Sistem Pendukung Keputusan Metode Analytical Hierarchy Process AHP

tuntutan kerja bagi seseorang mencakup kebugaran bertalian dengan kesehatan dan kebugaran bertalian dengan prestasi. 3 Keterampilan Teknik Pembinaan keterampilan teknik tertuju pada penguasaan teknik yang rasional dan ekonomis dalam suatu cabang olahraga. Bila kekuatan, stamina dan kecepatan sudah berkembang, maka atlet dapat mengalami peningkatan teknik. Persoalan penting bagaimana memadukan kemampuan fisik untuk mendukung keterampilan. 4 Keterampilan Taktis Latihan taktik tertuju pada peningkatan keterampilan taktis. Untuk itu atlet harus dapat memanfaatkan kondisi fisik, keterampilan dan kondisi psikologis guna merespon kekuatan atau kelemahan lawannya secara efektif. Selain itu agar ia mampu beradaptasi dengan situasi kompetisi secara keseluruhan. 5 Kemampuan Mental Latihan mental tertuju ada kemampuan mental, karena ditaksir sekitar 90-95 variasi prestasi sebagai pengaruh kemampuan mental. Pembinaan mental dimaksudkan agar atlet mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat, atlet mampu mengurangi stress mental, atau mengatasi stress mental dari beban latihan yang berat dan atlet memiliki stabilitas emosi yang tangguh [HAP13]. Teknik dasar bola basket adalah penguasaan ketrampilan gerak di dalam olahraga bolabasket yang merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal .Dalam penelitian ini teknik dasar bola basket yang akan dimaksud adalah teknik dasar passing, dribble, dan shooting.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan SPK adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal 1970-an oleh Michael Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah- masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan Universitas Sumatera Utara pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif. Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System. Tujuannya adalah untuk membantu pengambilan keputusan memilih berbagai alteratif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperolehtersedia dengan menggunakan model-model menggunakan model-model pengambilan keputusan. Lima karakteristik utama SPK adalah sitem yang berbasis komputer, dipergunakan untuk mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang rumit yang tidak dapat digunakan dengan kakulasi manual, melalui cara simulasi yang interaktif, komponen utamanya data dan model analisis.

2.3 Metode Analytical Hierarchy Process AHP

AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur ke dalam kelompoknya, mengatur kelompok- kelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai prioritas tertinggi. Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatn perasaan dan prefrensi relatif si pengambil keputusan. A. Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki . Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertim bangan tersebut kemudian Universitas Sumatera Utara dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut [NAS09]. B. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut: 1. Decomposition membuat hirarki Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami. 2. Comparative judgement penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatf dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan 3. Synthesis of priority menentukan prioritas Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobotkontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung diskusi maupun secara tidak langsung kuisioner. Universitas Sumatera Utara 4. Logical consistency konsistensi logis Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu C. Prosedur Analytical Hierarchy Process Menurut Kusrini, 2007 dikutip oleh Manurung, 2010 secara umum langkah- langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan ntuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: Universitas Sumatera Utara a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya di sebut  maks. 5. Hitung Consistency Index CI dengan rumus: ................................................................................................ 1 Di mana n = banyaknya elemen. 6. Hitung Rasio Konsistensi Consistency Ratio CR dengan rumus: .......................................................................................................... 2 Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10, maka penilaian data judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali. Namun, jika rasio konsistensi CIIR kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi IR Ukuran matriks Nilai IR 1 0.00 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 Universitas Sumatera Utara 15 1.59 D. Langkah-Langkah dalam Metode AHP Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi yaitu menetapkan tujuan, kriteria, dan alternatif. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan antar elemen dan membandingkannya. b. Cara membandingkannya yaitu dengan mengisi matriks perbandingan menggunakan bilangan untuk membedakan tingkat kepentingan dari suatu elemen terhadap elemen lain. 3. Sintesis Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhanprioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan semua nilai dari setiap kolom pada matriks b. Membagi nilai dari kolom dengan total nilai kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Lalu dari hasil normalisasi matriks, dicari nilai rata-rata dari setiap baris. Hasilnya disebut eigen vector yang dinormalkan. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, perlu mengetahui seberapa baik konsistensi pertimbangan yang ada untuk menghindari hasil keputusan dengan tingkat konsistensi yang rendah. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kekonsistensian adalah : a. Kalikan total nilai pada kolom pertama dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris pertama, kalikan total nilai pada kolom kedua dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris kedua, kalikan total nilai pada kolom ketiga dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris ketiga dan seterusnya hingga selesai. b. Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan nilai eigen maksimum. Universitas Sumatera Utara c. Hitung Indeks Konsistensi Consistency Index CI, dengan rumus : ......................................................................................... 3 Keterangan : CI = Rasio penyimpangan konsistensi. λmax = nilai eigen maksimum. n = banyaknya elemen. d. Hitung Rasio Konsistensi Consistency Ratio CR, dengan rumus : ................................................................................................... 4 Keterangan : CR= Consistency Ratio RI = nilai Random Index Nilai Random Index dapat dilihat seperti pada Tabel 2 Tabel 3. Random Index n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 n 11 12 13 14 15 RI 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 5. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai CR lebih dari 0,100 maka penilaian data judgment harusdiperbaiki. Namun jika nilai CR kurang atau sama dengan 0,100 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan konsisten. 6. Mencari total rangking. Langkah terakhir adalah menghitung total rangking dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai eigen vector tiap kriteria dengan nilai eigen vector alternatif pada kriteria yang sama, sehingga diperoleh alternatif terbaik Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP dapat dijelaskan seperti pada Gambar 1. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Langkah-langkah dalam Metode AHP Contoh 1. - Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. Tujuan: Menentukan murid terbaik. Kriteria : dribling, shooting, dan passing. Alternatif : David,Vito,dan Timmy. - Menentukan prioritas elemen semua kriteria, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 4. ya ya Mulai Definisikan masalah Sintesis Konsisten ? Menentukan prioritas alternatif dari masing-masing kriteria Konsisten ? Selesai Tidak Tidak Sintesis Menentukan prioritas kriteria Total nilai Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria Kriteria Dribling Shooting Passing Dribling 1 2 4 Shooting 1:2 1 3 Passing 1:4 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang disederhanakan Kriteria Dribbling Shooting Passing Dribbling 1,000 2,000 4,000 Shooting 0,500 1,000 3,000 Passing 0,250 0,333 1,000 ∑ 1,750 3,333 8,000 Tabel 6. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang dinormalkan Kriteria Dribbling Shooting Passing Eigen Vector Dribbling 0,571 0,600 0,500 0,557 Shooting 0,286 0,300 0,375 0,320 Passing 0,143 0,100 0,125 0,123 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = 1,750 x 0,557 + 3,333 x 0,320 + 8,000 x 0,123 = 3,023 Karena matriks berordo 3 yakni terdiri dari 3 kriteria, nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Universitas Sumatera Utara Untuk n = 3, RI = 0,58 Tabel 2. Random Index, maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Menentukan prioritas elemen untuk kriteria kepribadian, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling Dribling David Vito Timmy David 1 4 3 Vito 1:4 1 1:2 Timmy 1:3 2 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang disederhanakan Dribling David Vito Timmy David 1,000 4,000 3,000 Vito 0,250 1,000 0,500 Timmy 0,333 2,000 1,000 ∑ 1,583 7,000 4,500 Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang dinormalkan Dribling David Vito Timmy Eigen Vector David 0,632 0,571 0,667 0,623 Vito 0,158 0,143 0,111 0,137 Timmy 0,210 0,286 0,222 0,239 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = 1,583 x 0,623 + 7,000 x 0,137 + 4,500 x 0,239 = 3,025 Karena matriks berordo 3 yakni terdiri dari 3 kriteria, nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 Tabel 2. Random Index, maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. Universitas Sumatera Utara - Menentukan prioritas elemen untuk kriteria nilai akademik, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting Shooting David Vito Timmy David 1 1:2 2 Vito 2 1 3 Timmy 1:2 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria yang Shooting disederhanakan Shooting David Vito Timmy David 1,000 0,500 2,000 Vito 2,000 1,000 3,000 Timmy 0,500 0,333 1,000 ∑ 3,500 1,833 6,000 Tabel 12. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting yang dinormalkan Shooting David Vito Timmy Eigen Vector David 0,286 0,273 0,333 0,297 Vito 0,571 0,546 0,500 0,539 Timmy 0,143 0,182 0,167 0,164 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = 3,500 x 0,297 + 1,833 x 0,539 + 6,000 x 0,164 = 3,011 Universitas Sumatera Utara Karena matriks berordo 3 yakni terdiri dari 3 kriteria, nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 Tabel 2. Random Index, maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Menentukan prioritas elemen untuk kriteria Passing, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing Passing David Vito Timmy David 1 1:3 2 Vito 3 1 3 Timmy 1:2 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang disederhanakan Passing David Vito Timmy David 1,000 0,333 2,000 Vito 3,000 1,000 3,000 Universitas Sumatera Utara Timmy 0,500 0,333 1,000 ∑ 4,500 1,666 6,000 Tabel 15. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang dinormalkan Passing David Vito Timmy Eigen Vector David 0,222 0,200 0,333 0,252 Vito 0,667 0,600 0,500 0,589 Timmy 0,111 0,200 0,167 0,159 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = 4,500 x 0,252 + 1,666 x 0,589 + 6,000 x 0,159 = 3,070 Karena matriks berordo 3 yakni terdiri dari 3 kriteria, nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 Tabel 2. Random Index, maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Mencari total rangking David = 0,557 x 0,623 + 0,320 x 0,297 + 0,123 x 0,252 = 0,473 Vito= 0,557 x 0,137 + 0,320 x 0,539 + 0,123 x 0,589 Universitas Sumatera Utara = 0,321 Timmy = 0,557 x 0,239 + 0,320 x 0,164 + 0,123 x 0,159 = 0,205 Penilaian terbesar adalah David, sehingga David adalah pemain terbaik. Hasil tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Total Hasil Rangking Overall Composite Weight David Vito Timmy Dribbling 0,557 0,623 0,137 0,239 Shooting 0,320 0,297 0,539 0,164 Passing 0,123 0,252 0,589 0,159 Composite Weight 0,473 0,321 0,205

2.4 Metode Profile Matching

Dokumen yang terkait

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Implementasi Metode K- Means Clustering Dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penilaian Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus : SMP Negeri 21 Medan)

20 99 166

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Pengembangan sistem pendukung keputusan dalam pemilihan fakultas perkuliahan berbaiss mobile web

3 15 150

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Pemain Basket Terbaik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Profile Matching (Studi Kasus : SMA Santo Thomas 1 Medan )

0 5 97

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Pemain Basket Terbaik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Profile Matching (Studi Kasus : SMA Santo Thomas 1 Medan )

0 0 36

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permainan Bola Basket - Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Pemain Basket Terbaik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Profile Matching (Studi Kasus : SMA Santo Thomas 1 Medan )

0 0 17

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PEMAIN BASKET TERBAIK MENGGUNAKAN ALGORITMA ANALYTICAL

0 0 14

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Pemain Basket Terbaik Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process (AHP) (Study Kasus Klub Angsapura Sania Medan)

0 0 15

Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Transfer Pemain Sepak Bola Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

0 1 9