gejala utama, sehingga  diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua data klinis dan penunjang yang mendukung diagnosis TB pada anak.
5,17
2.5. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein   MTB  yang mempunyai sifat antigenik yang  kuat
.
Uji  tuberkulin  merupakan  alat  diagnostik  TB  yang  sudah sangat lama dikenal, namun masih miliki nilai diagnostik yang tinggi pada anak
dengan sensitivitas di atas 90.
5,18
Terdapat  beberapa  teknik  melakukan  uji tuberkulin kulit yaitu: cara Mantoux, multiple puncture Heaf, cara Tine, cara
sacrification dan cara injector gun.  Uji tuberkulin secara Mantoux merupakan metode  standar  untuk  skrining  infeksi TB karena  memiliki  sensitivitas  dan
spesifitas yang lebih  baik.
5,18
Tuberkulin yang saat  ini  tersedia di Indonesia adalah PPD RT-23 2TU buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD S
5 TU buatan Biofarma. Reaksi uji tuberkulin merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV
delayed hypersensitivity. Masuknya protein TB saat injeksi akan menyebabkan sel T tersensitisasi dan menggerakkan limfosit ke lokasi
suntikan. Limfosit akan merangsang terbentuknya indurasi dan vasodilatasi lokal, edema, deposit fibrin dan penarikan sel inflamasi ke lokasi
suntikan.Terjadi pembengkakan atau edema lokal setelah 24 sampai 72 jam setelah penyuntikan.
17
18
Universitas Sumatera Utara
Uji  tuberkulin  cara  Mantoux  dilakukan  dengan  penyuntikan 0.1 ml tuberkulin PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU secara  intrakutan di bagian
sentral  volar lengan kiri bawah  ± 5 sampai 10 cm dari siku.
5,20
Pemberian di sebelah kanan dapat dilakukan jika tidak dapat dilakukan di volar kiri.
Penyuntikan dinyatakan benar apabila timbul benjolan kepucatan putih 6 sampai 10 mm setelah penyuntikan.
18
Jika benjolan yang terbentuk kurang dari 6 mm, maka dilakukan pengulangan  uji tuberkulin dengan jarak ± 5 cm
dari tempat awal. Pembacaan  dilakukan  setelah 48  sampai  72 jam penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi bukan hiperemieritemanya. Indurasi diperiksa  dengan  cara  palpasi  untuk  menentukan  tepi  indurasi, ditandai
dengan  pulpen, kemudian diameter transversal indurasi  diukur  dengan  alat pengukur  transparan  dengan satuan milimeter mm.  Jika tidak timbul
indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm
18-20
5,18-20
Gambar 2.1.Cara penyuntikan uji tuberkulin cara Mantoux.
19
Universitas Sumatera Utara
Secara  umum, hasil  uji  tuberkulin  dinyatakan  positif  jika  indurasi ≥ 10
mm, tanpa menghiraukan penyebabnya. Apabila diameter indurasi 0 sampai 4 mm dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5 sampai 9 mm dinyatakan
positif meragukan dan uji tuberkulin dapat diulang. Untuk menghindari efek booster  tuberkulin, ulangan dilakukan 2  minggu kemudian dengan
penyuntikan dilakukan di lokasi lain, minimal 2 cm dari tempat sebelumnya. Pada
keadaan tertentu, yaitu
tertekannya sistem
imun imunokompromais maka  cut off-point  hasil  positif yang digunakan  adalah
≥5  mm.  Keadaan  imunokompromais ini dapat dijumpai  pada  pasien  gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau  pasien yang
mendapat  imunosupresan  jangka  panjang ≥2  minggu.
17
12,17-19
Pada anak yang  mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif disertai BTA
positif juga dipakai batasan ≥ 5 mm.
Uji tuberkulin positif dapat di jumpai pada infeksi TB alamiah, imunisasi BacilleCalmette-Guerin  BCG  dan infeksi mikobakterium atipik. Sedangkan
uji tuberkulin negatif di jumpai pada keadaan tidak adanya infeksi TB, dalam masa inkubasi TB dan anergi. Anergi adalah keadaan penekanan sistem
imun sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin meskipun sudah terinfeksi TB. Keadaan yang menimbulkan anergi adalah gizi buruk,
keganasan, pamakaian steroid jangka panjang, sitostatika, penyakit morbili,
5,17
Universitas Sumatera Utara
pertusis, varicella, infeksi TB yang berat serta vaksinasi dengan vaksin hidup.
17
2.6. Hubungan Riwayat Kontak dengan Infeksi Tuberkulosis