METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2010 di bagian produksi kantong semen PBD ( Paper Bag Division ) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeurup-Bogor.

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah operator yang bekerja di produksi kantong semen PBD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yaitu sebesar 168 orang. Sedangkan sampel yang diambil

Keterangan : n : Besar sampel

: Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)

P1 : Proporsi status gizi buruk terhadap kelelahan kerja P2 : Proporsi status gizi baik terhadap kejadian kelelahan kerja z 1- α

: Derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi α = 95% z

1- β

: Kekuatan uji 80%

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar:

1,96 2x0,45(1- 0.45)+ 0.84 0.61(1- 0.61)+ 0.30(1- 0.30) )

Untuk menghindari terjadinya drop ou t atau missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel tersebut, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 88 orang, dengan kriteria (Hendra, 2003):

1. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung

4.4 Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Heat Stress Monitoring Questemp o , Sound Level Meter untuk mengukur kebisingan, Reaction Timer Test untuk mengukur

kelelahan, timbangan dan meteran untuk mengukur IMT sedangkan kuesioner digunakan untuk mengukur variable independen yang lain.

4.4.1 Kelelahan

Reaction Timer Test merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah memberikan rangsang tunggal berupa signal cahaya atau lampu yang kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian dapat dihitung waktu reaksi tenaga kerja yang mencatat waktu yaang dibutuhkan untuk merespon signal tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali, setiap hasil pengukuran dijumlahkan, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan yaitu :

a. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik b. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik

c. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0– <580,0 mili detik c. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0– <580,0 mili detik

4.4.2.1 Data Panas Lingkungan (Indeks WBGT)

Data mengenai panas lingkungan kerja diperoleh dengan cara pengukuran langsung pada lokasi penelitian menggunakan Heat Stress Monitoring Quest temp 0

merupakan alat untuk mengukur iklim kerja, adapun cara yang dapat dilakukan adalah:

1. Persiapan pengukuran

1) Tentukan titik sampling/pengukuran

2) Siapkan alat ukur (1) Pastikan alat ukur dalam kondisi baik dan berfungsi (2) Lakukan kalibrasi internal menggunakan alat kalibrasi yang tersedia (3) Tutup termometer suhu basah dengan kain katun (4) Lakukan set-up untuk mengatur beberapa indikator pengukuran yaitu:

bahasa, satuan, tanggal/bulan/tahun, jam/menit/detik, heat index ,

3) Letak WBGT jangan sampai membahayakan kondisi alat

4) Operator harus memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja

5) Berkoordinasi dengan pekerja maupun petugas di lapangan.

6) Letakkan alat pada lokasi sampling - 2 feet (± 60 cm) dari permukaan tanah untuk pekerja yang dominan

duduk

- 3.5 feet (± 100 - 110 cm) dari permukaan tanah untuk pekerja yang dominan berdiri

7) Aktifkan alat (tanpa logging ) selama ± 15 menit (untuk adaptasi)

8) Aktifkan logging data sesuai dengan waktu pengukuran yang diinginkan

9) Matikan logging data jika telah selesai dan data siap diproses atau dicetak.

4.4.2.2 Data Panas Metabolik

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

Work one arm

Work both arms

Work whole body

Very Heavy

C Basal metabolism

D Sample calculation** Average Kcal/min

Assembling work with heavy hand tools

Two arm work

Basal metabolism

Total

5.1 kcal/min

* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m 2

body surface (19.4 ft 2 ) ** Example of measuring metabolic heat production of worker when

performing initial screening

Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

Hasil estimasi tersebut (lampiran 2) kemudian disesuaikan dengan kriteria beban kerja menurut OSHA pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil estimasi atau perkiraan perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi yang selanjutnya disesuaikan dengan kriteria beban kerja menurut OSHA kemudian dianalisis sesuai dengan observasi alokasi waktu kerja dalam siklus kerja dan pemulihan kerja pada operator untuk menetapkan standar indeks WBGTi yang diperbolehkan pada lingkungan kerja tersebut sesuai dengan ACGIH 2007 yang dapat dilihat pada tabel 4.2. Responden dikatakan terkena tekanan panas jika hasil pengukuran indeks WBGTi lingkungan kerja melebihi standar nilai yang ditetapkan dari hasil analisis. Hasil berdasarkan pengukuran panas dijadikan sebagai indikator pengukuran tingkat beban kerja yang dialami oleh responden.

Tabel 4.3

Batas Pajanan Tekanan Panas untuk Pekerja

yang Teraklimatisasi

Allocation of work

TLV (WBGT values in °C)

in a cycle of work

Very

Light Moderate Heavy

and recovery

Heavy

Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Adapun operasional pengukuran dapat dilakukan sebagaimana berikut :

l. Penentuan standar yang akan diacu dalam survei. m. Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere sound level meter

(SLM) dan kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen, rain cover, dan lain- lain.

n. Kalibrasi instrument dilakukan selama 1 menit sebelum dan sesudah pengukuran berlangsung. o. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan. p. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone (standar IEC) maka

SLM diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random incidence microphone (ANSI), maka SLM harus

diorientasikan sekitar 70 o - 80 terhadap sumber bising. q. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat

penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik omnidirectional terbaik.

r. Pemilihan weighting network yang sesuai. s. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan r. Pemilihan weighting network yang sesuai. s. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan

4.4.4 Data Umur

Data umur diperoleh melalui wawancara kepada operator dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.

4.4.5 Perhitungan IMT

Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung IMT dengan rumus:

Berat badan (kg) IMT = Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Kategori berat badan menurut IMT :

6. Kekurangan berat badan tingkat berat

Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan pada saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran tersebut adalah:

1. Pastikan jarum pada displai ada pada posisi nol

2. Lepaskan sepatu atau alas kaki lainnya

3. Berdiri di atas timbangan

4. Baca hasil pada display yang ditunjukkan oleh jarum metal

4.4.5.2 Data Tinggi Badan

Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan langsung menggunakan meteran/alat pengukur tubuh. Kemudian Catat hasil pengukuran yang ada.

4.5 Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengkode data ( data coding ) 1. Mengkode data ( data coding )

b) Kebisingan ; > 85 dB = 0, dan < 85 dB = 1. c) Shift kerja ; Shiftt

3 (Pukul 22-7) = 0 , Shiftt 2 (Pukul 15-22) = 1, dan Shift 1 (Pukul 07-15)=2. d) Usia > 40 tahun = 0, usia < 40 tahun = 1.

e) Status pernikahan; menikah = 0, belum menikah = 1.

f) Kebiasaan merokok; Berat (> 20 batang/hari) = 0, Sedang (10-20 batang/hari) =1, Ringan (< 10 abtang /hari) = 2, dan 3 = (0 batang/hari= tidak merokok). g) Status gizi ; Kurus ( < 18.5) = 0, Gemuk ( > 25) = 1, dan Normal (18.5 - 25) = 2

2. Menyunting data ( data editing )

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

3. Memasukkan data ( data entry )

Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada masing-

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan kedalam program SPSS untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

4.6 Analisis Data 4.6.1 Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel independen (tekanan panas, kebisingan, shift kerja, masa kerja, usia, pendidikan, stastus perkawinan, kebiasaan merokok dan status gizi) dan variabel dependen (kelelahan kerja) yang dikehendaki dari tabel distribusi.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen dengan melakukan uji Chi Square. Uji Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dan kategorik. Variabel yang termasuk ppada uji Chi Square yaitu faktor tekanan panas, kebisingan, shift kerja, masa kerja, usia, pendidikan, status perkawinan, kebiasaan merokok, dan status gizi yang akan dihubungkan dengan variabel kelelahan.

X 2 = Chi Square

= Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan