sejalan dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel kebutuhan akan prestasi memiliki nilai Z
sebesar 5,4957 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis.
Hal tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel kebutuhan akan prestasi memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 4,38, maka rata-rata
jawaban responden pada variabel ini adalah setuju hingga sangat setuju.
2. Kebutuhan akan Kebebasan
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel kebutuhan akan kebebasan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,7217 yang
berada pada interval 0,70 – 0,90, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah tinggi. Nilai koefisien korelasi yang tinggi
sejalan dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel kebutuhan akan kebebasan memiliki nilai Z
sebesar 5,0519 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana
variabel kebutuhan akan kebebasan memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 4,32, maka rata-rata jawaban responden pada variabel ini adalah setuju hingga
sangat setuju.
3. Efikasi Diri
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel efikasi diri memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4369 yang berada pada
interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan dengan hasil
pengujian hipotesis dimana variabel efikasi diri memiliki nilai Z sebesar 3,0583
yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga
didukung dengan jawaban responden dimana variabel efikasi diri memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,85, maka rata-rata jawaban responden pada variabel
ini adalah setuju.
4. Harga Diri
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel harga diri memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,2119 yang berada pada
interval 0,20 – 0,40, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah rendah. Nilai koefisien korelasi yang rendah sejalan dengan hasil
pengujian hipotesis dimana variabel harga diri memiliki nilai Z sebesar 1,4833
yang lebih kecil daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga
didukung dengan jawaban responden dimana variabel harga diri memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,24, maka rata-rata jawaban responden pada variabel
ini adalah kurang setuju.
5. Tantangan Pribadi
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel tantangan pribadi memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4189 yang berada
pada interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel tantangan pribadi memiliki nilai
Z sebesar 2,9323 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut
juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel tantangan pribadi memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,79, maka rata-rata jawaban responden
pada variabel ini adalah setuju.
6. Fleksibilitas
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel fleksibilitas memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,2693 yang berada pada
interval 0,20 – 0,40, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah rendah. Nilai koefisien korelasi yang rendah sejalan dengan hasil
pengujian hipotesis dimana variabel fleksibilitas memiliki nilai Z sebesar 1,8851
yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga
didukung dengan jawaban responden dimana variabel fleksibilitas memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,51, maka rata-rata jawaban responden pada variabel
ini adalah kurang setuju hingga setuju.
7. Inovasi dan Kreasi
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel inovasi dan kreasi memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,7115 yang berada
pada interval 0,70 – 0,90, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah tinggi. Nilai koefisien korelasi yang tinggi sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel inovasi dan kreasi memiliki nilai Z
sebesar 4,8905 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat
hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel inovasi dan kreasi
memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 4,29, maka rata-rata jawaban responden pada variabel ini adalah setuju hingga sangat setuju.
8. Pendapatan
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel pendapatan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4276 yang berada pada
interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan dengan hasil
pengujian hipotesis dimana variabel pendapatan memiliki nilai Z sebesar 2,9932
yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga
didukung dengan jawaban responden dimana variabel pendapatan memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,83, maka rata-rata jawaban responden pada variabel
ini adalah setuju.
5.1.3. Analisis Faktor Eksternal
Berikut ini adalah analisis dari setiap variabel pada faktor eksternal berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, pengujian hipotesis, serta bobot rata-
rata jawaban responden.
1. Dukungan Akademik
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel dukungan akademik memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4614 yang berada
pada interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel dukungan akademik memiliki nilai Z
sebesar 3,2298 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal
tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel dukungan akademik memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,71, maka rata-rata jawaban
responden pada variabel ini adalah kurang setuju hingga setuju.
2. Dukungan Sosial
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel dukungan sosial memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,5189 yang berada
pada interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel dukungan sosial memiliki nilai Z
sebesar 3,6386 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut
juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel dukungan sosial memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,77, maka rata-rata jawaban responden
pada variabel ini adalah setuju.
3. Lingkungan Keluarga
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel lingkungan keluarga memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,5637 yang berada
pada interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan
motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel lingkungan keluarga memiliki
nilai Z sebesar 3,9459 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal
tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel lingkungan keluarga memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,94, maka rata-rata jawaban
responden pada variabel ini adalah setuju.
4. Lingkungan Kerja
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel lingkungan kerja memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4217 yang berada
pada interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel lingkungan kerja memiliki nilai Z
sebesar 2,9519 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut
juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel lingkungan kerja memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,6, maka rata-rata jawaban responden
pada variabel ini adalah kurang setuju hingga setuju.
5. Kesiapan Instrumen
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel kesiapan instrumen memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,3122 yang berada
pada interval 0,20 – 0,40, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah rendah. Nilai koefisien korelasi yang rendah sejalan
dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel kesiapan instrumen memiliki nilai Z
sebesar 2,1854 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal
tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel kesiapan instrumen memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,56, maka rata-rata jawaban
responden pada variabel ini adalah kurang setuju hingga setuju.
6. Kesempatan dan Peluang
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel kesempatan dan peluang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,7317 yang
berada pada interval 0,70 – 0,90, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah tinggi. Nilai koefisien korelasi yang tinggi
sejalan dengan hasil pengujian hipotesis dimana variabel kesempatan dan peluang memiliki nilai Z
sebesar 5,1219 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis.
Hal tersebut juga didukung dengan jawaban responden dimana variabel kesempatan dan peluang memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 4,23, maka
rata-rata jawaban responden pada variabel ini adalah setuju.
7. Tokoh Panutan
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel tokoh panutan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,4891 yang berada pada
interval 0,40 – 0,70, maka kekuatan hubungan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis adalah sedang. Nilai koefisien korelasi yang sedang sejalan dengan hasil
pengujian hipotesis dimana variabel tokoh panutan memiliki nilai Z sebesar
3,4237 yang lebih besar daripada nilai Z
α
sebesar 1,645, maka terdapat hubungan signifikan antara variabel ini dengan motivasi berbisnis. Hal tersebut juga
didukung dengan jawaban responden dimana variabel tokoh panutan memiliki bobot rata-rata jawaban sebesar 3,73, maka rata-rata jawaban responden pada
variabel ini adalah kurang setuju hingga setuju.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pembahasan Karakteristik Responden
Pembahasan karakteristik responden dilakukan berdasarkan analisis karakteristik responden dibandingkan dengan data jumlah usaha di Kota Medan.
Data Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Kota Medan No.
Jenis Usaha Jumlah Usaha
1 Industri kecil Pedagang kecil, warung, kios
218.000 2
Industri jasa Makanan, minuman, pangkas, salon, bengkel, pengangkutanekspedisi
17.000 3
Industri kreatif Periklanan, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan
7.890 Total
242.890
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014
Pada penelitian ini digunakan sebanyak 50 sampel pengusaha sebagai responden yang berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Para pengusaha yang
menjadi responden ini adalah mereka yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnis tersebut telah berjalan minimal selama 5 tahun. Jika
dibandingkan dengan data UMKM Kota Medan di atas, berdasarkan jenis atau bidang usaha keseluruhan 50 sampel pengusaha yang digunakan termasuk
pengusaha dalam industri jasa dan industri kreatif dengan total jumlah usaha di Kota Medan sebanyak 24.890 usaha. Persentase sampel pengusaha yang diteliti
berdasarkan data tersebut adalah 0,2 dari total jumlah usaha dalam industri jasa dan industri kreatif.
Persentase sampel pengusaha yang diteliti berdasarkan data UMKM Kota Medan memang sangat kecil, namun data UMKM Kota Medan di atas tidak
mewakili karakteristik lain yang menjadi syarat utama dari keseluruhan 50 sampel pengusaha yang digunakan. Karakteristik tersebut adalah pengusaha yang
menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnis tersebut telah berjalan minimal selama 5 tahun. Oleh karena itu, persentase sampel pengusaha yang
diteliti sebesar 0,2 hanya sebatas mewakili jenis atau bidang usaha para responden.
5.2.2. Pembahasan Faktor Internal
Berikut ini adalah pembahasan dari setiap variabel pada faktor internal berdasarkan analisis karakteristik responden dan analisis variabel faktor internal.
1. Kebutuhan akan Prestasi
Pengusaha yang berusia cukup muda ketika memutuskan berbisnis menjadi sebagian responden dalam penelitian ini. Pengusaha yang berumur 26-30
tahun ini umumnya adalah mereka yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pengusaha, namun sebagian dari mereka juga ada yang sengaja
telah dipersiapkan oleh orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain untuk memasuki dunia bisnis. Para pengusaha muda dapat dikategorikan sebagai
individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi. Mereka pasti menempuh saat-saat dimana harus bekerja keras dalam merintis bisnisnya. Agar bisnisnya
tersebut dapat terus bertahan dari waktu ke waktu, para pengusaha ini harus melakukan yang terbaik pada pekerjaannya, terus berusaha memperbaiki hasil
pekerjaannya, dan selalu belajar dalam pekerjaan yang diberikan yang kepadanya. Pengusaha muda ini biasanya merintis bisnis kreatif yang sedang menjadi
tren di kalangan anak muda dan bisnis tersebut tidak membutuhkan modal yang terlalu besar. Beberapa bisnis semacam ini ada yang kemudian mati karena
perubahan tren yang cepat, namun sebagian lain dapat terus bertahan berkat kerja keras para pemiliknya. Dalam penelitian ini, hampir seluruh responden
memberikan jawaban setuju hingga sangat setuju pada variabel kebutuhan akan prestasi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kebutuhan akan prestasi adalah
salah satu motivasi utama ketika seorang pengusaha memutuskan untuk berbisnis.
2. Kebutuhan akan Kebebasan
Jenis kelamin seseorang terkadang masih dikaitkan dengan motivasi seseorang dalam memutuskan berbisnis. Hal ini tidak salah karena laki-laki
cenderung diposisikan sebagai pihak yang harus mencari nafkah dalam keluarga. Akan tetapi hal tersebut tidak berpengaruh dalam penelitian ini, karena
perbandingan antara pengusaha laki-laki dan pengusaha perempuan yang menjadi responden ternyata seimbang. Seorang perempuan juga ingin menjadi individu
yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri, termasuk dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya sendiri. Karena itu para pengusaha
perempuan dapat dikategorikan sebagai individu dengan kebutuhan akan