku hatur akan dia atas beberapa pasal pasal, pada menyatakan akan adab zikir. Ketahui olehmu seyogyanya bagi orang yang hendak berzikir itu memelihara akan segala adabnya. Adapun adab zikir itu amat banyak dan membilang akan dia, oleh setengah masyayikh seribu adab banyaknya. Tetapi memungkinkan oleh ba‟du „l-masya>yikh kepada dua puluh perkara, yaitu lima perkara dahulu daripada berzikir, dan dua belas perkara dalam hal berzikir, dan tiga perkara kemudian nya. (Tarjuman h. 1)

Mengingat Tarekat Khalwatiyah merupakan tarekat yang amalan tarekatnya terletak pada pelaksanaan shalat dan zikir yang tertib dan teratur, maka zikir dipandang sangat penting dilakukan karena merupakan amalan yang sifatnya wajib ‟ain (wajib bagi setiap individu) dengan selalu memperhatikan adab-adabnya. Adab zikir 20 perkara ini kemudian diuraikan menjadi 5 adab sebelum zikir, 12 adab saat zikir, dan 3 adab setelah zikir.

Setelah penjelasan tentang adab zikir, peneliti merangkai dengan uraian mengenai kalimat la> ila>ha illa> Allahu sebagai kalimat yang sangat dianjurkan ketika berzikir . Penjelasan dimulai dari kalimat la> ila>ha illa> Allahu kandungan huruf dan keutamaan la> ila>ha illa> „Allahu. Kutipan-kutipannya yaitu sebagai berikut .

bahwasannya la> ila>ha illa> Alla>hu itu empat kalimat pada lafaz } dan lima kalimat dengan yang mah}z\u>f. Pertama, kalimat nafi yaitu L ā. Kedua kalimat yang di nafi yaitu ila>ha. Ketiga,

kalimat istifna> ' yaitu illa>, Keempat, kalimat yang disebut yaitu Allah. Dan kalimat yang mah}z\u>f itu maujud, maka jadilah dengan dia la> ila>ha illa> Allahu maujud, kata syekh Muhammad Al-Amiri dalam risalahnya. (Tarjuman h. 9)

Adapun sekalian huruf la> ila>ha illa Alla>hu itu tersimpan kepada empat huruf. Pertama la>m. Kedua alif. Ketiga ha. Keempat hamzah . Maka makhraj la>m itu daripada tepi lidah yang di hantar pada dalam gigi s\ana>ya> yang di atas. Dan makhraj alif itu dalam rongga mulut keluar ia daripada semata-mata nafas jua. Dan makhraj ha dan hamzah itu keduanya dalam h{ulqu>m jua, tetapi makhraj hamzah itu jauh sedikit daripada makhraj ha> jua. (Tarjuman h. 10)

Kalimat la> ila>ha illa> Allahu merupakan salah satu kalimat tauhid yang sering dimalkan oleh pengikut tarekat ini. Lafal tersebut mengandung makna yang sangat dalam bagi penganutnya, yang harus dipahami bahwa hanya Allah Swt yang berhak di sembah, dituju, dicintai, dan tempat bergantung segala sesuatu. Kalimat tauhid memiliki keutamaan tertentu bagi pembacanya. Keutamaan inilah yang menjadikan pengikut tarekat konsisten mengamalkannya. Berikut kutipan tentang fadilah (keutamaan) kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu .

Pada menyatakan fad}i>lah la> ila>ha illa> Alla>hu, bermula fad}i>lah nya itu amat banyak dan setengah daripadanya hadis nabi Pada menyatakan fad}i>lah la> ila>ha illa> Alla>hu, bermula fad}i>lah nya itu amat banyak dan setengah daripadanya hadis nabi

terlebih afdal barang yang aku kata dan segala anbiya daripada yang dahulu daripada aku la> ila>ha // Illa> Alla>hu. Ketahui olehmu tiadalah syak bahwa nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama mengata akan dia dengan kata yang fas}ih}, yakni menunai hak segala hurufnya. Dan seyogyanya bagi orang yang berzikir itu mengata ia seperti yang demikian itu supaya hasil baginya pahala yang sempurna insya Allah Taala. (Tarjuman h. 12-13)

Kemudian pembahasan tentang talkin, dimulai dengan adab talkin, kaifiat talkin zikir la> ila>ha illa> Alla>hu dan ’uhu>d bagi perempuan khianat. Dilanjutkan dengan nasihat memelihara diri bagi murid kepada perempuan yang khianat dan orang muda. Setelah itu

penyebutan tentang 6 risalah Arab yang diambil oleh penyalin naskah. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang lafaz niat fatihah oleh murid (bagi syekh yang empunya talkin, empunya silsilah, segala anbiya dan aulia, dan Nabi Muhammad, dan dua ibu bapak, dan barang yang dikehendakinya), dan penjelasan doa yang diriwayatkan ( ma‟sur) dari Nabi setelah zikir dan wirid.

Pada bagian penutup, pengarang menyebutkan identitas penyalin, kemudian nama semua pengarang risalah yang diambil oleh penterjemah, lalu penjelasan mengenai selesainya penulisan teks. Bagian ini ditutup dengan selawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabatnya.

3. Pusat Penyajian Teks Pusat penyajian adalah posisi pengarang dalam menyampaikan uraian atau ajarannya. Pusat penyajian teks Tarjuman menggunakan 3. Pusat Penyajian Teks Pusat penyajian adalah posisi pengarang dalam menyampaikan uraian atau ajarannya. Pusat penyajian teks Tarjuman menggunakan

Wasammaituha> tarjuma>na [al-mu] al-mustafi>di min al- „arabiyyati adabi aż-żikri „ala> at-tari>qati al-khalwa>tiyyati. Maka aku namai akan dia tarjuma>n al-mustafid, artinya juru

bahasa yang diambil faedah daripada bahasa Arab pada menyatakan adab zikir atas tarekat khalwati. (Tarjuman h. 1)

Dan aku mohon daripada Allah Taala, bahwa memberi manfaat dengan dia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi asalnya. Wa rattabtuh ā „alā fus}ūlin. Dan aku hatur akan dia atas beberapa pasal pasal, pada menyatakan akan adab zikir. (Tarjuman h. 1)

Kata “aku” dalam teks di atas jelas bahwa si pengarang mengatas namakan dirinya sebagai aku orang pertama tunggal. Selain

kata ”aku”, pengarang juga menggunakan kata ”kita”. Perhatikan kutipan di bawah ini.

Dan syekh itu minta tolong daripada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama, karena syekh itu wasi[t](l)ah antara kita dan antara nabi

s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama. (Tarjuman h. 4)

Wa s}alla> Alla>hu wa sallama „alaihi sayyidina> Muh}ammad wa „ala> a>lihi was}ah}bihi ajma„i>na. Dan rahmat dan selamat atas

penghulu kita Muh}ammad dan atas segala keluar// ga[ra]nya dan sahabatnya sekalian mereka itu. (Tarjuman h. 29)

Kata ”kita” dalam teks di atas menunjukkan bahwa diri si pengarang adalah seorang muslim sebagai bagian dari umat muslim lainnya, yang otomatis sebagai umat Nabi Muhammad saw.

Pengarang juga menggunakan kata ”hamba” untuk menunjukkan identitasnya. Kutipannya yaitu sebagai berikut.

Dan pada mulanya mereka itu terdapat tiada diambil dengan musya>fahah yakni bermulanya dengan mereka itu dan lagi beberapa rahasia dan isyarat dan ibadah pada mereka itu tiada mad}a>hir ia melainkan tatkala diberi talkin nya maka karena itulah tiada hamba sebut disini karena hamba takut panjang risalah ini. (Tarjuman h. 20)

Dan yaitu mengambil daripada Allah Subhanahu wa Taala, inilah sanad hamba fakir yang hina yang muttas}il dengan nabi s}alla>

Alla>hu „alaihi wa sallama. (Tarjuman h. 28)

Kata ”hamba” di atas jelas menunjukkan diri si pengarang. Kata hamba juga menunjukkan bahwa diri si pengarang amat lemah dan kecil sebagai makhluk Allah. Hal ini ditandai dengan pemakaian

kata ”fakir” dan ”hina”.

4. Gaya Bahasa Teks Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa

secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa merupakan bagian dari diksi atau pilihan kata. (Gorys Keraf, 2000:114)

Dalam sastra kitab gaya bahasa sangat dipengaruhi unsur bahasa Arab. Oleh sebab itu teks Tarjuman banyak mengandung unsur bahasa Arab.

1) Kosa Kata Teks Tarjuman termasuk teks sastra kitab yang banyak menggunakan kosa kata Arab. Kosa kata Arab tersebut ada yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan ada pula yang belum diserap ke 1) Kosa Kata Teks Tarjuman termasuk teks sastra kitab yang banyak menggunakan kosa kata Arab. Kosa kata Arab tersebut ada yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan ada pula yang belum diserap ke

Tabel kosa kata Arab teks Tarjuman yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

No. Kosa Kata

No. Kosa Kata

No. Kosa Kata

No. Kosa Kata

1. Afdal

17 insya Allah

Tabel kosa kata Arab teks Tarjuman yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Tabel 10

No. Kosa Kata

No. Kosa Kata

No. Kosa Kata

1. a nbiyā`i

17. afs}ah

33. mula>qin

2. masyayikh

18. al-qura>'i

34. musabbah}ah

3. s}idqun

19. mad munfas}il

35. t}ari>q

4. j am‟iyah

20. hayyun

36. syarh}

5. bi Alla>h i

21. q ayyūm

37. qubu>l

23. m ad t}abi>„i>

39. „uhu>d

8. quwat

24. tafkhi>m

40. ism

9. j alālah

25. h{ulqu>m

41. musya>fahah

10. u lūhiyyah

26. t a„t}il

42. mad}a>hir

11. muttas}il

27. was}lu

43. syuraka>'

12. lafaz}

28. fad}i>lah

44. tanbi>h

13. himmah

29. isyba>h}

45. as-sah}ar

14. muraqabah

30. muda>wamah

46. ruju>h}

15. h arārāh

31. „arsy

47. s}ari>h}

16. mah}z\u>f

32. as\ar 48. ma's\u>r

49. musyahadah

b) Ungkapan

Ungkapan adalah ucapan khusus yang sudah tetap atau sudah menjadi formula khusus atau sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa diubah-ubah. Dalam teks Tarjuman dipergunakan ungkapan-ungkapan khusus dalam bahasa Arab yaitu sebagai berikut.

Taala (Tarjuman h. 1) yang berarti ”kebenaran tertinggi”. Diungkapkan untuk menyebut Allah. Allah Subhanahu wa Taala (Tarjuman h. 5) yang berarti Allah yang

Maha Suci dan Maha Tinggi. Ungkapan ini untuk menyebut nama Allah.

Nabi Muhammad s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama (Tarjuman h. 4) ya ng berarti ”semoga selawat dan salam tetap padanya”. Ungkapan ini diucapkan setelah menyebut nama Nabi Muhammad.

W a Alla>hu a„lam (Tarjuman h. 11) yang berarti hanya Allah yang tahu. Ungkapan ini diucapkan seorang muslim apabila dia tidak yakin dengan kebenaran ucapannya tentang suatu permasalahan atau kejadian tertentu. Permasalahan itu ia kembalikan kepada Allah.

Insya Alla>h ta„a>la> (Tarjuman h. 6 ) yang berarti semoga Allah yang Maha Tinggi memberi izin. Ungkapan ini biasanya diucapkan oleh seorang muslim yang berniat melakukan sesuatu yang baik. Ungkapan ini sekaligus sebagai doa agar Allah mengizinkan hingga niat itu bisa dilaksanakan.

Rahimahu Alla>h T a„a>la> (Tarjuman h. 8) yang berarti Allah Mengasihinya. Kata ”nya” disini merujuk pada imam al-Ghazali, seperti pada kutipan berikut ini, ”Kata imam al-Ghazāli rahimahu Alla>h Ta„a>la> , Rahimahu Alla>h T a„a>la> (Tarjuman h. 8) yang berarti Allah Mengasihinya. Kata ”nya” disini merujuk pada imam al-Ghazali, seperti pada kutipan berikut ini, ”Kata imam al-Ghazāli rahimahu Alla>h Ta„a>la> ,

Na ūz\ubi Alla>hi minha (Tarjuman, h. 8) yang berarti kita berlindung kepada Allah daripadanya. Kata ”nya” disini menunjuk pada ”setan”, seperti pada kutipan “Karena yang demikian itu terlebih segera bagi menerangi mata hati dan terbuka hijab dan putus segala khawatir nafsu dan setan na ūz\ubi

Alla>hi minha. “ (Tarjuman h. 8). Ungkapan tersebut biasanya diucapkan seorang muslim setelah berbicara suatu perkara atau kejadian yang sangat buruk.

c) Sintaksis Sebagai salah satu naskah sastra kitab, teks Tarjuman banyak mendapat pengaruh sintaksis Arab. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada pemakaian kata penghubung ”dan”. Kosa kata ”dan” dalam teks sastra kitab memiliki dua fungsi. Pertama sebagai kata penghubung, yang kedua sebagai penanda awal kalimat. Dalam bahasa Arab terdapat pemakai an kata ”wa” ( و ) yang secara etimologis berarti ”dan”. Dalam struktur sintaksis Arab, kata ”dan” selain digunakan sebagai pembuka kalimat juga bisa digunakan untuk

kata penghubung.

a. Kata “dan” Dalam teks Tarjuman , kata ”dan” tidak berfungsi sebagai kata penghubung melainkan sebagai kata tumpuan. Berikut ini contoh kutipan teksnya.

Wa as}-s}ala>tu wa as- sala>mu „ala Muh}ammadin sayyidi al- anbiya>'i wa al-mursali>na . Dan rahmat Allah dan selamat atas

Muhammad penghulu segala anbiy ā`i dan segala nabi yang mursal, wa„ala> a>lihi was}ah}bihi ajma„i>na. (Tarjuman h 1)

Kata setengah masya>yikh, jika ada ia orang yang mubtadi, mengata dengan lidahnya la>ila>ha illa> Alla>hu, dan diingat dengan hatinya la> Ma„bud illa> Alla>hu, artinya tiada yang disembah melainkan Allah Taala jua. Dan jika ada ia orang yang mutawassit} , maka mengata dengan lidahnya la>ila>ha illa> Alla>hu , dan diingat dengan hatinya lalu la> Mat}lu>ba illa>> Alla>hu , artinya tiada yang dimintanya melainkan Allah Taala jua. (Tarjuman h. 5)

b. Kata “maka” Kata ”maka” dalam teks Melayu berfungsi sebagai kata tumpuan. Dalam bahas a Arab, kata ”maka” atau ”fa” (ف) selain digunakan sebagai kata penghubung juga bisa sebagai awal kalimat. Kata ”maka” dalam teks Melayu berfungsi sebagai kata tumpuan, hampir sama dengan kata ”dan”. Jadi kata ”dan” memang bervariasi dengan kata ”maka”. Contoh kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Dan lagi sabda nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama, inna li Alla>h „amu>dan min nu>ri baina yadai al-'arsyi faiz\a qa>la al-

'abdu la> ila>ha illa> Allah ihtazza z\alika al-'amu>du fayaqu>lu Alla>hu uskun fayaqu>lu kaifa askun wa lam tagfir liqa>'iliha fayaqu>lu Alla>hu qad gafartu fayaskun yakni bahwasanya bagi Allah Taala itu satu tiang daripada nu>r antara hadapan „arsy Allah

Taala. Maka apabila mengata oleh hamba akan la> ila>ha illa Alla>hu niscaya berkerut-kerut. (Tarjuman h. 12 ). Contoh kutipan yang didahului dengan bahasa Arab kemudian

diterjemahkan dalam bahasa Melayu yaitu sebagai berikut.

Amma> ba„du. Faha>żihi risa>latun lat}i>fatun qali>latun fi> baya>ni adabi a ż-żikri wa ma> yata„allaqu bihi „ala> at}- t}ari>qati al-khalwa>tiyyati . Adapun kemudian dari itu, maka itulah satu risalahnya yang latif lagi sedikit pada menyatakan akan adab zikir dan barang yang bergantung dengan dia atas tarekat khalwatiyyah . (Tarjuman h. 1)

c. Kata”bagi” Dalam bahasa Melayu, kata ”bagi” banyak berfungsi sebagai

penanda kepemilikan. Berikut contoh kutipan teksnya. Kata Sibt}u al-Mars}ufi> dalam jauhar al-khas}i, “Seyogyanya bagi

orang yang berzikir itu di tah}qi>q hamzah lafaz} Allah [supaya] supaya tiada jadi akan ya dan di tah}qi>q hamzah lafaz} illa> serta ditasydi>d lam nya. ” (Tarjuman h. 11)

Dan apabila seorang kamu kembali ke rahmat Allah taala, maka seyogyanya kamu tahlil baginya, yaitu tujuh puluh ribu kali, kemudian sembahyang isya, tetapi terafdal memaca Quran dahulunya. (Tarjuman h. 13)

Kata syekh Asy-Syarqa>wi, “Dan seyogyanya bagi barang siapa yang berkehendak z}a>hir faedah zikir maka hendaklah berdiri sekalian adab zikir dan jangan jadi risaunya daripada segala adabnya, karena bahwasannya tiada hasil ia dengan ketiadaan adabnya wa Alla>hu a„lam fas}l. (Tarjuman h. 15)

Kata ”bagi” dalam 3 teks di atas jelas berfungsi sebagai penanda kepemilikan. Kata ”baginya” menunjuk pada orang yang kembali ke rahmat Allah Taala. Kata ”bagi” dalam teks pertama menunjuk pada orang yang berzikir. Kata ”bagi” dalam teks ketiga menunjuk kepada

orang yang memiliki keinginan memperoleh kautamaan zikir.

d) Sarana Retorika Retorika adalah suatu teknik dalam pemakaian bahasa sebagai

seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Sarana retorika dipengaruhi dua aspek yaitu pengetahuan dan penggunaan bahasa yang baik (Gorys Keraf, 2000:1)

Sarana retorika yang digunakan dalam teks Tarjuman meliputi penguraian, polisindeton, pertentangan, gaya retorika, penyimpulan dan bahasa kiasan. Sarana tersebut digunakan sebagai penguatan sebuah pernyataan. Di samping itu ada bahasa kiasan yang digunakan untuk memperindah teks, yang berbentuk simile. Sarana retorika yang digunakan dalam teks Tarjuman akan diuraikan satu persatu yaitu sebagai berikut.

1) Gaya Penguraian Teks Tarjuman menggunakan gaya bahasa penguraian (analitik) sebagai gaya pengekspresian isi pikiran. Pengarang menguraikan isi gagasannya secara terperinci. Contoh kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Dan kalimat yang mah}z\u>f itu maujud, maka jadilah dengan dia la> ila>ha illa> Allah maujud. Kata syekh Muhammad al-Amiri dalam risalahnya, “Adapun pada kaul yang afs}ah tiada harus di mad kalimat la kurang daripada tiga harakat, tetapi harus di mad lebih daripadanya, hingga sampai kepada tujuh harakat seperti yang telah masyhur pada ahli al-qura>'i dan dinamai akan mad, yang demikian mad munfas}il namanya. ” (Tarjuman h. 9)

Pada kutipan di atas berisi uraian tentang mad munfasil pada kalimat la> ila>ha illa> Allahu.

Sesuai dengan gaya penguraian, di dalam teks Tarjuman banyak digunakan sarana retorika enumerasi (penjumlahan) yang berfungsi untuk penegasan. Ditandai dengan penyebutan urutan penomoran yaitu ”pertama” ”kedua” dan seterusnya. Kutipan teksnya

yaitu sebagai berikut. Inilah kesudahan risalah ini yang hamba terjemah sedikit dengan

bahasa Jawi. Aku ambil daripada enam risalah Arab yang Melayu. Pertama, risalah syekh Muh}ammad al-Ami>ri al-Ma>liki>. Kedua, risalah syekh Ah}mad ad-Dardi>ri> al-Khalwa>ti>. Ketiga, risalah Sibt}u al-Marsufi> yang bernama jauhar al-khas}. Keempat, tuh}fatu as-sa>liki>n bagi syekh as-Sama>nu>ri al-Khalwa>ti. Kelima, kitab al-birru wa as-sulu>k. Keenam, rabi>„u al-fu'a>di bagi syekh „Abdulla>h asy-Syarqa>wi rahimahumu Allah ta„a>la> wanaffa„na Alla>hu ta„a>la> bihim.(Tarjuman h. 21)

2) Polisindeton Gorys Keraf (2000:131) menjelaskan bahwa polisindeton merupakan gaya bahasa yang banyak menggunakan kata penghubung kata, frase, atau klausa yang dihubungkan satu sama lain secara berurutan dengan kata penghubung. Gaya retorika ini banyak berfungsi sebagai penguatan pernyataan dari penulis. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Syahdan seyogyanya bagi murid kemudian mengucap zikir dan wirid membaca fa>tih}ah bagi syekh yang empunya talkin. Dan bagi yang empunya silsilah dan bagi segala anbiya>' dan auliya dan bagi penghulu Kita Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama dan dua ibu bapa dan barang yang// dikehendakinya. (Tarjuman h. 22)

Pada kutipan di atas terdapat kata penghubung ”dan” yang sama dan berulang dalam satu kalimat. Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya polisindeton sering digunakan dalam gaya bahasa sastra kitab.

3) Pertentangan Gaya pertentangan digunakan untuk mempertentangkan dua pendapat atau lebih yang memiliki perbedaan. Berikut ini contoh pertentangan tentang talkin bagi murid tujuh ism pada tarekat khlawati dan tiga ism pada tarekat yang lain. Pertentang ini ditandai dengan kata ”adapun”.

Kemudian maka yang ketiga [h]angka sempurna tujuh ism seperti barang yang makruf pada orang yang ahli tarekat khalwa>ti> dan kaifiat talkin nya dan syaratnya itu maklum pada mereka itu. Adapun tarekat yang lain daripada khalwa>ti>, maka di talqi>n akan murid tiga ism jua. (Tarjuman h. 18)

Pertentangan pada teks di bawah ini ditandai dengan kata ”tetapi”. Kutipan teks di bawah ini berisi tentang ritual jika ada orang

yang meninggal, yaitu urutan antara tahlil kemudian sembahyang isya atau membaca Quran dahulu, kemudian tahlil, baru sembahyang isya.

Dan apabila seorang kamu kembali ke rahmat Allah Taala, maka seyogyanya kamu tahlil baginya, yaitu tujuh puluh ribu kali, kemudian sembahyang Isya, tetapi terafdal memaca Quran dahulunya, kemudian maka mengucap tahlil dan lagi seyogyanya dilebih daripada tujuh puluh ribu kali, karena terkadang ada yang lupa diingat maknanya tatkala itu. (Tarjuman h. 14)

4) Gaya Retorika Gaya retorika merupakan gaya seorang ahli pidato yang memberi nasehat atau ceramah kepada pendengar, yaitu memberi penjelasan tentang suatu masalah dengan gaya seorang pemimpin atau ahli khutbah.

Ketahui olehmu seyogyanya bagi orang yang hendak berzikir itu memelihara akan segala adabnya. Adapun adab zikir itu amat banyak dan membilang akan dia, oleh setengah masya>yikh seribu adab banyaknya. Tetapi memungkinkan oleh ba‟du al-masya>yikh kepada dua puluh perkara, yaitu lima perkara dahulu daripada berzikir, dan dua belas perkara dalam hal berzikir, dan tiga perkara kemudian nya. (Tarjuman h. 2)

Dari contoh di atas jelas bahwa pengarang memposisikan diri sebagai seorang tokoh yang ingin menyampaikan sebuah pernyataan atau penjelasan kepada pembaca. Selain itu pengarang juga mengajak pembaca untuk memperhatikan dan menelaah apa yang ia sampaikan.

Ketahui olehmu tiadalah syak bahwa nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wa sallama mengata akan dia dengan kata yang fas}ih}, yakni menunai hak segala hurufnya. Dan seyogyanya bagi orang yang berzikir itu mengata ia seperti yang demikian itu supaya hasil baginya pahala yang sempurna insya Allah Taala. (Tarjuman h. 12)

Pada kutipan teks di atas pegarang memberi nasehat kepada orang yang berzikir agar membaca kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu dengan baik dan benar supaya memperoleh pahala yang sempurna .

5) Penyimpulan Sarana retorika ini berupa gaya penyimpulan suatu uraian yang ditandai dengan kata ”maka”. Contoh kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Keempat, minta tolong dengan hatinya daripada syekh tatkala mabuk kepada zikir dan kaifiatnya, bahwa di hadir dalam hati rupa syekh nya antara hadapannya daripada persoalan żikir, serta minta tolong daripadanya akan petuah, maka jadilah syekh bertaulan sama-sama pada berjalan kepada Allah Taala. Dan syekh pun minta tolong seperti demikian daripada syekh nya pula, hingga sampai kepada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama . Dan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama pun Keempat, minta tolong dengan hatinya daripada syekh tatkala mabuk kepada zikir dan kaifiatnya, bahwa di hadir dalam hati rupa syekh nya antara hadapannya daripada persoalan żikir, serta minta tolong daripadanya akan petuah, maka jadilah syekh bertaulan sama-sama pada berjalan kepada Allah Taala. Dan syekh pun minta tolong seperti demikian daripada syekh nya pula, hingga sampai kepada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama . Dan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama pun

Pada kutipan di atas jelas bahwa terdapat penyimpulan dari pernyataan sebelumnya, yaitu pengarang menyimpulkan hal yang telah dikemukakan olehnya sebelumnya.

6) Bahasa Kiasan Bahasa kiasan digunakan untuk menyamakan suatu hal dengan hal yang lain, atau suatu keadaan dengan keadaan yang lain. Bahasa kiasan ini berfungsi untuk memberi gambaran atau citra yang jelas atau keadaan yang bersifat abstrak atau kurang jelas.

Dalam teks Tarjuman terdapat bahasa kiasan yang berupa perumpamaan (simile), yaitu membandingkan suatu hal atau keadaan dengan kata pembanding atau kata yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan misalnya seperti, umpama, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Kedua, menetapkan segala engkaunya hingga tiada berkerut satu daun bulu roma, seperti tikus yang di pegang oleh kucing. (Tarjuman h. 8)

Kata imam S ya>fi„i rad}iya Alla>hu „anhu, As-sanad ka as-saifi lil- muqa>tili yakni bermula sanad itu seperti pedang bagi orang yang berperang. Maka karena inilah mengsamar oleh segala arif// bi Alla>hi atas mulazamah syekhnya, dan memelihara „uhu>d mereka itu, dan adab dengan mereka itu serta memerangi akan hawa nafsunya sampai hasil maksudmu dengan tolong Allah Taala. (Tarjuman h. 25)

Pada kutipan teks di atas menggunakan kata ”seperti”, jelas menunjukkan

bahwa pengarang menggunakannya sebagai bahwa pengarang menggunakannya sebagai

B. AJARAN TAREKAT KHALWATIYAH

Teks Tarjuman berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan ibadah zikir yaitu zikir tarekat Khalwatiyah. Pembahasan isi teks dimulai dari adab zikir, zikir la>ila>ha illa> Alla>hu , adab talkin dan kaifiat talkin sampai pada niat zikir. Pengarang mengungkapkan isi teks Tarjuman secara runtut yang dibagi menjadi beberapa pasal. Penjelasan isi dan ajaran yang terkandung dalam teks Tarjuman yaitu sebagai berikut.

1. Adab zikir Bagi Tarekat Khalwatiyah, zikir merupakan amalan yang sifatnya wajib„ain (wajib bagi setiap individu). Zikir menurut tarekat Khalwatiyah ialah mengingat Allah Taala dengan lafal zikir, seperti kalimat tauhid la>ila>ha illa> Alla>hu , lafal jalalah, Allah-Allah, dan lafal hua-hua. Lafal-lafal tersebut mengandung makna yang sangat dalam bagi pengikutnya, yang berarti bahwa hanya Allah Taala yang berhak di sembah, dituju, dicintai, dan tempat bergantung segala sesuatu. Adab zikir di dalam teks Tarjuman terdiri dari 20 adab zikir, yaitu 5 adab sebelum zikir, 12 adab saat zikir, dan 5 adab setelah zikir. 20 adab ini diuraikan secara detail dan berurutan dengan beberapa penjelasan.

a. 5 adab sebelum zikir yaitu (1) Taubat dari maksiat, (2) Suci dari hadas kecil dan besar, (3) Diam seraya membimbing hati kepada Allah, (4) Minta tolong dengan hatinya kepada syekh ketika mabuk kepada zikir dan kaifiatnya, (5) Diiktikadkan minta tolong dalam berzikir kepada syekhnya. 5 adab zikir ini disebutkan dalam teks Tarjuman yaitu sebagai berikut.

Adapun adab yang lima perkara yang dahulu daripada berzikir itu maka yaitu, pertama taubat daripada segala maksiat, bersamaan ada ia maksiat yang zahir atau batin. Kata syekh „Abdullah Ali Asy- Syarq āwi rahimahu Allā h ta‟ālā dalam rabī‟u al-fu'a>di, “Bermula hakikat taubat daripada kaum ahli sufi itu meninggalkan barang yang tiada sampai murid kepada tarekatnya, bersamaan ada ia perbuatan atau kata-kata atau jabat-jabat. ” Kedua, suci engkaunya daripada hadas kecil dan besar. Ketiga, diam segala engkaunya serta

bimbing hatinya tatkala itu dengan Allah, hingga hilanglah segala khawatir dalam hatinya. Kemudian maka diperikut akan lidah

dengan la> ila>ha illa> Alla>hu supaya hasil lah// dengan demikian itu s}idqun dan jam‟iyah insya Allah Taala. Keempat, minta tolong dengan hatinya daripada syekh tatkala mabuk kepada zikir dan kaifiatnya, bahwa di hadir dalam hati rupa syekh nya antara hadapannya daripada persoalan żikir, serta minta tolong daripadanya akan petuah, maka jadilah syekh bertaulan sama-sama pada berjalan kepada Allah Taala. Dan syekh pun minta tolong seperti demikian daripada syekh nya pula, hingga sampai kepada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama. Dan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama pun tawajuh kepada hadirat Allah Taala, maka hasilah tatkala itu muda>wamah kepada hati murid. Dengan sebab demikian itu insya Allah Taala. Dan karena itulah terdapat tiada bagi murid daripada syekh nya yang arif, yang mutasil sanadnya dengan nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama. Kelima, diiktikadkan minta tolong berzikir itu semata-mata tolong syekhnya jua. Dan syekh itu minta tolong daripada nabi s}ala> Alla>hu „alaihi wasallama, karena syekh itu wasitah antara kita dan antara nabi s}ala> Alla>hu

„alaihi wasallama. (Tarjuman h. 2-3)

b. Penjelasan adab zikir yang 12 perkara yaitu (1) Duduk di tempat yang suci, (2) Meletakkan dua telapak tangan di atas kedua paha seperti duduk dalam sembahyang dan menghadap kiblat, (3) Menghilangkan bau pada kain dan tempat berzikir, (4) Memakai pakaian yang halal,

(5) Memilih tempat yang kelam jika mampu, (6) Memejamkan mata, (7) Membayangkan syekhnya di dalam hati, (8) Berzikir bersama- sama atau sendiri, (9) Ikhlas, (10) Memilih kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu ketika berzikir, (11) Menghadirkan makna zikir dengan hati sesuai derajat musyahadahnya, dan (12) Saat berzikir hanya mengingat Allah dan menafikkan selain-Nya.

Pada pasal adab zikir yang 12 perkara, pengarang teks Tarjuman memberi nasihat yang didasarkan atas perkataan syekh ad-Dardiri al- Khalwat, syekh asy-Syarqawi, dan ijmak segala ahli sufi, yaitu ketika berzikir hendaknya dengan takzim dan quwat yang sempurna, agar murid mendapat petunjuk dan pahala dari Allah Taala. Selain itu, dijelaskan tentang cara mengucap lafal jala>lah ketika zikir agar Allah menghilangkan segala rasa khawatir dan niat buruk dalam hati murid. Berikut ini kutipan teksnya.

Dan cenderung kepalanya kepada pihak kanan tatkala mengata l ā, dan di kembali lafaz} ila>ha ke atas dadanya, kemudian maka di palu lafaz} illa> Allah itu kepada pihak kiri yaitu atas hati sanubari hingga turunlah lafaz} jal ālah ke dalam hatinya, maka jadilah hilang dengan dia segala khawatir yang jahat dalam hatinya insya Allah Taala. (Tarjuman h. 6)

c. Penjelasan adab zikir yang 3 perkara yaitu (1) Diam, khusyuk, dan tawaduk saat berzikir, (2) Menetapkan nafas dari keluarnya kadar tiga nafas atau lebih, dan (3) Menahan diri dari minum air segar satu samat atau setengahnya.

Di dalam teks Tarjuman, dijelaskan tentang adab diam menurut imam Al-Ghazali rahimahu Allah Taala. Diam dibagi menjadi 3 adab yaitu menghadirkan hati karena Allah melihatnya, Di dalam teks Tarjuman, dijelaskan tentang adab diam menurut imam Al-Ghazali rahimahu Allah Taala. Diam dibagi menjadi 3 adab yaitu menghadirkan hati karena Allah melihatnya,

Adab yang kedua yaitu tentang pengaturan nafas. Hal ini bertujuan agar mata hati menjadi terang, terbuka hijab, menghilangkan segala khawatir, nafsu, dan setan. Kutipan teksnya yaitu “ Kedua, menetapkan nafas daripada keluarnya kadar tiga nafas atau lebih hingga tujuh nafas segar-segar kuasa jua”. (Tarjuman h. 8)

Adab yang kedua yaitu tentang menahan diri minum air dimaksudkan agar menghilangkan panas dan rindu sebagai hasil dari berzikir. Kutipan teksnya yaitu, ” Ketiga, menahan diri daripada minum air sekira-kira satu samat atau setengahnya”. (Tarjuman h. 8)

2. Zikir la>ila>ha illa> Alla>hu Pasal tentang zikir la>ila>ha illa> Alla>hu dibagi menjadi 3 penjelasan yaitu tentang kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu , kandungan huruf la>ila>ha illa> Alla>hu , dan keutamaan la>ila>ha illa> Alla>hu.

(1) Kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu Dalam Tarekat Khalwatiyah dikenal adanya sebuah amalan yang disebut Al- Asma‟ As-Sab‟ah (tujuh nama) yaitu tujuh macam zikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dibaca setiap murid tarekat. Tujuh macam zikir tersebut ialah pertama, zikir la>ila>ha illa> Alla>h . Kedua, zikir Allah . Ketiga, zikir Huwa. Keempat zikir Haq. Kelima, zikir Hay. Keenam, zikir Qayum dan ketujuh, zikir Qahhar.

Tujuh tingkatan zikir tersebut intinya didasarkan pada ayat-ayat Quran. Tingkatan pertama didasarkan pada surat Yusuf: 53, “Sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan”. Tingkatan kedua dari surat al- Qiyamah ayat: 2, “Dan Aku tidak bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali”. Tingkatan ketiga dari surat as-Syams: 7 dan

8, “Demi jiwa dan yang menyempurnakannya. Allah mengilhami jiwa tersebut kejahatan dan ketakwaannya”. Tingkatan keempat dari surat al-

Fajr:

27, “Wahai jiwa yang tenang''. Tingkatan kelima dan keenam dari surat al-Fajr:

28, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keridaan dan dir idai”. Tingkatan ketujuh merupakan tingkatan sempurna, atau yang

berada di atas semua jiwa, secara eksplisit tidak ada dalam Quran, karena kitab suci ini seluruhnya merupakan kesempurnaan dari semua zikir dan jiwa pemiliknya.

Berikut kutipan teks Tarjuman yang menunjukkan bahwa beberapa macam zikir dari tujuh tingkatan tersebut bisa digunakan para murid tarekat ketika berzikir.

Adapun jika berzikir ia dengan asma yang mufrad, yaitu Allah Allah atau huwa huwa atau hayyun hayyun atau qayy ūm atau lainnya, maka hendaklah dipalu akan dadanya dengan dagunya (Tarjuman h.7)

Dalam teks Tarjuman lebih banyak dijelaskan salah satu tujuh macam zikir di atas yaitu zikir la>ila>ha illa> Alla>hu . Zikir la>ila>ha illa> Alla>hu merupakan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Zikir ini berada pada tingkap pertama yang disebut an-Nafs al-Ammarah atau nafsu yang bermuara pada keburukan dan amarah). Jiwa pada Dalam teks Tarjuman lebih banyak dijelaskan salah satu tujuh macam zikir di atas yaitu zikir la>ila>ha illa> Alla>hu . Zikir la>ila>ha illa> Alla>hu merupakan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Zikir ini berada pada tingkap pertama yang disebut an-Nafs al-Ammarah atau nafsu yang bermuara pada keburukan dan amarah). Jiwa pada

ini didasarkan ayat Quran, yaitu surat Yusuf ayat 53, “Sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan”.

(2) Kandungan huruf la>ila>ha illa> Alla>hu Kandungan huruf la>ila>ha illa> Alla>hu terdiri dari 4 huruf yaitu la>m, alif, ha, dan hamzah. Ketika berzikir huruf la>ila>ha illa> Alla>hu harus diucapkan dengan benar sesuai dengan makhraj atau tempat keluarnya huruf dari mulut. Makhraj la>m diucapkan pada tepi lidah. Makhraj alif diucapkan di dalam rongga mulut. Makhraj ha dan hamzah diucapkan di dalam h{ulqu>m (kerongkongan), tetapi hamzah lebih sedikit daripada ha.

(3) Keutamaan kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu Kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu banyak digunakan pengikut tarekat khalwatiyah dalam berzikir karena memiliki keutamaan tertentu. Keutamaan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu dijelaskan oleh peberdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. Selain itu, diberikan nasihat bahwa membaca la> ila>ha illa> Alla>hu sebaiknya dengan menunaikan hak segala hurufnya yang berarti membaca kalimat tersebut dengan baik (3) Keutamaan kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu Kalimat la>ila>ha illa> Alla>hu banyak digunakan pengikut tarekat khalwatiyah dalam berzikir karena memiliki keutamaan tertentu. Keutamaan kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu dijelaskan oleh peberdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. Selain itu, diberikan nasihat bahwa membaca la> ila>ha illa> Alla>hu sebaiknya dengan menunaikan hak segala hurufnya yang berarti membaca kalimat tersebut dengan baik

Dan lagi sabda nabi s}al a> Alla>hu „alaihi wa sallama, “Inna li Alla>h „amu>dan min nu>ri baina yadai al-'arsyi faiz\a qa>la

al-'abdu la> ila>ha illa> Allah ihtazza z\alika al-'amu>du fayaqu>lu Alla>hu uskun fayaqu>lu kaifa askun wa lam tagfir liqa>'iliha fayaqu>lu Alla>hu qad gafartu fayaskun ”, yakni bahwasanya bagi Allah Taala itu satu tiang daripada nu>r antara hadapan „arsy Allah Taala. (Tarjuman h. 13)

Pada pasal ini, pengarang menasihatkan kepada murid tarekat untuk tahlil apabila ada orang yang kembali ke rahmat Allah Taala. Caranya yaitu mambaca Quran, tahlil tujuh puluh ribu kali, dan shalat Isya.

3. Adab dan kaifiat talkin Talkin ialah membisikkan atau mengucapkan kalimat syahadat didekat orang yang hendak meninggal atau untuk mayat yang baru dikuburkan. Talkin bisa berarti pembelajaran berzikir dan hal menuntun membaca kalimat la> ila>ha illa> Alla>hu. Di dalam teks Tarjuman dijelaskan mengenai adab talkin yaitu syekh menyuruh murid untuk tidur tiga malam, shalat pada tiap-tiap malam, dan shalat sunah dua rakaat. Pengarang teks Tarjuman menjelaskan pasal talkin ini cukup panjang karena disertai dengan langkah-langkah talkin secara runtut. Berikut ini kutipan teks tentang adab talkin.

Dan mohon ketahui olehmu setengah daripada adab talqin itu bahwa menyuruh oleh syekh akan muridnya mula-mula tidur tiga Dan mohon ketahui olehmu setengah daripada adab talqin itu bahwa menyuruh oleh syekh akan muridnya mula-mula tidur tiga

Penjelasan tentang kaifiat talkin ada dua macam yaitu kaifiat talkin jika bersama laki-laki dan kaifiat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang khianat. Kaifiat talkin jika bersama laki-laki meliputi shalat sunnah dua rakaat, taubat dari dosa, murid berhadapan langsung dengan syekh, duduk bersimpuh dengan meletakkan dua tangan di lutut, menghadap kiblat, memejamkan mata, dan mengikuti apa yang diucapkan syekhnya. Di dalam teks Tarjuman terdapat kutipan tentang kaifiat talkin jika bersama laki-laki yaitu sebagai berikut.

Adapun kaifiat talkin itu jika ada ia be(r)sama-sama laki-laki maka menyuruh oleh syekh akan// muridnya. Mula-mula sembahyang sunah dua rakaat dan taubat daripada segala dosa, kemudian maka menyuruh duduk dihadapannya simpuh duduk dalam sembahyang serta menghantar dua tangannya atas dua lututnya, dan berhadap kiblat dan syekh duduk pun seperti demikian jua. Dan adalah tiap-tiap keduanya meme[n]jam dua matanya jua, kemudian mengata oleh syekh baginya engkau menengar daripada aku zikir tiga kali dan kata olehmu kemudian aku tiga kali jua padahal engkau meme[n]jam dua matamu dan aku menengar daripadamu. Setelah itu maka menunduk oleh syekh kepala sendirinya serta minta izin dengan hati dan murid daripada hal silsilah pada hal mengata ia tiga kali dastu>ru ya> Rasu>la Alla>hi dastu>ru ya> ahla ha>z\a> asy-sya'ni dastu>ruyna> ash}a>ba al-qaumi dastu>ru ya> qut}ba az-zama>ni, setelah itu maka ditalkin zikir. (Tarjuman h. 17)

Adapun kutipan teks tentang kaifiat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang khianat yaitu sebagai berikut.

Adapun// kaifiat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang khianat maka menghantar oleh syekh tangannya kepada tangan perempuan seperti kaifiat yang telah tersebut padahal dengan berlaku antara keduanya itu diri berdampingan, maka dihampar muka keduanya kepada air itu hingga dapat meniliki antara Adapun// kaifiat talkin zikir dan „uhu>d bagi perempuan yang khianat maka menghantar oleh syekh tangannya kepada tangan perempuan seperti kaifiat yang telah tersebut padahal dengan berlaku antara keduanya itu diri berdampingan, maka dihampar muka keduanya kepada air itu hingga dapat meniliki antara

Pada pasal adab dan kaifiat talkin ini, pengarang menasehatkan agar tidak bergaul dengan perempuan yang khianat, orang-orang yang jahil, orang yang bidah dan zindik, dan nasihat jangan meninggalkan wirid tarekat. Selain itu pengarang juga memberi nasihat tentang cara bergaul antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan atas firman Allah Taala. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Seperti firman Alla>h Taala, wa iz\a> sa'altum ūhunna mata>„an fas'alūhunna min wara>'i h}ija>bin ża>likum

at}haru liqul ūbikum waqulūbihinna, yakni jika kamu tanyai hai laki-laki akan mereka itu perempuan minta benda. Maka tanyai olehmu kamu hai laki2 akan mereka itu perempuan daripada belakang dinding. Bermula demikian itu terlebih suci hati bagi kamu dan hati mereka itu. (Tarjuman h. 21)

Kutipan firman Allah yang disebutkan oleh pengarang yaitu surat Al- Ahzab ayat 53. Adapun arti selengkapnya yaitu sebagai berikut.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. Q.S. Al-Ahzab:53)

4. Niat zikir Pengarang teks Tarjuman menjelaskan tentang niat zikir oleh murid bagi syekh yang empunya talkin, empunya silsilah, segala anbiya dan aulia, Nabi Muhammad, ibu dan bapak, dan barang yang dikehendakinya. Niat yang dilakukan ketika murid akan berzikir ini dalam teks Tarjuman dinamakan dengan niat fatihah. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Syahdan seyogyanya bagi murid kemudian mengucap zikir dan wirid membaca fa>tih}ah bagi syekh yang empunya talkin. Dan bagi yang empunya silsilah dan bagi segala anbiya>' dan auliya dan bagi penghulu kita Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama dan dua ibu bapa dan barang yang// dikehendakinya. (Tarjuman h. 22)

Pengarang menyebutkan lafal niat fatihah satu persatu mulai dari niat fatihah bagi Nabi Muhammad sampai pada syekh empunya talkin. Kutipan teksnya yaitu sebagai berikut.

Dan lafaz\ niat fatihah bagi penghulu kita Muh}ammad salla> Alla>hu „alaihi wasallama, ila> had}rati an-nabiyyi Muh}ammadin salla> Alla>h „alaihi wasallama wa a>lihi wa

s}ah}bihi wa ila> abi>na> adama wa ummina> h}awa>'a wa ma> tana>sala bainahuma> wa al-anbiya>'i wa asy- syuhada>'i wa> as}-s}a>lih}i>na wa liwa>lidi>na> al- fa>tihah . Dan lafaz\ niat fatihah bagi ahli as-silsilah, ila> had}rati ahli as-silsilati kullihim, al-fa>tihah . Dan lafaz\ niat fatihah bagi syekh yang empunya talkin, ila> had}rati syaikhina> wa qudwatina> alla żi> akhażna> at-talqi>na wa al- „uhūda minhu wa ma> tana>sala ilaihi al-fa>tih}ah. (Tarjuman h. 22-23)

Pada pasal ini, pengarang memberi nasihat kepada murid untuk membaca doa setelah zikir. Doa yang utama ialah doa yang ma‟sur (langsung diriwayatkan) dari Nabi Muhammad. Selain itu, dinasihatkan membaca Pada pasal ini, pengarang memberi nasihat kepada murid untuk membaca doa setelah zikir. Doa yang utama ialah doa yang ma‟sur (langsung diriwayatkan) dari Nabi Muhammad. Selain itu, dinasihatkan membaca

berikut. Alla>humma inni> a„ūżubika min „ilmin la> yanfa„u wa

„amalin la> yurfa„u wa du„a>'in la> yusma„u. Alla>humma inni> as'aluka min al- khairi kullihi ma> „alimta minhu wa

ma> lam a„lam wa a„użu bika> min asy-syarri kullihi ma> „alimta minhu wa ma> lam a„lam. Alla>humma ah}sin „a>qibatana> fi> al-umu>ri kulliha> wa ajirna> min khizyi