Etiologi dan Penularan Tuberkulosis Patogenesis Penyakit Tuberkulosis

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Etiologi dan Penularan Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit disebabkan basil M.TB. Basil ini merupakan bakteri aerob, tidak membentuk spora, pleomorfik, tidak bergerak, berbentuk batang dengan panjang 1 sampai 10 µm dan lebar 0.2 sampai 0.6 µm. Dinding sel basil tebal dengan struktur kompleks mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Lemak khusus pada dinding sel ini disebut asam lemak mikolat. Dinding tebal ini menyebabkan bakteri sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa, namun bila sudah dapat diwarnai sulit dihapus walaupun dengan zat asam atau alkohol, sehingga disebut sebagai basil tahan asam. 10,11 Anak terinfeksi setelah kontak dengan TB dewasa BTA positif. Penderita dengan BTA negatif biasanya kurang menularkan namun masih dapat menginfeksi anak terutama bila kontak yang sangat erat. 12 Kontak TB didefinisikan sebagai individu yang berisiko infeksi atau sakit TB akibat terpapar dengan penderita TB. Penularan TB dapat terjadi secara langsung melalui udara atau transmisi vertikal TB kongenital. Tuberkulosis biasanya Universitas Sumatera Utara mengenai paru namun dapat terjadi pada organ tubuh yang lain seperti susunan saraf, usus, ginjal dan tulang belakang. Peningkatan jumlah penderita TB pada saat ini diduga disebabkan 1,10,12 oleh berbagai hal, yaitu diagnosis tidak tepat, pengobatan kurang adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, infeksi endemik HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri self treatment, meningkatnya kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai. 5

2.2. Patogenesis Penyakit Tuberkulosis

Paru merupakan port d’entree lebih dari 98 kasus infeksi TB. Ukuran bakteri yang kecil 5 µm, menyebabkan kuman TB yang terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian penderita, basil TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh imunitas nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Namun pada sebagian kasus lainnya, respon imun spesifik tidak dapat menghancurkan seluruh kuman TB, sehingga kuman TB ini akan berkembang biak dalam makrofag alveolus dan menyebabkan makrofag lisis. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di paru yang disebut fokus primer Ghon. Dari fokus primer, basil TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regonal. Fokus primer Ghon yang terletak di lobus bawah atau tengah akan melibatkan kelenjar limfe regio parahilus, sedangkan fokus 9,11 Universitas Sumatera Utara primer di apeks paru akan melibatkan kelenjar paratrakeal . Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe limfangitis dan di kelenjar limfe limfadenitis. Gabungan antara fokus primer Ghon, limfangitis dan limfadenitis regional dinamakan kompleks primer primary complex. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB sampai terbentuk kompleks primer disebut masa inkubasi. Masa inkubasi TB berlangsung sekitar 2 sampai12 minggu, biasanya 4 sampai 8 minggu. 10,11 Setelah kompleks primer terbentuk, saat itu imunitas seluler juga terbentuk yang ditandai oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tuberkuloprotein ditandai dengan uji tuberkulin positif dan infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, saat sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB akan berhenti, namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, basil TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. 10,12

2.3. Faktor Risiko