JENIS DAN SUMBER DATA
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2008-2010. Data sekunder diperoleh dari Pojok BEJ Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan situs Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini akan menguji variabel dependen/endogen (efisiensi manajemen dan kinerja keuangan), dan variabel independen/eksogen (struktur kepemilikan dan struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit).
a. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam hal ini dapat dijelaskan melalui kepemilikan manajerial dan dewan komisaris, dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial dan dewan komisaris adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh kepemilikan institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.
b. Struktur Dewan Komisaris
Struktur dewan komisaris dalam hal ini dapat dijelaskan melalui pembedaan CEO dengan komisaris sebagai variabel dummy dimana dimana nilai 1 untuk CEO sama dengan komisaris dan 0 untuk CEO berbeda dari komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris Struktur dewan komisaris dalam hal ini dapat dijelaskan melalui pembedaan CEO dengan komisaris sebagai variabel dummy dimana dimana nilai 1 untuk CEO sama dengan komisaris dan 0 untuk CEO berbeda dari komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris
c. Karakteristik Komite Audit
Karakteristik Komite Audit dalam hal ini dapat dijelaskan melalui proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, dan jumlah rapat komite audit. Kualitas laporan keuangan dapat terjamin bila komite audit setidaknya memiliki minimal 4 kali pertemuan dalam setahun (Morrissey, 2000).
d. Efisiensi Manajemen
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000)
Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Terdapat 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi m enurut Ying Huang, et.al. (2004), yang juga akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output. Konsep ini hanya berlaku pada hubungan internal yang bersifat teknis antara input dengan output.
2. Efisiensi biaya (price/cost efficiency) Pengukuran efisiensi yang dinilai dengan menggunakan informasi harga atau biaya input dan/atau output.
3. Efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi alokatif dikaitkan dengan bagaimana mengkombinasikan berbagai macam input agar mampu menghasilkan berbagai output yang maksimal.
Untuk mengukur tingkat efisiensi digunakan alat analisis DEA (Data Envelopment Analysis) dengan bantuan software WDEA (Warwick DEA ). Setelah variabel input dan variabel output diolah dengan metode DEA, maka akan diperoleh nilai efisiensi pada masing-masing bank dengan kisaran nilai 0-100% dan jika pada bank menghasilkan nilai 100% maka bank tersebut efisien. Namun, jika diperoleh nilai kurang dari 100% maka bank tersebut mengalami inefisiensi serta dapat diketahui bank tersebut mengalami inefisiensi pada variabel apa serta solusi untuk mencapai kondisi efisien.
Dalam penelitian ini terdapat pembedaan input dan output yang akan digunakan antara perusahaan perbankan, agen kredit, sekuritas,
Inputnya yaitu:
1) total deposits
2) labour cost
3) fixed assets sedangkan outputnya menggunakan:
1) total loans
2) income Untuk perusahaan asuransi, digunakan input dan output sama seperti penelitian Ansah-Adu, et.al. (2008). Inputnya yaitu
1) total capital
2) total operating cost
3) total investment sedangkan outputnya adalah
1) profit or loss
2) net premium
3) investment income
Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode ini adalah metode non parametrik. DEA mengasumsikan bahwa tidak semua entitas adalah efisien. DEA mampu menganalisis lebih dari satu input dan/atau output dengan menggunakan model program linier yang menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap penelitian. Karena Metode ini adalah metode non parametrik. DEA mengasumsikan bahwa tidak semua entitas adalah efisien. DEA mampu menganalisis lebih dari satu input dan/atau output dengan menggunakan model program linier yang menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap penelitian. Karena
1). Konsep Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Ramanathan (2003), DEA adalah teknik berbasis program linier untuk mengukur efisiensi unit organisasi yang dinamakan Decision Making Units (DMU). Sementara menurut Purwantoro (2006), DEA merupakan suatu teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit-unit pembuat keputusan (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) sehingga menjadi hasil (output) dimana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak diketahui. Thanassoulis (2002) mendefinisikan DEA sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi komparatif dari unit operasi homogen seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Menurut Cooper et.al. (2002), DEA menggunakan teknis program matematis yang dapat menangani variabel dan batasan yang banyak, dan tidak membatasi input dan output yang akan dipilih karena teknis yang dipakai dapat mengatasinya.
DMU adalah organisasi-organisasi atau entitas-entitas yang akan diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya yang homogen. Homogen berarti input dan output dari DMU yang dievaluasi harus sama/sejenis. DMU dapat berupa entitas komersial maupun publik, seperti bank komersial atau pemerintah, sekolah swasta atau negeri, rumah
1978 yang dikenal dengan model CCR. Dalam model ini, suatu tingkat efisiensi dihitung melalui rasio output terhadap input dengan pembobotannya masing-masing. Untuk menentukan bobot tersebut dilakukan dengan program linier. Program linier merupakan sebuah model matematis yang mempunyai 2 komponen tujuan dan kendala. Fungsi tujuan (objective function) terdiri dari variabel-variabel keputusan. Contoh dari fungsi tujuan misalnya maksimasi laba atau minimasi biaya. Kendala merupakan pembatasan atas pencapaian yang ingin dicapai yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
2). Model DEA
Dalam perkembangannya, DEA mengalami modifikasi yang pertama kali diperkenalkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper pada tahun 1984, sehingga modelnya dinamakan model BCC. Berbeda dengan model CCR yang menggunakan asumsi constant return to scale (CRS), model BCC menggunakan asumsi variable return to scale (VRS). Asumsi CRS mensyaratkan suatu DMU mampu menambah atau mengurangi input dan outputnya secara linier tanpa mengalami kenaikan atau penurunan nilai efisiensi. Sedangkan asumsi VRS tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya kenaikan (increasing returns to scale/IRS) dan penurunan (decreasing returns to scale/DRS) nilai efisiensi. Asumsi CRS cocok Dalam perkembangannya, DEA mengalami modifikasi yang pertama kali diperkenalkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper pada tahun 1984, sehingga modelnya dinamakan model BCC. Berbeda dengan model CCR yang menggunakan asumsi constant return to scale (CRS), model BCC menggunakan asumsi variable return to scale (VRS). Asumsi CRS mensyaratkan suatu DMU mampu menambah atau mengurangi input dan outputnya secara linier tanpa mengalami kenaikan atau penurunan nilai efisiensi. Sedangkan asumsi VRS tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya kenaikan (increasing returns to scale/IRS) dan penurunan (decreasing returns to scale/DRS) nilai efisiensi. Asumsi CRS cocok
3). Formula DEA
Secara matematis, DEA dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
E m adalah efisiensi dari DMU ke m y jm adalah output ke j dari DMU ke m v jm adalah bobot dari output di atas x im adalah input ke i dari DMU ke m u im adalah bobot dari input di atas y jn dan x in adalah output ke j dan input ke i, berturut-turut, dari DMU ke n, n = 1,2, N
e. Kinerja Keuangan e. Kinerja Keuangan
1. ROA (Return On Assets)
2. ROE (Return On Equity)