Faktor Internal Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Pengusaha dalam Memutuskan Berbisnis

atasan pada jangka panjang tertentu 3 Seorang pengusaha adalah individu yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya. Mandiri berarti para pengusaha tidak menggantungkan keputusan tentang apa yang harus dilakukannya kepada orang lain. Mereka mengerjakan sesuatu karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar karena orang lain, namun merasa besar karena usaha kerasnya sendiri. Hal ini menyebabkan pengusaha merasa lebih bebas jika dapat memegang kendali langsung atas kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, kemandirian para pengusaha inilah yang menjadi penentu kesuksesan dan keberhasilan bisnis yang mereka jalankan. . Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang tetapi sekali mendapat keuntungan cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian periode ke depan Kao dan Knight, 1987. Kebebasan dalam bekerja ini adalah suatu nilai lebih bagi seorang wirausahawan. Pada dasarnya orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan maupun memiliki inisiatif akan lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan segala inovasi dan kreatifitasnya. Hisrich dan Peters 2000 menjelaskan bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan kebebasan berarti kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri. 3 Aditya Dion Mahesa, Analisis Faktor-faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Semarang: Universitas Diponegoro, 2011, h 30-31.

2.3.3. Efikasi Diri

Bandura 1977 mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang. Cromie 2000 juga menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Lebih rinci, Bandura 1986 menjelaskan empat cara untuk mencapai efikasi diri. Pertama, pengalaman sukses yang terjadi berulang-ulang. Cara ini dipandang sebagai cara yang sangat efektif untuk mengembangkan rasa yang kuat pada efikasi diri. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan secara langsung. Dengan cara ini, seseorang akan memperkirakan keahlian dan perilaku yang relevan untuk dijadikan contoh dalam mengerjakan sebuah tugas. Penilaian atas keahlian yang dimilikinya juga dilakukan, untuk mengetahui besar usaha yang harus dikeluarkan dalam rangka mencapai keahlian yang dibutuhkan. Ketiga, persuasi sosial seperti diskusi yang persuasif dan balikan kinerja yang spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan untuk menyajikan informasi terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Keempat, penilaian terhadap status psikologis yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa seseorang sudah seharusnya meningkatkan kemampuan emosional dan fisik serta mengurangi tingkat stres. Efikasi diri terkait dengan keyakinan wirausahawan mengenai kemampuannya untuk mengontrol fungsi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Wirausahawan dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang memiliki potensi mengubah apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sedangkan wirausahawan yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengatasi suatu keadaan. Efikasi diri juga dapat menjadi sarana evaluasi seorang wirausahawan mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah. Peranan efikasi diri sangatlah penting karena akan mempengaruhi aspek motivasi, tingkah laku, dan emosi seorang pengusaha ketika sedang menjalankan bisnisnya. Pengusaha dengan efikasi tinggi dalam suatu kondisi tertentu akan memperlihatkan tingkah laku, motivasi, serta emosi yang berbeda dibandingkan dengan pengusaha yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Para pengusaha dengan efikasi diri yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi pula, mereka akan melakukan usaha yang lebih tekun dan lebih giat dalam menjalankan bisnis mereka.

2.3.4. Harga Diri

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia karena dikaruniai akal, pikiran, dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Harga diri menunjukkan sejauh mana seorang pengusaha menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kompetensi yang pantas untuk dihargai, dihormati, serta bergengsi 4 Dengan membuka suatu usaha atau berbisnis, harga diri seorang pengusaha tentunya akan meningkat. Dapat dilihat bahwa dahulu masyarakat merasa malu jika tidak menjadi karyawan, namun fenomena ini sekarang mulai . Dengan memiliki bisnis, pengusaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan dianggap memiliki wibawa tertentu. Suryaman 2006 menjelaskan bahwa menjadi wirausahawan dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Peningkatan harga diri juga akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk lebih terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan yang merupakan hal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh wirausahawan. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Pengusaha yang memperoleh cukup penghargaan, pengakuan, status, ketenaran, dominasi, serta apresiasi dari orang lain akan lebih percaya diri, dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif menjalankan bisnisnya. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa. Para pengusaha yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap berkembang terus untuk meraih kesuksesan bisnisnya. 4 Wisnu Wardhana, Analisis Aspek-aspek yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Binus University untuk Menjadi Entrepreneur Jakarta: Binus University, 2011, h. 29. berbalik. Banyak pengusaha yang sukses dalam menjalankan bisnis mereka yang menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi jika pengusaha tersebut mampu memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, pengusaha bahkan dianggap sebagai penyelamat bagi mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Perlu juga diingat bahwa menjadi pemilik usaha dengan memperkerjakan orang lain merupakan hal yang mulia.

2.3.5. Tantangan Pribadi

Tantangan pribadi terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang untuk mengambil suatu resiko. Wirausahawan adalah orang yang lebih memilih melakukan hal-hal baru dan beresiko yang belum tentu dilakukan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemauan dan kemampuannya mengambil resiko yang diperhitungkan, wirausahawan tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan keberhasilan. Orang yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Para wirausahawan umumnya kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan berpotensi menghasilkan kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang tinggi, namun dengan potensi kegagalan yang juga tinggi. Oleh karena itu, wirausahawan lebih menyukai resiko yang paling seimbang moderat. Para pengusaha juga selalu memperhitungkan secara cermat dan membuat antisipasi atas kemungkinan adanya hambatan yang dapat mengancam bisnisnya. Dalam situasi penuh hambatan inilah pengusaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Setiap jenis usaha pasti akan selalu mengandung potensi kegagalan, karena itu seorang pengusaha tidak boleh mudah menyerah. Pengusaha harus selalu memiliki semangat yang tinggi dan mau berjuang untuk maju serta optimis bahwa semua hambatan yang mengancam tersebut dapat diatasi.

2.3.6. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh ketika memiliki suatu usaha sendiri, misalnya dapat mengatur jam kerja sendiri. Menurut Bhandari 2006, individu yang tidak ingin waktu kerjanya terikat jika bekerja dengan orang lain akan lebih memilih untuk menjadi seorang wirausahawan 5 1. Suka dengan pekerjaan yang waktunya tidak mengikat. . Ciri-ciri individu tersebut di antaranya: 2. Tidak suka dengan hal-hal yang bersifat teratur. 3. Tidak suka terikat akan dengan sesuatu yang bukan minatnya. Menjadi seorang wirausahawan adalah suatu kesempatan untuk dapat membagi kehidupan pribadi dan pekerjaan secara seimbang. Jam kerja seorang wirausahawan biasanya tidak terlalu ketat, namun juga tidak terlalu longgar. Seorang wirausahawan tidak akan terikat peraturan yang mengharuskannya 5 Aflit Nuryulia Praswati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,2014, h. 13. bekerja pada waktu-waktu tertentu. Di satu sisi, hal ini memang menyebabkan wirausahawan harus selalu standby, namun kapan waktu yang tepat untuk bekerja ditentukan oleh wirausahawan itu sendiri. Fleksibilitas waktu kerja dalam berwirausaha membuat wirausahawan lebih leluasa dalam mengejar target bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengalokasikan waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan bersosialisasi. Dalam menjalankan bisnisnya sendiri, seorang pengusaha tidak harus memenuhi jam kerja dari pagi hingga sore sebagaimana tuntutan kebanyakan karyawan kantor. Tetapi harus diingat bahwa hal ini baru dapat dicapai jika bisnis tersebut telah berkembang. Pada saat awal merintis usaha, para pengusaha harus rela menginvestasikan segalanya, termasuk waktu yang banyak untuk membangun bisnis mereka tersebut. Pengusaha harus cermat memanfaatkan waktu pada saat awal membangun bisnis untuk bekerja keras agar dapat bersenang-senang ketika usaha mereka telah berkembang pesat. Karena sifatnya yang fleksibel ini, seorang pengusaha justru harus dapat melakukan manajemen waktu sekaligus memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya.

2.3.7. Inovasi dan Kreasi

Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan suatu gagasan yang baru yang memiliki nilai lebih. Orang yang mampu berpikir secara kreatif akan dapat menghadapi segala perubahan serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberikan alternatif yang berbeda Utami, 2007. Kreatifitas merupakan suatu produk imajinasi yang berupa kombinasi dari berbagai pemikiran yang melahirkan satu pemikiran baru. Wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dalam arti mampu mengembangkan ide atau konsep suatu produk atau jasa yang relatif baru, sehingga pasar dapat menerima produk atau jasa tersebut. Selain itu, wirausahawan yang inovatif juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain Dunia wirausaha pada dasarnya adalah dunia penerapan kreatifitas bisnis. Membangun suatu bisnis dari nol memerlukan seorang wirausahawan yang memiliki karakteristik sebagai seorang kreator dan inovator sekaligus eksekutor yang antusias serta bersedia mengambil resiko yang telah dipikirkan dengan seksama. Menjadi seorang wirausahawan harus memiliki kreatifitas dan keberanian untuk tidak bergantung pada orang lain serta penuh rasa optimis akan keberhasilan ide-ide yang diciptakannya. Pengusaha yang inovatif dan kreatif tidak berarti harus dapat menciptakan produk yang baru sama sekali, tetapi produk tersebut dapat mencerminkan hasil kombinasi atau integrasi dari komponen-komponen yang sudah ada sebelumnya sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pengusaha sering disebut sebagai pencipta perubahan the change creator.

2.3.8. Pendapatan

Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kewirausahaan berpeluang memberikan kemampuan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suryaman 2006 menjelaskan bahwa keinginan untuk memperoleh atau meningkatkan pendapatan tersebut dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Berwirausaha dapat dijadikan jalan alternatif untuk mencari nafkah, menambah pendapatan, atau menjaga kestabilan keuangan. Dari sisi pendapatan, memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan pendapatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan menjadi karyawan. Pendapatan seorang karyawan biasanya dapat dikalkulasikan untuk suatu periode dan tentu saja besarnya tidak jauh berbeda pada setiap periode. Sementara itu, besar kecilnya pendapatan seorang pengusaha tergantung dari usaha pengusaha itu sendiri. Meningkatnya penghasilan seorang pengusaha tidak mengenal batas waktu, terkadang ada saatnya pada musim atau periode tertentu ketika permintaan sangat tinggi maka pendapatan akan meningkat drastis pula. Selain itu, berwirausaha juga memberikan kesempatan kepada seseorang untuk meraup keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja pada orang lain. Pengusaha dapat menetapkan target bisnis, target pasar, dan sumber-sumber modal serta pendapatannya sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing, dengan demikian besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh juga dapat ditentukan. Jika dijalankan secara konsisten dalam jangka waktu yang lama, berwirausaha dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bekerja pada orang lain selama bertahun-tahun.

2.4. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi:

2.4.1. Dukungan Akademik

Menurut Wang, dkk. 2010, pendidikan kewirausahaan di universitas memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir mahasiswa di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan 6 Para generasi muda tidak bisa lepas dari aktifitas berlatar belakang pendidikan, karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor penggerak bagi tumbuhnya wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengubah persepsi dan tingkah laku generasi muda agar memiliki motivasi kuat . Kesadaran kewirausahaan merupakan tendensi psikologis dari subyek kewirausahaan akan praktek kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan merujuk pada struktur pengetahuan dalam bentuk perangkat dan sarana yang digunakan oleh subyek kewirausahaan untuk melakukan praktek kewirausahaan. Sedangkan kapasitas kewirausahaan merujuk pada kondisi subyek yang memfasilitasi kesuksesan praktek kewirausahaan dimana berpikir kreatif merupakan struktur dasar dari kapasitas kewirausahaan. 6 Adi Soeprapto, Sinergi Kalangan Akademik, Dunia Usaha dan Pemerintah dalam Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012, h. 9-10. dalam menciptakan inovasi dan kreatifitas demi terwujudnya wirausahawan yang handal. Pendidikan formal dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang akan dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan lain sebagainya. Pendidikan kewirausahaan di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi dapat memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir seseorang di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan. Sistem dan proses belajar mengajar kewirausahaan yang dapat memotivasi munculnya ide-ide kreatif, penyediaan infrastruktur untuk pelatihan kewirausahaan di kampus serta adanya contoh individu yang sukses berwirausaha di lingkungan kampus adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan niat kewirausahaan pada mahasiswa.

2.4.2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang diajukan dengan memberikan bantuan kepada orang lain dan bantuan itu diperoleh dari pihak yang berarti penting bagi orang yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologi seseorang yang mengalami tekanan. Melalui dukungan sosial, kesejahteraan psikologis seseorang akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri, serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Dorongan dari unsur-unsur lingkungan sosial seseorang berpengaruh secara positif terhadap niat kewirausahaan seseorang 7 Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan seseorang. Dukungan keluarga adalah bantuan yang berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun . Keluarga berperan sangat penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai wirausaha, karena keluarga terutama orang tua dapat berfungsi sebagai konsultan pribadi dan mentor. Selain keluarga, dukungan dari teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting juga dapat mendorong timbulnya motivasi seseorang untuk berwirausaha. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat berupa informasi atau nasehat berbentuk verbal atau non verbal, penghargaan dan materi. Selain itu, dukungan dari pihak pemerintah untuk para pengusaha yang merintis suatu bisnis dapat dilihat dengan adanya program-program peminjaman dana untuk modal usaha, pembinaan dan pelatihan, lomba atau kompetisi kewirausahan, hingga pemberian penghargaan kepada usaha yang dipandang berprestasi. Beberapa perusahaan BUMN dan swasta juga ikut terlibat dalam mendukung program-program tersebut. Peminjaman modal usaha dan berbagai program pembekalan wawasan kewirausahaan tersebut pada akhirnya dimaksudkan agar lebih banyak orang yang tertarik untuk berwirausaha.

2.4.3. Lingkungan Keluarga

7 Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan Jakarta: Erlangga, 2006, h. 62.