Pengaruh Kenaikan Pangkat Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Kantor Pertanahan Kota Medan)

(1)

PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP

MOTIVASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

(STUDI PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Oleh : ABDUL RAHMAN NIM : 070221002

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP

MOTIVASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

(STUDI PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Oleh : ABDUL RAHMAN NIM : 070221002

KETUA DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dr. Pendastaren Tarigan, S.H., M.S. NIP : 195409121984031001

Pembimbing I

Dr. Pendastaren Tarigan, S.H., M.S. NIP : 195409121984031001

Pembimbing II

Suria Ningsih, S.H., M.Hum. NIP : 196002141987032002


(3)

ABSTRAK

Dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil jo Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional R.I. diatur tentang ketentuan prosedur kenaikan pangkat pada Kantor Pertanahan Kota Medan.

Motivasi kerja merupakan hal yang mempengaruhi hasil kerja seorang Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Medan. Motivasi merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi seorang Pegawai Negeri Sipil secara individu maupun Pimpinan dalam hal ini Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan agar dapat menggerakkan para Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan senantiasa mau mengerahkan kemapuan terbaiknya untuk kepentingan Kantor.

Motivasi Pegawai Negeri Sipil dalam bekerja adalah adanya gaji kemudian dikuti dengan kenaikan pangkat serta jabatan. Hal-hal tersebut selalu didambakan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan dalam hubungannya dengan peningkatan motivasi kerja yang lebih baik.


(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….... Abstrak …...……….... Daftar Isi ………..………...…

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ………..………...… B. Perumusan Masalah ………...………...… C.Tujuan …...……... D. Manfaat Penulisan ……….………. E. Keaslian Penulisan ……….………. F. Metode Penulisan ……….…………..……. G. Sistematika Penulisan ……...……….……….

BAB II. PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN ..………...………

A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ……….… B. Sejarah Berdirinya Kantor Pertanahan Kota Medan …...… C. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan …..……

BAB III. PANGKAT DAN GOLONGAN PNS DI KANTOR

PERTANAHAN KOTA MEDAN ………..………. A. Pengertian Kenaikan Pangkat ………...……….… B. Jenis-Jenis Kenaikan Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ………...………….… C. Peraturan Perundang-Undangan Yang Berhubungan Dengan Penggolongan Dan Pangkat PNS Kantor Pertanahan

Kota Medan …...…… i iii iv 1 1 30 31 31 32 32 33 34 34 42 49 59 59 59 62


(5)

BAB IV. PENGARUH KENAIKAN PANGKAT TERHADAP MOTIVASI KERJA PNS DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN ………...

A. Dasar Hukum Kenaikan Pangkat PNS Kantor

Pertanahan Kota Medan ...….… B. Syarat dan Prosedur Kenaikan Pangkat PNS Kantor

Pertanahan Kota Medan ...….… C. Pengaruh Kenaikan Pangkat Terhadap Motivasi Kerja PNS Kantor Pertanahan Kota Medan …...…

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….………... A. Kesimpulan ...….… B. Saran …...…

Daftar Pustaka ……….. Daftar Pertanyaan ………..………..

67

67

68

79

84 84 85

86 89


(6)

ABSTRAK

Dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil jo Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional R.I. diatur tentang ketentuan prosedur kenaikan pangkat pada Kantor Pertanahan Kota Medan.

Motivasi kerja merupakan hal yang mempengaruhi hasil kerja seorang Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Medan. Motivasi merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi seorang Pegawai Negeri Sipil secara individu maupun Pimpinan dalam hal ini Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan agar dapat menggerakkan para Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan senantiasa mau mengerahkan kemapuan terbaiknya untuk kepentingan Kantor.

Motivasi Pegawai Negeri Sipil dalam bekerja adalah adanya gaji kemudian dikuti dengan kenaikan pangkat serta jabatan. Hal-hal tersebut selalu didambakan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil Kantor Pertanahan Kota Medan dalam hubungannya dengan peningkatan motivasi kerja yang lebih baik.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pegawai Negeri adalah pekerja d pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri.1)

Seperti halnya di Inggris dan Perancis, pegawai negeri di Indonesia adalah sistem karir. Mereka dipilih dalam ujian seleksi tertentu, medapatkan gaji dan tunjangan khusus, serta memperoleh pensiun. 2)

Namun demikian, terdapat jabatan-jabatan tertentu yang tidak diduduki oleh pegawai negeri, misalnya:

a.

melalui pemilu

b.

karena dipilih langsung oleh warga setempat. 3)

Berdasarkan kenyataan dan pengalaman sejarah ternyata bahwa kedudukan dan peranan Pegawai pada setiap negara adalah sangat penting dan menentukan, karena Pegawai adalah unsur aparatur negara dan aparatur pelaksana pemerintah dalam mencapai tujuan nasional suatu negara. 4)

_______________________

1)

http://id.wikipedia.org/wiki/html

2)

Ibid

3)

Ibid

4)

Instrumen Pembatasan Kekuasaan Pemerintah, hal 2.


(8)

Di Indonesia Pegawai Negeri Sipil mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan menentukan serta merupakan penyelenggara tugas-tugas pemerintah dan pembangunan. 5)

Dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu negara diperlukan kelancaran penyelenggara pemerintah seperti yang diatur dalam alenia ke 5 Penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu : 6)

Dalam rangka usaha mencapai tujuan Nasional sebagai tersebut diatas diperlukan adanya Pegawai Negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna, berhasil guna, bersih, berkualitas tinggi, dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat.

Pegawai Negeri Sipil terdiri atas : 7)

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya dibebankan pada kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS yang bekerja di atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Kabupaten/Kota.

_______________________

6)

http://www.bkn.go.id

7)


(9)

Baik PNS Pusat maupun PNS Daerah dapat diperbantukan di luar instansi induknya. Jika demikian, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima pembantuan. Di samping PNS, pejabat yang berwenang dapat mengangkat Pegawai Tidak Tetap (PTT) atau disebut pula honorer; yaitu pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis dan profesional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. PTT tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri. 8)

Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karir, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karir dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah adalah: bidang, kepala seksi, 2. Jabatan Fungsional, yaitu jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam

struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh organisasi, misalnya:

9)

8)

http://id.wikipedia.org/wiki/html

9)


(10)

Salah satu motiv yang erat hubungannya dengan motivasi pegawai negeri dalam bekerja adalah adanya gaji dan pangkat kepegawaian. Selain itu seorang pegawai selalu mendambakan jabatan, dan kekuasaan yang memadai sesuai dengan kemampuannya. Berikut ini penjelasan pengertian dari gaji, pangkat, jabatan dan kekuasaan yaitu merupakan hal yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai negeri 10) ;

Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang bersangkutan.

System penggajian dapat digolongkan dalam 3 (tiga) system, yaitu :

a. System skala tunggal : System penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai negeri yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya ; b. System skala ganda : System penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawabnya pekerjaannya ; 11)

10)

Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta : Bina Aksara, hal 176.

11)


(11)

c. System skala gabungan : Gaji pokok ditentukan sama bagi Pegawai Negeri yang berpangkat sama, disamping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai Negeri yang memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang lebih tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus ; 12)

Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat kedudukan seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian ; 13)

Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan adalah Jabatan Karier ; 14)

Kekuasan secara lebih lengkap dapat ditinjau dari sudut politik karena hal ini sudah berhubungan dengan kepentingan tertentu, beberapa pengertian lain dari kekuasaan yang diungkapkan para ahli politik, sebagaimana diinventarisir oleh Budiardjo (1994 : 92-94) antara lain sebagai berikut :

a. Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar kemauan ini (Max Weber, Wirtschaft und Gesselschaft, 1992) ; 15)

12)

Ibid.

13) Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di

Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, hal 40.

14)

Ibid.

15)

Musanef, 1996, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta : Gunung Agung, hal 78.


(12)

b. Kekuasaan adalah kemungkinan untuk membatasi alternatif bertindak dari seseorang atau suatu kelompok sesuai dengan tujuan dari pihak pertama (van Doorn, Sociologische Begrippen en Problemen rond het Verschijnsel

Macht, 1957) ;

c. Kekuasaan adalah kemampuan dari pelaku untuk menetapkan secara mutlak atau mengubah (seluruhnya atau sebagian) alternatif-alternatif bertindak atau memilih, yang tersedia bagi pelaku-pelaku lain (Mokken, Power and Influence

as Political Phenomena, 1976) ;

d. Kekuasaan adalah kemampuan untuk menyebabkan kesatuan kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif melaksanakan kewajiban-kewajiban yang mengikat. Kewajiban dianggap sah sejauh menyangkut tujuan-tujuan kolektif, dan jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negative dianggap wajar terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu (Talcott Parsons, The Distribution of Power in America Society, 1957). 16)

16)


(13)

Dalam melaksanakan dan menyelenggarakan tugas pemerintah diperlukan adanya pegawai negeri yang baik dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Dalam Hukum Aministrasi Negara hal yang berhubungan dengan motivasi khususnya motivasi kerja pegawai negeri mendapatkan perhatian yang besar, sebab pegawai negeri sebagai penyelenggara negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan Negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 17)

Untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan Negara. 18)

17) Bintoro Tjokroamidjojo, 2004, Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Sistem

Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, hal 38.

18)


(14)

Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 19)

Penyelenggara Negara meliputi:

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara; 2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara; 3. Menteri;

4. Gubernur; 5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 20)

Yang dimaksud dengan “pejabat lain yang memiliki fungsi strategis” adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya didalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang meliputi: 1. Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; 21)

19) Ibid, hal 49.

20)

Ibid, hal 50.

21)


(15)

2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan Nasional;

3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;

4. Pejabat Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

5. Jaksa; 6. Penyidik;

7. Panitera Pengadilan; dan

8. Pemimpin dan bendaharawan proyek.

Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:

1. Asas Kepastian Hukum, yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum” adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara;

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yang dimaksud dengan “Asas Tertib Penyelenggaraan Negara” adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara ; 3. Asas Kepentingan Umum, yang dimaksud dengan “Asas Kepentingan Umum”

adalah yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif ; 22)

22)


(16)

4. Asas Keterbukaan, yang dimaksud dengan “Asas Keterbukaan” adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara ;

5. Asas Proporsionalitas, yang dimaksud dengan “Asas Proporsionalitas” adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara negara ;

6. Asas Profesionalitas, yang dimaksud dengan “Asas Profesionalitas” adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; dan

7. Asas Akuntabilitas, Yang dimaksud dengan “Asas Akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 23)

23)


(17)

Menurut Penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian alenia ke 10 disebutkan “pembinaan Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, yaitu dengan pengaturan pembinaan yang seragam bagi segenap Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah, atau dengan perkataan lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dengan sendirinya berlaku pula bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Dengan adanya keseragaman pembinaan sebagai tersebut di atas, maka disamping memudahkan penyelenggaraan pembinaan, dapat pula diselenggarakan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi segenap Pegawai Negeri Sipil.”

Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil alenia ke 2 disebutkan “kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

Sesuai dengan Pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden. Untuk kelancaran pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”


(18)

Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diberikan kewenangan pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil Daerah secara berjenjang khususnya pembinaan karier kenaikan pangkatnya. Dengan demikian tetap terdapat hubungan yang sinergi antara Pemerintah dengan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota.

Pada prinsipnya pembinaan kenaikan pangkat dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi induk. Namun demikian, dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di luar instansi induknya, maka gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan dan pembinaan kenaikan pangkatnya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi yang menerima perbantuan. Sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di luar instansi induknya, maka gajinya tetap menjadi beban instansi induknya dan pembinaan kenaikan pangkatnya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi induknya. 24)

Disamping pengangkatan menurut ketentuan-ketentuan pokok tersebut diatas, maka segala hal mengenai urusan pegawai seperti pemberian gaji, kenaikan gaji, kenaikan pangkat, pemberhentian dan sebagainya, diselenggarakan oleh para menteri untuk tiap-tiap pegawai yang bekerja pada departemennya masing-masing atau oleh pejabat yang diserahi kekuasaan oleh menteri. Untuk itu maka tiap-tiap departemen dibentuk suatu Bagian Urusan Pegawai, yang harus merencanakan, menyiapkan dan sebagainya segala sesuatu mengenai pegawai. 25)

24)

Pustaka Yustisia, 2006, Kumpulan Peraturan Tentang Penerimaan Pegawai Negeri


(19)

Penyelenggaraan, pengangkatan, penggajian dan pemberhentian dari pegawai harus dijalankan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dan yang mempunyai maksud untuk berlaku seragam bagi semua pegawai negeri. Sebagaimana kaedah-kaedah hukum lainnya, maka semua hubungan hukum tersebut apabila terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah hukum tersebut akan diberi sanksi oleh pemerintah melalui aparaturnya. Karena kedaulatan Indonesia sebagai negara hukum, maka seluruh pegawai negeri sebagai subjek hukum harus tunduk kepada hukum. 26)

Sampai saat ini masih banyak masyarakat belum mengetahui dan memahami tentang kedudukan dan wewenang dari pemerintah. Dalam ketatanegaraan dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan tentang pemerintahan, dan ketika menganalisis lebih jauh tentang pemerintah, terlebih dahulu menganalisis tentang pemerintahan dalam perspektif Hukum Administrasi Negara. Istilah “Hukum Administrasi Negara” dikenal dalam berbagai lietratur dengan sebutan “Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Pemerintahan,

Administratief recht, Bestuursrecht (Belanda), Administrative Law (Inggris), dan Droit Administratief (Perancis). Kesemua istilah memberikan makna sebagai

“Seperangkat aturan hukum yang menyangkut hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat (individu/badan hukum perdata) berkenaan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. 27)

26)

Pustaka Yustisia, Op. cit, hal 10.

27)


(20)

Istilah administrasi negara dalam Ilmu Administrasi Negara dengan Hukum Administrasi Negara berbeda, Administrasi Negara dalam Ilmu Administrasi Negara mencakup semua kekuasaan Negara. 28)

Administrasi Negara dalam Hukum Administrasi Negara hanya dalam lapangan bestuur (pemerintahan dalam arti sempit) atau di luar kekuasaan pembentukan UU (legislatif) dan kekuasaan peradilan (rechtspraak). 29)

E. Utrecht mengetengahkan “Hukum Administrasi Negara (hukum pemerintahan) menguji hubungan istimewa yang diadakan sehingga memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus. 30)

Pengertian Hukum Administrasi Negara (HAN) tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan administrasi Negara” akan tetapi dirumuskan pengertian lapangan administrasi negara dengan merujuk teori Trias Politika Montesqieu “Gabungan jabatan-jabatan (complex van ambten van Vollenhoven)”, memberikan ciri Hukum Administrasi Negara (HAN). 31)

”Untuk sebagian Hukum Administrasi Negara merupakan pembatasan terhadap kebebasan pemerintah, jadi merupakan jaminan bagi mereka yang harus taat kepada pemerintah” akan tetapi untuk sebagian besar hukum administrasi mengandung arti pula bahwa mereka yang harus taat kepada pemerintah menjadi dibebani pelbagai kewajiban yang tegas bagaimana dan sampai dimana batasnya dan berhubungan dengan itu berarti juga bahwa wewenang pemerintah menjadi luas dan tegas. 32)

28) Ibid. 29) Ibid. 30)

Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 24.

31) http://fhuk.unand.ac.id/handout/han.pps 32) Ibid.


(21)

Selanjutnya Istilah “Pemerintahan” yang digunakan Hukum Administrasi Negara (HAN) menunjukkan pada arti pemerintahan dalam arti sempit, yakni di luar kekuasaan pembentukan peraturan perundang-undangan dan kekuasaan peradilan. “Pemerintah” menunjuk kepada subjek yang melaksanakan urusan pemerintahan dalam makna “jabatan”, seperti Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dan jabatan struktural lainnya. 33)

Susunan dan pemerintahan tersebut dapat dibedakan atas dua susunan pemerintahan yakni :

A. Susunan pemerintahan secara vertikal terdiri dari :

a. Presiden/Wakil Presiden

adalah kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh melaksanakan tugas-tugas Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.

Wakil Presiden adalah jabatan pemerintahan yang berada satu tingkat lebih rendah daripad akan mengambil alih jabatan presiden bila ia berhalangan sementara atau tetap. 34)

33)

http://fhuk.unand.ac.id/handout/han.pps

34)


(22)

Di langsung oleh warga negara dan merupakan satu paket dengan presiden. Dalam sistem pemilihan umum lain, jabatan wakil presiden dapat juga diserahkan pada kandidat yang memperoleh suara kedua terbanyak, atau ditunjuk langsung oleh presiden.

Wakil Presiden umumnya ditetapkan oleh konstitusi oleh suatu negara untuk mendampingi sang presiden jika presiden menjalankan tugas-tugas kenegaraan di negara lain atau jika presiden menyerahkan jabatan kepresidenan baik pengunduran diri atau halangan dalam menjalankan tugas seperti misalnya mengalami kematian saat menjabat presiden.

b. Menteri

diatur dalam Negara. Kementerian terdiri atas:

1. Departemen, dipimpin oleh seorang

2. Kementerian negara, dipimpin oleh seorang

3. Kementerian koordinasi, dikepalai oleh seoran diatur dalam Negara. 35)

35)


(23)

Kementerian terdiri atas:

1. Departemen, dipimpin oleh seorang

2. Kementerian negara, dipimpin oleh seorang

3. Kementerian koordinasi, dikepalai oleh seoran

c. Gubernur

Gubernur, dalam konteks daerah untuk daerah dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersam secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat; sehingga dalam hal ini gubernur bertanggung jawab kepada

Selain sebagai kepala daerah, gubernur juga berkedudukan sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi yang bersangkutan; sehingga dalam hal ini, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Gubernur bukanlah atasan mengkoordinasi penyelenggaraan pemerintahan daera Kata "gubernur" bisa berasal dar Belanda ini mirip dengan bentuk adalah "pemimpin", "penguasa", atau "yang memerintah".

Gubernur bukan merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat, namun merupakan pemimpin independen dari propinsi yang dipilih langsung oleh rakyat Propinsi melalui Pemilihan Kepala Daerah atau


(24)

PILKADA. Gubernur memiliki tanggung jawab langsung kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) propinsi. 36)

d. Bupati/Walikota

Bupati (dari Otonomi Daerah di Indonesia adalah Kepala Daerah untuk daerah untuk daerah Kota. Pada dasarnya, Bupati memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD Kabupaten. Bupati dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di Kabupaten setempat. Bupati merupakan jabatan politis (karena diusulkan oleh partai politik), dan bukan Pegawai Negeri Sipil.

Sebelum tahu administrasi resmi di masa Hindia Belanda, bupati disebut sebagai regent, dan terjemahan inilah yang dipakai sebagai padanan bupati sekarang. Semenjak kemerdekaan, istilah bupati dipakai untuk menggantikan regent seluruh wilayah Indonesia.

Di Indonesia, Wali Kota adalah Kepala Daerah untuk daerah Seorang Wali Kota sejajar dengan daerah Kabupaten. Pada dasarnya, Wali Kota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan

36)


(25)

yang ditetapkan bersama DPRD Kota. Wali kota dipilih dalam satu paket pasangan dengan Wakil Wali Kota melalui jabatan politis, dan buka

B. Susunan pemerintahan secara horizontal terdiri dari :

a. Sesama menteri atau setingkatnya

b. Sesama Lembaga Pemerintah Non Departemen

c. Sesama Lembaga Perangkat Daerah yang se eselon. 37)

Selanjutnya susunan Pemerintah Pusat terdiri dari : a. Presiden/Wakil Presiden

b. Menteri meliputi : (a) Menteri Koordinator; (b) Menteri yang memimpin Departemen; (c) Menteri Negara (Non Departemen); (d) Jaksa Agung (setingkat Menteri).

c. Lembaga Pemerintah Non Departemen

d. Kantor Wilayah Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen. 38)

Sedangkan yang mencakup Lembaga Pemerintah Non Departemen terdiri dari : a. Badan Kepegawaian Negara (BKN)

BKN adalah Lembaga Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk melaksanankan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden

BKN berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden & dalam pelaksanaan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara .

37)

Ibid.

38)


(26)

BKN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian negara sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . BKN menyelengarakan fungsi sebagai berikut :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang kepegawaian &. Penyelengaraaan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan ,pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil

2. Penyekengaraan administrasi kepegawaian pejabat negara dan mantan pejabat negara

3. Penyelegaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan mutasi antar propinsi & Penyelengaraan koordinasi penyusunan norma standar dan prosedur

4. Penyelengaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian kepada instansi pemerintah & Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN

5. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah dibidnag administrasi kepegawaian .

6. Penyelengaraan pembianaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum ketatausahaan organisasi dan tata laksana kepegawaian keuangan kearsipan persandian perlengkapan dan rumah tangga .


(27)

7. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya & . Perumusan kebijakan dibidangnnya untuk mendukung pembangunan secara makro .

8. Penetapan sistem informasi dibidangnnya

9. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar propinsi & Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang kepegawaian

10.Penyusunan norma standar dan prosedur kepegawaian negara dan pengendaliannya & Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah .

11.Penyelengaraan administrasi mutasi kepegawaian antar propinsi serta perumusan standar dan prosedur mengeani perencaan pengangkatan pemindahan pemberhentian penetapan pensiun gaji tunjangan kejsejahteraan hak dan kewajiban serta kedudukan hukum PNS

12.Penyelengaraan administrasi kepegawaian secara nasional dan perencanaan kebijakan dan pemantaun pemanfaatan pendidikan dan pelatihan struktural

13.Pengawasan dan pengendalian norma standar dan prosedur kepegawaian. 39)

b. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.

39)


(28)

BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Nasional.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi:

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship). 4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana

alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia. 7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar. 9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

Pertanahan yang telah ditetapkan.


(29)

11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan. 40)

c. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, disingkat Bappenas, adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional. Jabata

dijabat ole 41)

d. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.

40)

http://www.bpn.go.id

41)


(30)

Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991. 42)

e. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan dikoordinasikan oleh

Dalam hubungannya dengan konservasi Pengetahuan Indonesia berwenang untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah RI tentang penetapan daftar klasifikasi, kuota penangkapan dan perdagangan termas introduksi dari izin perdagangan dan realisasi perdagangan, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang pembatasan pemberian izin perdagangan tumbuhan dan satwa liar berdasarkan evaluasi secara biologis; dan bertindak sebagai pihak yang independen memberikan rekomendasi terhadap konvensi internasional di bidan tumbuhan dan satwa liar. 43)

42)

http://www.bppt.go.id

43)


(31)

f. Badan Atom Nasional (BATAN)

Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenag saat ini sdh dijabat Dr. Hudi Hastowo

BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2 buah

reaktor 44)

g. Biro Pusat Statistik (BPS)

Badan Pusat Statistik (BPS, dahulu Biro Pusat Statistik), adalah penyedia dat masyarakat umum, secara nasional maupun regional.

Setiap sepuluh tahun sekali, BPS menyelenggarakan samping itu, BPS juga melakukan pengumpulan data, menerbitkan publikasi statistik nasional maupun daerah, serta melakukan analisis data statistik yang digunakan dalam pengambilan kebijakan pemerintah.

BPS juga terdapat di setiap instansi vertikal,

44)


(32)

yakni instansi merupakan bagian dari instansi milik daerah, Tugas lain BPS di daerah adalah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan statistik regional.

Setiap sepuluh tahun sekali BPS menyelenggarakan:

1. Sensus Penduduk (SP) yaitu pada setiap tahun berakhiran "0" (nol),

2. Sensus Pertanian (ST) pada setiap tahun berakhiran "3" (tiga), dan

3. Sensus Ekonomi (SE) pada setiap tahun berakhiran "6" (enam).

Di samping memiliki kantor pewakilan hingga daerah tingkat II Mantri Statistik atau saat ini disebut sebagai KSK (Koordinator Statistik Kecamatan). 45)

Oleh sebab itu konsekuensi dari susunan pemerintahan yang bersifat vertikal, menimbulkan konsekuensi hubungan hukum adminisrasi berupa pengawasan dan pengawasan tersebut berupa:

a. Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan kemudian.

Keputusan-keputusan badan-badan yang bertingkat lebih rendah akan dicabut kemudian apabila bertentangan dengan undang-undang atau kepentingan umum. Dalam situasi yang menuntut tindakan cepat, dapat juga diambil tindakan penangguhan keputusan, sebelum dilakukan pencabutan. 46)

45)

http://www.bps.go.id

46)

Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 75.


(33)

b. Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan sebelumnya. Yang dinamakan pengawasan preventif adalah pengawasan terhadap keputusan-keputusan dari aparat pemerintah yang lebih rendah yang dilakukan sebelumnya. Surat-surat keputusan aparat pemerintah yang lebih rendah umpamanya baru mempunyai kekuatan hukum setelah mendapat pengesahan. Selain itu dikenal bentuk keputusan dari sebuah badan yang lebih rendah yang baru dapat diambil jika sebelumnya telah mendapat surat pernyataan tidak keberatan atau surat kuasa dari badan yang lebih tinggi. 47)

c. Pengawasan positif, yang termasuk dalam bentuk pengawasan ini adalah keputusan-keputusan badan-badan yang lebih tinggi untuk memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada badan-badan yang lebih rendah. Kadang-kadang juga dapat terjadi badan-badan yang lebih tinggi, kadang-kadang memaksa instansi yang lebih rendah untuk kerjasama tertentu. 48)

d. Kewajiban untuk memberitahu, merupakan pengawasan yang lebih ringan dari bentuk sebelumnya adalah kempulan wewenang badan-badan yang lebih tinggi untuk memperoleh informasi dari badan-badan yang lebih rendah, umpamanya pemeriksaan pembukuan, kewajiban memberi informasi jika diminta dan kewajiban dengan segera melaporkan setelah mengeluarkan keputusan-keputusan tertentu. 49)

47)

Ibid.

48)

Ibid.

49)


(34)

c. Konsultasi dan perundingan, adalah beberapa keputusan baru boleh diambil oleh badan yang lebih rendah setelah mengadakan perundingan dengan badan-badan yang lebih tinggi, atau badan-badan lebih tinggi itu memperoleh kesempatan sebelumnya untuk memberikan nasehat-nasehat pada badan-badan lebih rendah mengenai suatu persoalan. 50)

f. Hak Banding Administratif, adalah bentuk pengawasan terakhir sebagian juga terletak pada bidang perlindungan hukum administrasi. Ada kalanya terhadap keputusan-keputusan badan yang lebih rendah dapat diajukan banding oleh mereka yang mempunyai hak banding tertentu (seperti warga negara, pejabat pemerintah dan badan-badan pemerintah lainnya) pada suatu badan umum yang lebih tinggi. Suatu putusan banding sekaligus mencakup suatu uji kebijaksanaan oleh badan yang lebih tinggi itu. Disamping bentuk-bentuk pengawasan yang disebutkan diatas ada juga alat-alat yang lain yang dapat dipakai oleh badan yang lebih tinggi dalam memberikan pengarahan kepada badan yang lebih rendah. 51)

Dan konsekuensi Susunan Pemerintahan Horizontal menimbulkan :

a. Hubungan hukum administrasi, berupa koordinasi dan kerjasama, sebagai umpamanya diantara kotapraja dengan kotapraja, propinsi dengan propinsi, atau propinsi dengan kotapraja.

50)

Philipus M. Hadjon et al. Op. cit, hal 76.


(35)

Kotapraja adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia pada zaman dahulu untuk wilayah perkotaan. Secara administratif, kotapraja merupakan

menjadi bagian dari 52) Banyak tugas-tugas

pemerintah hanya dapat dilaksanakan secara memuaskan melalui jalan kerjasama. Bagi suatu kerjasama diantara para instansi pemerintah diperoleh berbagai macam jalan.

Jalan yang pertama ialah dengan menandatangani perjanjian yang sifatnya hukum perdata. Disamping itu dibeberapa negara dapat ditemukan adanya kemungkinan kerjasama yang sifatnya hukum publik diantara para pejabat instansi atas dasar suatu undang-undang yang dibuat untuk hal tersebut. Dengan demikian, di negeri Belanda dikenal aturan-aturan yang berlaku untuk (masyarakat) umum. Undang-undang ini terdiri dari tiga macam kerjasama seperti dijelaskan dibawah ini. 53)

b. Bentuk-bentuk kerjasama dapat berupa:

1. Fungsi yang dipusatkan, yaitu dalam rangka kerjasama beberapa wewenang dari kotapraja-kotapraja yang ikut ambil bagian, diserahkan/dikuasakan pada salah satu dari yang mengambil bagian, yaitu suatu kotapraja yang merupakan suatu sentrum (pemusatan) yang besar. 54)

52)

http://id.wikipedia.org/wiki/html

53)

Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 78


(36)

2. Badan/lembaga untuk bersama, merupakan suatu bentuk kerjasama yang lebih berat ialah mengenai pembentukan suatu badan bersama tanpa memiliki sifat dari badan hukum. Lembaga ini jadinya hanya memiliki wewenang untuk melaksanakan wewenang yang sifatnya hukum publik. 55)

3. Badan hukum untuk bersama, adalah bentuk yang paling maju dalam bidang kerjasama ialah suatu badan hukum menurut undang-undang hukum perdata dengan adanya lembaga-lembaga yang bersifat hukum publik seperti : pengurus umum, pengurus harian dan seorang ketua. 56)

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan judul tulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan tentang pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja pengawai negeri, khususnya bagi pegawai negeri Kantor Pertanahan Kota Medan.

Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan utama dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang menjadi dasar hukum kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

2. Syarat-syarat dan prosedur apa saja yang harus dipenuhi oleh PNS Kantor Pertanahan Kota Medan untuk memperoleh kenaikan pangkat ;

55) Ibid. 56)


(37)

3. Sejauh mana pengaruh kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan terhadap motivasi kerja.

C. Tujuan.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan dan penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui peraturan perundang undangan tentang PNS dan mengenai peraturan perundang undangan tentang kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

2. Untuk mengetahui prosedur kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh positif kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja PNS Kantor Pertanahan Kota Medan.

D. Manfaat Penulisan.

Adapun manfaat penulisan dan penelitian skripsi ini adalah :

1. Memperkaya pengetahuan mengenai peraturan perundang undangan tentang PNS pada umumnya dan secara spesifik memperkaya pengetahuan mengenai peraturan perundang undangan tentang kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan serta dapat memberikan masukan bagi pengembangan aplikasi Hukum Administrasi Negara dalam Instansi Pemerintah ;


(38)

2. Sebagai parameter untuk mengetahui pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja PNS khususnya yang bertugas di BPN dan di Instansi Pemerintah lain pada umumnya.

E. Keaslian Penulisan.

Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan, penulisan yang berkaitan dengan Pengaruh Kenaikan Pangkat Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pertanahan Kota Medan belum pernah ada dilakukan dan bukan merupakan hasil ciptaan atau penggandaan dari karya tulis orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya dikampus dimana penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa penulisan ini asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

F. Metode Penulisan.

Adapun metode yang digunakan adalah : Pengumpulan data meliputi :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai instansi terkait dalam hal ini pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan melalui kuisioner dan wawancara langsung ;

2. Data skunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari dokumen-dokumen peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku hukum, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan penulisan dan penelitian skripsi ini.


(39)

G. Sistematika Penulisan.

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah memahami pembahasan antar bab dalam tulisan skripsi ini maka akan dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini memuat uraian latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan ;

Bab II. Dalam bab ini memuat gambaran umum subjek dan objek studi yaitu uraian tentang PNS berikut pengertiannya dan Kantor Pertanahan Kota Medan, Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan, Peraturan Perundang Undangan yang berhubungan dengan Penggolongan Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

Bab III. Dalam bab ini memuat pangkat dan golongan PNS Kantor Pertanahan Kota Medan yang meliputi pengertian kenaikan pangkat PNS, jenis-jenis kenaikan pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

Bab IV. Dalam bab ini menguraikan pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja PNS di Kantor Pertanahan Kota Medan yang meliputi dasar hukum kenaikan pangkat, syarat dan prosedur kenaikan pangkat dan pengaruh kenaikan pangkat terhadap motivasi kerja PNS Kantor Pertanahan Kota Medan ;

Bab V. Dalam bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari isi bab pembahasan.


(40)

BAB II

PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil.

Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pegawai Negeri yang dimaksud dituntut memiliki kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. 57)

Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut diatas, diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan,

57)


(41)

serta pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang seragam diseluruh Indonesia. Di samping memudahkan penyelenggaraan menajemen kepegawaian, manajemen yang seragam dapat pula mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil. 58)

Salah satu wujud penyelenggaraan menajemen kepegawaian telah diatur didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan : 59)

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Ayat 1). Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 2 Ayat 1).

58)

Ibid.

59)


(42)

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah (Pasal 2 Ayat 2).

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan

untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya (Penjelasan Pasal 2 Huruf a). Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya (Penjelasan Pasal 2 huruf b).

Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan

layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya (Pasal 7 Ayat 1). Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu

produktivitas dan menjamin kesejahteraannya (Pasal 7 Ayat 2). Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud


(43)

Mengenai Pangkat Pegawai Negeri, Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistim kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan (Pasal 18 Ayat 1).

Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas kenaikan pangkat reguler (Pasal 18 Ayat 2).

Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan (Pasal 18 Ayat 3).

Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja,

kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat obyektip lainnya (Pasal 18 Ayat 4).

Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini,harus pula didasarkan atas jabatan yang dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan (Pasal 18 Ayat 5). Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta (Pasal 18 Ayat 6).

Dalam rangka usaha meningkatkan penghasilan dan motivasi bekerja, maka dipandang perlu menyempurnakan peraturan gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawa Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia Tahun 1968. 60)

60)


(44)

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian (Pasal1). Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat yang lebih tinggi dari pangkat lama, diberikan gaji pokok baru berdasarkan pangkat baru yang segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang menurut pangkat lama (Pasal 7).

Kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan kenaikan gaji berkala apabila dipenuhi syarat-syarat :

a. Telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala;

b. Penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurangkurangnya “cukup” (Pasal 11 Ayat a dan b).

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang menurut daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan menunjukkan nilai “amat baik”, sehingga ia patut dijadikan teladan, dapat diberikan kenaikan gaji istimewa sebagai penghargaan dengan memajukan saat kenaikan gaji berkala yang akan datang dan saat-saat kenaikan gaji berkala selanjutnya dalam pangkat yang dijabatnya pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu (Pasal 14 Ayat 1).

Disamping gaji pokok kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan : a. Tunjangan keluarga;

b. Tunjangan jabatan (Pasal 15 Ayat 1 a dan b).


(45)

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawa Negeri Sipil ini ada beberapa hal yang merupakan perbaikan, yaitu:

1. Perbandingan gaji pokok antara Pegawai Negeri Sipil yang terendah dan Pegawai Negeri Sipil yang tertinggi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 adalah 1 : 25 (yang terendah Rp. 400,- dan yang tertinggi Rp. 10.000,- sebulan), sedang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil ini perbandingannya adalah 1 : 10 (yang terendah Rp. 12.000,- dan yang tertinggi Rp. 120.000,- sebulan). Maksud dari ketentuan ini adalah dalam rangka usaha melandaikan perbedaan penghasilan antara Pegawai Negeri Sipil yang terendah dan yang tertinggi. 2. Perbaikan dititik beratkan pada gaji pokok yaitu dengan memperbesar gaji

pokok. Dengan makin besarnya gaji pokok, maka penghasilan pensiunanpun akan bertambah besar pula, karena gaji pokok adalah sebagai dasar penentuan besarnya pension pokok.

3. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 panjangnya skala gaji adalah 18 (delapan belas) tahun, sedang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil ini panjangnya skala gaji tersebut menjadi 24 (dua puluh empat) tahun. Maksud dari

ketentuan ini adalah dalam rangka usaha menjamin kegairahan bekerja, karena walaupun seorang Pegawai Negeri Sipil telah mencapai masa kerja golongan 18 (delapan belas) tahun dan telah mencapai pangkat tertinggi dalam jabatan yang dipangkunya oleh sebab itu tidak mungkin naik pangkat lagi,


(46)

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil ia masih akan memperoleh kenaikan gaji berkala. Dengan adanya perbaikan penggajian ini, diharapkan akan dapat mendorong Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan prestasi kerjanya.

Tabel : Gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawa Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977.


(47)

(48)

B. Sejarah Berdirinya Kantor Pertanahan Kota Medan.

Didalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. 61)

Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat abadi dan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia. 62)

Tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya perlu diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditunjukan untuk menciptakan ketertibah hukum, tetapi juga untuk menyelesaikan masalah , sengketa, dan konflik pertanahan yang timbul. Kebijaksanaan nasional di bidang pertanahan perlu disusun dengan memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan kesejahteraan umum yang ditugaskan kepada Badan Pertanahan Nasional untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. 63)

61)

http://www.bpn.go.id

62)

Ibid.

63)


(49)

Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan gambar dan tulisan terdiri dari:

1. Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran, keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.

2. Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia. Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang meliputi tanah, air dan udara.

3. Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis

Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal 33

ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960.


(50)

4. Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11 (Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.

5. Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat dipercaya

dan teguh.

6. Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual

dan kemakmuran.

7. Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta keseimbangan. 64)

Awal berdirinya Badan Pertanahan Nasional dilatar belakangi dengan adanya masalah yang timbul akibat penggunaan hukum-hukum Belanda yang masih banyak dipakai dalam mengatur bidang pertanahan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibentuklah suatu badan disebut dengan Kantor KADASTER (pengukuran) yang masanya sangat singkat, yang kemudian diubah menjadi Kantor Pendaftaran dan Pengawasan Tanah kemudian diubah lagi menjadi Kantor Sub Bagian Agraria. 65)

Pada tanggal 21 Januari 1988, Dirjen Agraria mengubah Kantor Sub Bagian Agraria menjadi Badan Pertanahan Nasional (BPN) berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. 26 Tahun 1988 Tentang Badan Pertanahan

Nasional. 66) 64)

Ibid.

65)

Ibid.

66)


(51)

Visi dan misi Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai berikut :

Visi untuk menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Badan Pertanahan Nasional memiliki misi untuk mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru

kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan

bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas. 67)

67)


(52)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi atau disebut dengan 11 agenda kebijakan Badan Pertanahan Nasional, yaitu:

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional. 2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah

secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar. 9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

Pertanahan yang telah ditetapkan.

10.Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan. 68)

68)


(53)

Berdasarkan Peraturan Presiden R.I. No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasioanal disebutkan : 69)

Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, Badan Pertanahan Nasional dipimpin oleh Kepala (Pasal 1 Ayat 1 dan 2).

Dalam melaksanakan tugas Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;

b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;

c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;

e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan;

f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;

h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah- wilayah khusus;

i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik Negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan;

j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;

l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;

69)


(54)

m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan konflik di bidang pertanahan;

o. pengkajian dan pengembangan hokum pertanahan; p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;

q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan;

r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;

s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;

t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 3)

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan disebutkan : 70)

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, yang selanjutnya dalam Peraturan ini disebut Kanwil BPN, adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional,

70)

BPN R.I. Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat, 2007, Petunjuk Teknis Tahun 2007, Jakarta : BPN R.I. Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat, hal 426.


(55)

Kanwil BPN dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 1 Ayat 1 dan 2).

Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kanwil BPN, Kantor Pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 29 Ayat 1 dan 2).

C. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan.

Susunan Organisasi/Struktur Organisasi Kantor Pertanahan khususnya Kantor Pertanahan Kota Medan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan disebutkan terdiri dari : 71)

1. Kantor Pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala (Pasal 29 Ayat 2).

Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. (Pasal 30). Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Kantor Pertanahan mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan;

b. pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;

c. pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik,

71)


(56)

dan survei potensi tanah;

d. pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu;

e. pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah; f. pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah

terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;

g. penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan; h. pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah; i. pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional

(SIMTANAS);

j. pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta;

k. pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;

l. pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan; m. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan

prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan. (Pasal 53) 2. Subbagian Tata Usaha; (Pasal 54 huruf a)

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan


(57)

evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan. (Pasal 55)

Subbagian Tata Usaha terdiri dari:

a. Urusan Perencanaan dan Keuangan; (Pasal 57 huruf a)

Urusan Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas

kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi. (Pasal 58 Ayat1)

b. Urusan Umum dan Kepegawaian; (Pasal 57 huruf b)

Urusan Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi. (Pasal 58 Ayat 2)

3. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan; (Pasal 54 huruf b)

Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. (Pasal 59)

Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari: a. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan; (Pasal 61 huruf a)

Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang


(58)

tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang

pengukuran. (Pasal 62 Ayat 1)

b. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah; (Pasal 61 huruf b)

Subseksi Tematik dan Potensi Tanah mempunyai tugas menyiapkan survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik, survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah. (Pasal 62 Ayat 2)

4. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; (Pasal 54 huruf c)

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). (Pasal 63)

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah terdiri dari : a. Subseksi Penetapan Hak Tanah; (Pasal 65 huruf a)

Subseksi Penetapan Hak Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah; penetapan dan/rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak tanah perorangan. (Pasal 66 Ayat 1)


(59)

b. Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah; (Pasal 65 huruf b)

Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik dan hak pakai, Hak Guna Bangunan dan hak pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintah, perpanjangan jangka waktu,

pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah; rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah. (Pasal 66 Ayat 2)

c. Subseksi Pendaftaran Hak; (Pasal 65 huruf c)

Subseksi Pendaftaran Hak mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, data yuridis lainnya, data fisik bidang tanah, komputerisasi pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah, dan warkah serta daftar lainnya di bidang pendaftaran tanah. (Pasal 66 Ayat 3) d. Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

(Pasal 65 huruf d)

Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan,

pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. (Pasal 66 Ayat 4


(60)

5. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan; (Pasal 54 huruf d)

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah,landreform konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. (Pasal 67)

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan terdiri dari:

a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu; (Pasal 69 huruf a) Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, peruntukan, pemeliharaan dan penggunaan tanah, rencana penataan kawasan, pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan/zoning, penerbitan pertimbangan teknis penatagunaan tanah, penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penyusunan neraca penatagunaan tanah, penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyesuaian penggunaan dan

pemanfaatan tanah, serta melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data tekstual dan spasial. (Pasal 70 Ayat 1)

b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah. (Pasal 69 huruf b)

Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah mempunyai tugas menyiapkan bahan usulan penetapan/penegasan tanah menjadi obyek landreform;

penguasaan tanah-tanah obyek landreform; pemberian ijin peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu; usulan penerbitan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform;


(61)

monitoring dan evaluasi redistribusi tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan penertiban administrasi landreform serta fasilitasi bantuan keuangan/permodalan, teknis dan pemasaran; usulan penegasan obyek penataan tanah bersama untuk peremajaan permukiman kumuh, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta permukiman kembali; penyediaan tanah dan pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan; pengembangan teknik dan metode; promosi dan sosialisasi; pengorganisasian dan

pembimbingan masyarakat; kerja sama dan fasilitasi; pengelolaan basis data dan informasi; monitoring dan evaluasi serta koordinasi pelaksanaan

konsolidasi tanah. (Pasal 70 Ayat 2)

6. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan; (Pasal 54 huruf e)

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. (Pasal 71) Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan terdiri dari:

a. Subseksi Pengendalian Pertanahan; (Pasal 73 huruf a)

Subseksi Pengendalian Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah; pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; (Pasal 74 Ayat 1)


(62)

b. Subseksi Pemberdayaan Masyarakat ; (Pasal 73 huruf b)

Subseksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan inventarisasi potensi, asistensi, fasilitasi dalam rangka penguatan penguasaan, dan melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan kerjasama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten/kota, lembaga keuangan dan dunia usaha, serta bimbingan dan pelaksanaan kerjasama pemberdayaan. (Pasal 74 Ayat 2)

7. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara. (Pasal 54 huruf f)

Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan. (Pasal 75)

Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara terdiri dari :

a. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan; (Pasal 77 huruf a)

Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan/atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif

penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik; (Pasal 78 Ayat 1)


(63)

b. Subseksi Perkara Pertanahan ; (Pasal 77 huruf b)

Subseksi Perkara Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan/atau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga peradilan. (Pasal 78 Ayat 2)


(64)

Sumber : http://www.bpn.go.id


(65)

BAB III

PANGKAT DAN GOLONGAN PNS DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

A. Pengertian Kenaikan Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan.

Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan terhadap Negara. Selain itu, kenaikan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya.72)

Karena kenaikan pangkat merupakan penghargaan dan setiap penghargaan baru mempunyai nilai apabila kenaikan pangkat tersebut diberikan tepat pada orang dan tepat pada waktunya. Berhubung dengan itu, maka setiap atasan berkewajiban mempertimbangkan kenaikan pangkat bawahannya untuk dapat diberikan tepat pada waktunya. 73)

B. Jenis-Jenis Kenaikan Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil atas dasar sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada system prestasi kerja, dipandang perlu adanya perturan yang mengatur ketentuan mengenai pangkat Pegawai Negeri Sipil. 74)

72)

http://www.bkn.go.id/Pemerintah No. 99 Tahun 2000 jo. Peraturan-Pemerintah No. 12 Tahun 2002 , tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, Penjelasan Umum alenia 2.

73)

http://www.bkn.go.id/Pemerintah No. 99 Tahun 2000 jo. Peraturan-Pemerintah No. 12 Tahun 2002 , Op. cit, Penjelasan Umum alenia 3.

74)


(66)

Berdasarkan Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 disebutkan : 75)

Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistim kenaikan pangkat reguler dan sistim kenaikan pangkat pilihan.

Yang dimaksud dengan kenaikan pangkat reguler adalah apablia seorang Pegawai Negeri Sipil telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dapat dinaikkan pangkatnya tanpa terikat pada jabatan. Kenaikan pangkat regular ditentukan sampai dengan tingkat pangkat tertentu, umpamanya sampai dengan III/d PGPS 1968 (Ayat1).

Kenaikan pangkat reguler adalah merupakan hak, oleh sebab itu apabila seorang Pegawai Negeri Sipil telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada dasarnya harus dinaikkan pangkatnya, kecuali apabila ada alasan yang sah untuk menundanya (Ayat2).

Yang dimaksud dengan kenaikan pangkat pilihan adalah kenaikan pangkat yang disamping harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan juga harus ada jabatan, atau dengan perkataan lain, walaupun seorang Pegawai Negeri Sipil telah memenuhi syarat-syarat umum untuk kenaikan pangkat, tetapi jabatannya tidak sesuai untuk pangkat itu, maka ia belum dapat dinaikkan pangkatnya. Tingkat pangkat untuk kenaikan pangkat pilihan dapat ditentukan umpamanya mulai IV/a ke atas PGPS 1968 (Ayat1).

75)


(67)

Kenaikan pangkat pilihan bukan hak, tetapi adalah kepercayaan dan penghargaan kepada seseorang Pegawai Negeri Sipil atas prestasi kerjanya, yakni bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menunjukkan prestasi kerja yang tinggi ada kemungkinan mendapat kenaikan pangkat pilihan (Ayat 3).

Untuk lebih menjamin obyektipitas dalam mempertimbangkan dan memberikan kenaikan pangkat, maka periu ditentukan syarat-syarat kenaikan pangkat. Syarat-syarat kenaikan pangkat antara lain ialah prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, jabatan, latihan jabatan, dan syarat-syarat obyektip lainnya. Syarat-syarat kenaikan pangkat sebagai tersebut di atas merupakan konsekwensi logis dari prinsip adanya pengkaitan yang erat antara pangkat dan jabatan (Ayat 4).

Dalam setiap organisasi yang sehat, maka makin tinggi pangkat, makin terbatas jumlahnya, oleh sebab itu Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kemungkinan untuk mencapai pangkat tinggi itu makin terbatas puIa.

Untuk kenaikan pangkat pilihan, di samping harus dipenuhi syarat-syarat umum, harus pula didasarkan atas jabatan yang dipangku oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan untuk mengikuti pendidikan atau latihan jabatan, dalam mempertimbangkan kenaikan pangkat, ia dianggap menduduki jabatan yang dipangkunya, sebelum mengikuti pendidikan atau latihan jabatan tersebut (Ayat 5).

Pemberian kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta merupakan penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Pegawai Negeri Sipil yang tewas atas pengabdian dan jasa-jasanya kepada Negara dan Bangsa. Pemberian


(68)

kenaikan pangkat secara anumerta harus dilakukan tepat pada waktunya, yaitu diusahakan sebelum Pegawai Negeri Sipil yang tewas itu dikebumikan. Pangkat Anumerta ditetapkan berlaku terhitung mulai tewasnya Pegawai Negeri Sipil yang besangkutan. Kenaikan pangkat anumerta membawa akibat kenaikan gaji pokok (Ayat 6).

C. Peraturan Perundang Undangan Yang Berhubungan Dengan Penggolongan dan Pangkat PNS Kantor Pertanahan Kota Medan.

Dalam rangka peningkatan profesionalisme dan kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Pertanahan Nasional perlu diatur pembinaan dan penerapan pola karier pegawai yang adil dan transparan hal tersebut diwujudkan dalam bentuk Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional R.I. dalam Peraturan ini disebutkan : 76)

Pola karier adalah pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang menggambarkan alur pengembangan karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara penempatan, jabatan, pangkat, pendidikan, dan pelatihan, kompetensi, serta masa jabatan seseorang Pegawai Negeri Sipil sejak pengangkatan pertama sampai dengan pensiun. (Pasal 1 Ayat 2)

Karier adalah seluruh jabatan yang dipegang oleh seseorang selama masa kerjanya. (Pasal 1 Ayat 3)

76)

BPN R.I. Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat, 2007, Petunjuk Teknis Tahun


(69)

Sistem karier dan sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian di mana pengangkatan seseorang dalam suatu jabatan didasarkan pada masa kerja, kesetiaan, pengabdian, kecakapan dan prestasi kerja yang bersangkutan, serta syarat-syarat obyektif lainnya. (Pasal 1 Ayat 4)

Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian. (Pasal 1 Ayat 5)

Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. (Pasal 1 Ayat 6)

Jabatan Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu sistem organisasi Negara. (Pasal 1 Ayat 7)

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan kepada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. (Pasal 1 Ayat 8)

Eselon adalah tingkat Jabatan Struktural yang menunjukkan tingkat kedudukan seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam susunan organisasi. (Pasal 1 Ayat 9)

Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan selanjutnya disebut

BAPERJAKAT adalah Badan yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional mengenai pengangkatan, pemindahan,


(70)

pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural dan pengangkatan dalam pangkat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Struktural serta kenaikan pangkat istimewa di lingkungan Badan Pertanahan Nasional. (Pasal 1 Ayat 10) Kepala Biro adalah Kepala Biro yang bertanggung jawab dalam bidang

kepegawaian. (Pasal 1 Ayat 13)

Tentang golongan dan persyaratan khusus Jabatan Eselon di lingkungan Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai berikut :

Persyaratan khusus Jabatan Eselon V adalah sebagai berikut : a. pangkat/golongan minimal Pengatur Tk. I (II/d);

b. pendidikan diutamakan serendah-rendahnya SMTA atau yang sederajat. (Pasal 8 Ayat 1)

Persyaratan khusus Jabatan Eselon IV adalah sebagai berikut : a. pangkat/golongan minimal Penata Muda Tk. I (III/b);

b. pernah menduduki jabatan struktural Eselon V di Kantor Pertanahan, jabatan fungsional, atau staf dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional atau Badan Pertanahan Nasional Pusat. (Pasal 8 Ayat 2)

Persyaratan khusus Jabatan Eselon III adalah sebagai berikut: a. pangkat/golongan minimal Penata Tk. I (III/d);

b. pendidikan diutamakan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau Diploma III atau yang sederajat dengan memperhatikan pendidikan tertinggi yang dicapai para calon ;


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

1. Pusat Hukum Dan Hubungan Masyarakat BPN R.I. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Pertanahan Nasional R.I., Jakarta : BPN R.I. Pusat Hukum Dan Hubungan Masyarakat.

2. Pusat Hukum Dan Hubungan Masyarakat BPN R.I. 2007. Petunjuk Teknis Tahun 2007, Jakarta : BPN R.I. Pusat Hukum Dan Hubungan Masyarakat. 3. Bratakusumah Supriady Deddy. 2001. Kamus Manajemen. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

4. Hartini Sri, Kadarsih Setiajeng, Sudrajat Tedi. 2008. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

5. M. Hadjon Philipus et al. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

6. Moekijat. 1990. Kamus Manajemen. Bandung : Mandar Maju.

7. Musanef. 1996. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta : Gunung Agung.

8. Prakoso Djoko. 1987. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta : Bina Aksara.

9. Tjokroamidjojo Bintoro. 2004. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara

10.Yustisia Pustaka. 2006. Kumpulan Peraturan Tentang Penerimaan Pegawai Negeri Sipil . Yogyakarta : Pustaka Yustisia.


(2)

Peraturan Perundang-Undangan :

1. Keputusan Presiden R.I. No. 98/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Kepala Badan Pertanahan Nasional ;

2. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2001 jo. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2003 jo. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2005 jo. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2007 ;

3. Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil jo Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002 ;

4. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ;

5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ;

6. Peraturan Presiden R.I. No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional ;

7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 2 Tahun 2006 tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Badan Pertanahan

Nasional R.I. ;

8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional R.I. ;


(3)

9. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional R.I. No. 4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan ;

10. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ;

11. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 ;

12. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme ;

Media Internet :

1.

2. http://www.bappenas.go.id 3. http://www.batan.go.id 4. http://www.bppt.go.id 5. http://www.bkn.go.id 6. http://www.bpn.go.id 7. http://www.bps.go.id

8. http://www.depkumham.go.id 9. http://www.geocities.com 10. http://www.hukumonline.com 11. http://id.wikipedia.org/wiki/html

12.


(4)

14. http://

15.

16. http://www.wordpress.com


(5)

DAFTAR PERTANYAAN

I. IDENTITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL 1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan Terakhir : 4. Agama yang dianut: 5. Jabatan :

6. Pangkat / Golongan :

II. INTERVIEW GUIDE

1. Apa motivasi Anda bekerja?

2. Mengapa Anda memilih bekerja sebagai PNS Kantor Pertanahan Kota Medan?

3. Sudah berapa lama Anda bekerja di Kantor Pertanahan Kota Medan ? 4. Berapa besar jumlah gaji Anda?

5. Bagaimanakah kondisi kecukupan keluarga terhadap jumlah gaji Anda? 6. Bagaimana tangggapan atasan terhadap kinerja Anda dalam memangku

jabatan?

7. Apakah Kepala Kantor senantiasa memberikan perhatian terhadap prestasi kerja Anda dan Apakah Kepala Kantor senantiasa memotivasi Anda dalam bekerja?


(6)

8. Apakah Anda pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan kinerja Anda di Kantor Pertanahan Kota Medan?

9. Bagaimana kondisi hubungan Anda dalam bekerja dengan atasan atau Kepala Kantor dan rekan?

10.Bagaimana sikap Anda dalam menghadapi masyarakat dalam hal pelayanan pertanahan?

11.Apakah sebelum memulai bekerja atasan selalu memberikan pengarahan-pengarahan khusus kepada Anda?

12.Apakah Anda mengetahui apa saja hak dan kewajiban Anda sebagai Pegawai Negeri Sipil?