Perbandingan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak serumah dengan tuberkulosis dewasa BTA positif dan negatif

(1)

TESIS

PERBANDINGAN DIAMETER INDURASI UJI MANTOUX PADA ANAK KONTAK SERUMAH DENGAN TUBERKULOSIS DEWASA

BTA POSITIF DAN NEGATIF

WARDAH 097103006 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Judul Tesis : Perbandingan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak serumah dengan tuberkulosis dewasa BTA positif dan negatif

Nama Mahasiswa : Wardah

Nomor Induk Mahasiswa : 097103006

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ridwan M. Daulay, SpA(K)

Anggota

Dr. Emil Azlin, MKed(Ped), SpA(K)

Ketua Program Magister Dekan

Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K) Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH


(3)

Tanggal lulus : 1 Oktober 2014

Tanggal lulus : 1 Oktober 2014 PERNYATAAN

PERBANDINGAN DIAMETER INDURASI UJI MANTOUX PADA ANAK KONTAK SERUMAH DENGAN TUBERKULOSIS DEWASA BTA

POSITIF DAN NEGATIF

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 1 Oktober 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) ……… Anggota: 1. Dr. Emil Azlin, MKed(Ped), SpA(K ……… 2. Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K) ……… 3. Dr. Tiangsa Sembiring, MKed(Ped), SpA(K) ……… 4. Dr. Yazid Dimyati, MKed(Ped), SpA(K) ………


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Ridwan M. Daulay, SpA(K) dan Dr. Emil Azlin, MKed(Ped), SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.


(6)

2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

3. Dr. Tiangsa Sembiring, MKed(Ped), SpA(K), Dr. Yazid Dimyati, MKed(Ped), SpA(K), Dr. Wisman Dalimunthe, MKed(Ped), SpA(K), Dr. Rini Savitri Daulay, MKed(Ped), SpA yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K), yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian ditempat praktek beliau sekaligus membimbing dan membantu saya dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Kepala Badan Kesehatan Paru Masyarakat beserta seluruh pegawai yang telah banyak membantu dalam penelitian saya.

7. Teman-teman yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Dermawan, Ira Silvia, Julia Fitriany, Afnita Lestary, Meiviliani, Syafrida Hiliya, Flora, Fathia Meirina, Arietaufansyah, Ridha Rahmalia, Hera, serta teman-teman


(7)

seangkatan lainnya. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya alm. Marzuki Abdullah dan Hj. Chairani serta mertua saya Mukhlis Abubakar, SE dan Herawati atas do’a serta dukungan moril kepada saya. Terima kasih yang sangat besar juga saya sampaikan kepada suamiku tercinta Farid, SE. MM, yang dengan segala pengertian dan bantuannya baik moril maupun materil membuat saya mampu menyelesaikan tesis ini. Begitu juga buat anak-anakku tersayang, Dhiya Nabila Athirah dan Muhammad Zahran Rafif yang selalu menjadi sumber kekuatan dan semangat bagi saya.

Akhir kata ,penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Juli 2014


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ii

Lembar Pernyataan iii

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Singkatan xii

Daftar Lambang xiii

Abstrak xiv Abstract xv BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etiologi dan Penularan Tuberkulosis 5

2.2. Patogenesis Tuberkulosis 6

2.3. Faktor Resiko 7

2.4. Gejala Klinis dan Diagnosis 8

2.5. Uji Tuberkulin 10 2.6. Hubungan Riwayat Kontak dengan Infeksi

Tuberkulosis 12 2.7 Diagnosis Tuberkulosis Dewasa 14

2.8. Kerangka Konseptual 16

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain 17

3.2. Tempat dan Waktu 17

3.3. Populasi dan Sampel 17

3.4. Perkiraan Besar Sampel 18


(9)

3.6. Persetujuan / Informed Consent 19

3.7. Etika Penelitian 20

3.8. Cara Kerja 20

3.9. Alur Penelitian 22

3.10. Identifikasi Variabel 22

3.11. Definisi Operasional 23

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 24

BAB 4. HASIL 25

BAB 5. DISKUSI 29

BAB 6. KESIMPULAN 33

RINGKASAN 34

SUMMARY 36

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

2. Rencana Anggaran 3. Jadwal Penelitian

4. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua 5. Persetujuan Setelah Penjelasan

6. Lembaran Pengisian Data 7. Persetujuan Komite Etik 8. Daftar Riwayat Hidup


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik dasar 26

Tabel 4.2 Perbedaan diameter indurasi uji Mantoux pada anak

anak kontak TB dewasa BTA positif dan negatif 27 Tabel 4.3 Perbedaan hasil uji Mantoux 27 Tabel 4.4 Hubungan hasil uji Mantoux pada anak kontak dengan

TB dewasa BTA positif dan negatif berdasarkan dengan kelompok usia, pendapatan keluarga dan ventilasi


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cara penyuntikan uji Mantoux 11

Gambar 2.2. Diagnosis TB pada dewasa 15

Gambar 2.3. Kerangka konseptual 16


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BB : berat badan

BCG : Bacillus Calmette Guerrin

BKPM : Balai Kesehatan Paru Masyarakat

BTA : Bakteri Tahan Asam

cm : centimeter

IK : interval kepercayaan

kg : kilogram

mm : millimeter

M.TB : Mycobacterium tuberculosis

n : jumlah sampel

OAT : obat anti tuberkulosis

OR : Odds Ratio

OT : old tuberculin

P : tingkat kemaknaan

PPD : purified protein derivative

Rp : Rupiah

SD : Standard Deviasi

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPS : sewaktu, pagi, sewaktu

TB : Tuberkulosis

TB : tinggi badan


(13)

UMK : Upah Minumum Kota WHO : World Health Organization

DAFTAR LAMBANG

α : kesalahan tipe I

β : kesalahan tipe II

Zα : deviat baku normal untuk α

Zβ : deviat baku normal untuk β

≥ : lebih besar atau sama dengan


(14)

ABSTRAK

Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab utama

kematian dan kesakitan di negara berkembang. Pada anak, sumber penularan TB adalah penderita TB paru dewasa dengan sputum Basil Tahan Asam (BTA) positif. Infeksi dan penyakit TB juga dapat terjadi pada anak yang kontak dengan penderita dewasa dengan sputum BTA negatif

Tujuan. untuk mengetahui perbedaan diameter indurasi uji tuberkulin cara

Mantoux pada anak dengan kontak BTA positif dan negatif serta untuk menilai perbedaan hasil uji Mantoux berhubungan dengan usia , pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada kedua kelompok.

Metode. Penelitian crossectional dilakukan di kota Medan pada bulan Januari sampai Maret 2014. Uji Mantoux dlakukan pada anak usia 3 bulan sampai 18 tahun yang kontak dengan penderita TB dewasa BTA positif dan negatif.

Hasil. Terdapat 106 anak menikuti penelitian ini, 54 anak kontak dengan

penderita TB BTA positif dan 52 anak kontak dengan penderita TB BTA negatif Terdapat perbedaan rerata hasil indurasi Mantoux test pada kedua kelompok dengan nilai P=0.001 (rerata diameter 10.9 (SD 6.55) mm dan 6.2 (SD 5.91) mm. Terdapat perbedaan hasil uji Mantoux pada anak yang kontak dengan penderita TB BTA positif dan negatif (P= 0.0001, OR 5.66, CI 2,36-13.59). Tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil uji Mantoux berhubungan dengan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada kedua kelompok.

Kesimpulan. Diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak derumah

dengan penderita TB dewasa BTA positif lebih besar dibandingkan anak kontak dengan TB dewasa BTA negatif.


(15)

ABSTRACT

Background. Tuberculosis (TB) is the leading cause of mortality and

morbidity in developing countries. In children, the source of TB transmission is adult pulmonary TB with positive sputum acid-fast bacilli (AFB). However, tuberculosis infection can also occur in children with household contact to adult negative AFB pulmonary TB.

Objective. To compare tuberculin test induration in chidren with household

contact to positive and negative AFB adult pulmonary TB and to assess difference of Mantoux test result associated with age, family income and home ventilation in both group.

Methods. A cross-sectional study was conducted from January to March

2014. Mantoux test was performed in children aged three months until 18 years with household contact to positive and negative adult pulmonary TB.

Results. Total 106 children was admitted in the study, 54 children contact

with adult positive AFB and 52 children contact with negative AFB pulmonary TB. There was difference in the mean diameter Mantoux test results in both group with P value=0.001 (Mean diameter 10.9 (SD 6.55) mm and 6.2 (SD 5.91) mm. There was different results of the Mantoux test in children in contact with positive and negative AFB (P 0.0001, OR 5.66, CI 2.36-13.59). There was no significant difference of Mantoux test result associated with age, family income and home ventilation in both group.

Conclusion. Mean diameter of Mantoux test in children household contact to

positive AFB were greater than children household contact to negative AFB adult pulmonary TB.


(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab utama

kematian dan kesakitan di negara berkembang. Pada anak, sumber penularan TB adalah penderita TB paru dewasa dengan sputum Basil Tahan Asam (BTA) positif. Infeksi dan penyakit TB juga dapat terjadi pada anak yang kontak dengan penderita dewasa dengan sputum BTA negatif

Tujuan. untuk mengetahui perbedaan diameter indurasi uji tuberkulin cara

Mantoux pada anak dengan kontak BTA positif dan negatif serta untuk menilai perbedaan hasil uji Mantoux berhubungan dengan usia , pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada kedua kelompok.

Metode. Penelitian crossectional dilakukan di kota Medan pada bulan Januari sampai Maret 2014. Uji Mantoux dlakukan pada anak usia 3 bulan sampai 18 tahun yang kontak dengan penderita TB dewasa BTA positif dan negatif.

Hasil. Terdapat 106 anak menikuti penelitian ini, 54 anak kontak dengan

penderita TB BTA positif dan 52 anak kontak dengan penderita TB BTA negatif Terdapat perbedaan rerata hasil indurasi Mantoux test pada kedua kelompok dengan nilai P=0.001 (rerata diameter 10.9 (SD 6.55) mm dan 6.2 (SD 5.91) mm. Terdapat perbedaan hasil uji Mantoux pada anak yang kontak dengan penderita TB BTA positif dan negatif (P= 0.0001, OR 5.66, CI 2,36-13.59). Tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil uji Mantoux berhubungan dengan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada kedua kelompok.

Kesimpulan. Diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak derumah

dengan penderita TB dewasa BTA positif lebih besar dibandingkan anak kontak dengan TB dewasa BTA negatif.


(17)

ABSTRACT

Background. Tuberculosis (TB) is the leading cause of mortality and

morbidity in developing countries. In children, the source of TB transmission is adult pulmonary TB with positive sputum acid-fast bacilli (AFB). However, tuberculosis infection can also occur in children with household contact to adult negative AFB pulmonary TB.

Objective. To compare tuberculin test induration in chidren with household

contact to positive and negative AFB adult pulmonary TB and to assess difference of Mantoux test result associated with age, family income and home ventilation in both group.

Methods. A cross-sectional study was conducted from January to March

2014. Mantoux test was performed in children aged three months until 18 years with household contact to positive and negative adult pulmonary TB.

Results. Total 106 children was admitted in the study, 54 children contact

with adult positive AFB and 52 children contact with negative AFB pulmonary TB. There was difference in the mean diameter Mantoux test results in both group with P value=0.001 (Mean diameter 10.9 (SD 6.55) mm and 6.2 (SD 5.91) mm. There was different results of the Mantoux test in children in contact with positive and negative AFB (P 0.0001, OR 5.66, CI 2.36-13.59). There was no significant difference of Mantoux test result associated with age, family income and home ventilation in both group.

Conclusion. Mean diameter of Mantoux test in children household contact to

positive AFB were greater than children household contact to negative AFB adult pulmonary TB.


(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil Mycobacterium tuberculosis (M.TB) dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan di negara berkembang.1 Tuberkulosis menduduki peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian dari penyakit menular di seluruh dunia. Terdapat 9 juta penderita TB di seluruh dunia pada tahun 2011 dan menyebabkan 1.4 juta kematian. Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Cina dan Afrika Selatan sebagai negara penyumbang insidens TB terbanyak di seluruh dunia.

Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 289 per 100 000 dengan insidens TB sebesar 189 per 100 000 penduduk dan angka kematian sebesar 27 per 100 000 penduduk.

2

3 Penderita TB baru di Indonesia selama

tahun 2011 sebanyak 316 562 dan 18 553 kasus terdapat di Sumatera Utara.4 Proporsi TB anak di Indonesia sebesar 9% dari kasus TB dewasa dan proporsi TB anak di Sumatera Utara berkisar 2%.

Beberapa faktor risiko yang mempermudah infeksi TB anak antara lain; kontak dengan TB dewasa, daerah endemis TB, kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat.

3


(19)

dengan TB dewasa lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Risiko makin meningkat bila kontak dengan TB dewasa dengan sputum mengandung basil tahan asam (BTA) positif.6,7 Infeksi dan sakit TB juga dapat terjadi pada anak yang kontak dengan penderita TB dewasa dengan BTA negatif. Infeksi TB pada anak terjadi 26% pada anak yang kontak dengan penderita TB dewasa BTA negatif.

Uji tuberkulin digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi MTB, mempunyai nilai diagnostik tinggi pada anak, dengan sensitivitas lebih dari 90%.

8

5 Hasil indurasi uji tuberkulin lebih besar didapatkan pada anak kontak

TB dewasa BTA positif yang berkaitan dengan infeksi TB aktif.9

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah :

- Apakah terdapat perbedaan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif?

- Apakah terdapat perbedaan hasil uji Mantoux berdasarkan usia, ventilasi rumah pada anak kontak serumah denganTB dewasa BTA positif dan negatif?


(20)

- Terdapat perbedaan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak serumah denganTB dewasa BTA positif dan negatif

- Terdapat perbedaan hasil uji Mantoux berdasarkan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan diameter hasil uji Mantoux pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil uji Mantoux pada anak dengan kontak serumah denganTB dewasa BTA positif dan negatif.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil uji Mantoux berdasarkan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif.

1.5. Manfaat

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan riwayat kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif dengan terjadinya infeksi TB pada anak


(21)

2. Di bidang pelayanan masyarakat: untuk mengetahui adanya infeksi TB pada anak kontak serumah dengan TB dewasa dan menurunkan prevalensi infeksi TB pada anak dengan pemberian obat profilaksis primer.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah mengenai terjadinya infeksi TB pada anak dengan kontak erat (serumah) dengan penderita TB dewasa BTA positif maupun BTA negatif.


(22)

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Etiologi dan Penularan Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit disebabkan basil M.TB. Basil ini merupakan bakteri aerob, tidak membentuk spora, pleomorfik, tidak bergerak, berbentuk batang dengan panjang 1 sampai 10 µm dan lebar 0.2 sampai 0.6 µm. Dinding sel basil tebal dengan struktur kompleks mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Lemak khusus pada dinding sel ini disebut asam lemak mikolat. Dinding tebal ini menyebabkan bakteri sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa, namun bila sudah dapat diwarnai sulit dihapus walaupun dengan zat asam atau alkohol, sehingga disebut sebagai basil tahan asam.10,11

Anak terinfeksi setelah kontak dengan TB dewasa BTA positif. Penderita dengan BTA negatif biasanya kurang menularkan namun masih dapat menginfeksi anak terutama bila kontak yang sangat erat.12 Kontak TB didefinisikan sebagai individu yang berisiko infeksi atau sakit TB akibat terpapar dengan penderita TB. Penularan TB dapat terjadi secara langsung melalui udara atau transmisi vertikal (TB kongenital). Tuberkulosis biasanya


(23)

mengenai paru namun dapat terjadi pada organ tubuh yang lain seperti susunan saraf, usus, ginjal dan tulang belakang.

Peningkatan jumlah penderita TB pada saat ini diduga disebabkan

1,10,12

oleh berbagai hal, yaitu diagnosis tidak tepat, pengobatan kurang adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, infeksi endemik HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri (self treatment), meningkatnya kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.5

2.2. Patogenesis Penyakit Tuberkulosis

Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Ukuran bakteri yang kecil (< 5 µm), menyebabkan kuman TB yang terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian penderita, basil TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh imunitas nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Namun pada sebagian kasus lainnya, respon imun spesifik tidak dapat menghancurkan seluruh kuman TB, sehingga kuman TB ini akan berkembang biak dalam makrofag alveolus dan menyebabkan makrofag lisis. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di paru yang disebut fokus primer Ghon.

Dari fokus primer, basil TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regonal. Fokus primer Ghon yang terletak di lobus bawah atau tengah akan melibatkan kelenjar limfe regio parahilus, sedangkan fokus


(24)

primer di apeks paru akan melibatkan kelenjar paratrakeal. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis). Gabungan antara fokus primer Ghon, limfangitis dan limfadenitis regional dinamakan kompleks primer (primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB sampai terbentuk kompleks primer disebut masa inkubasi. Masa inkubasi TB berlangsung sekitar 2 sampai12 minggu, biasanya 4 sampai 8 minggu.10,11

Setelah kompleks primer terbentuk, saat itu imunitas seluler juga terbentuk yang ditandai oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tuberkuloprotein ditandai dengan uji tuberkulin positif dan infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, saat sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB akan berhenti, namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, basil TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.10,12

2.3. Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun TB anak. Infeksi TB dan sakit TB memiliki definisi dan penanganan yang berbeda. Infeksi TB apabila dijumpai uji tuberkulin positif, menandakan


(25)

terbentuknya imunitas seluler tubuh terhadap MTB tanpa ada kelainan klinis, laboratorium dan radiologis. Sakit TB apabila di jumpai uji tuberkulin positif disertai dengan manifestasi klinis,kelainan laboratorium dan radiologis.

2.3.1 Faktor Risiko Infeksi

5,13,14

Kejadian infeksi TB tidak sama pada semua kelompok umur. Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Risiko infeksi juga meningkat pada anak-anak dengan penderita dewasa dengan BTA positif. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal yaitu kepadatan penghuni dan ventilasi rumah, dan perokok pasif.7,15

2.3.2 Faktor Risiko Sakit TB

Risiko sakit TB anak dipengaruhi oleh usia anak, usia kurang dari 5 tahun terinfeksi TB memiliki risiko lebih besar untuk mengalami progresi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna. Selain itu, juga dipengaruhi oleh konversi uji tuberkulin dalam satu tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromais, kepadatan hunian dan virulensi M.TB.5

2.4 Gejala Klinis dan Diagnosis TB

Patogenesis TB sangat kompleks sehingga manifestasi kllinik TB sangat bervariasi. Manifestasi klinis TB dapat berupa manifestasi sistemik dan lokal.


(26)

sistemik tidak spesifik, anak dapat tanpa gejala apapun selama fase awal penyakit.17 Manifestasi sistemik berupa berat badan turun tanpa penyebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat, nafsu makan tidak ada dengan gagal tumbuh, demam lama (lebih dari 2 minggu) dan atau berulang tanpa penyebab jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisialis dan tidak nyeri tekan, batuk lama lebih dari 3 minggu dan sebab lain telah disingkirkan, lesu dan malaise. Manifestasi lokal yang terjadi sesuai organ yang terkena misalnya kulit, tulang belakang dan susunan saraf.

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M.TB pada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura dan biopsi jaringan. Pada anak, sulit untuk mendapatkan spesimen diagnostik yang representatif dan berkualitas baik, sekalipun spesimen dapat diperoleh, MTB jarang ditemukan pada sediaan langsung maupun kultur. Kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh dua hal, yaitu sulitnya pengambilan sputum dan jumlah kuman yang sedikit (paucibacillary).

5,13,17

10,17

Oleh karena itu, uji tuberkulin memegang peranan penting untuk membantu penegakan diagnosis TB pada anak, dimana hasil uji tuberkulin positif menandakan seseorang telah terinfeksi oleh MTB.5,16,17

Sulitnya diagnosis TB anak menyebabkan misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan


(27)

gejala utama, sehingga diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua data klinis dan penunjang yang mendukung diagnosis TB pada anak.5,17

2.5. Uji Tuberkulin

Tuberkulin adalah komponen protein MTB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat. Uji tuberkulin merupakan alat diagnostik TB yang sudah sangat

lama dikenal, namun masih miliki nilai diagnostik yang tinggi pada anak dengan sensitivitas di atas 90%.5,18 Terdapat beberapa teknik melakukan uji tuberkulin kulit yaitu: cara Mantoux, multiple puncture (Heaf), cara Tine, cara sacrification dan cara injector gun. Uji tuberkulin secara Mantoux merupakan metode standar untuk skrining infeksi TB karena memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik.5,18 Tuberkulin yang saat ini tersedia di Indonesia adalah PPD RT-23 2TU buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD S 5 TU buatan Biofarma.

Reaksi uji tuberkulin merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (delayed hypersensitivity). Masuknya protein TB saat injeksi akan menyebabkan sel T tersensitisasi dan menggerakkan limfosit ke lokasi suntikan. Limfosit akan merangsang terbentuknya indurasi dan vasodilatasi lokal, edema, deposit fibrin dan penarikan sel inflamasi ke lokasi suntikan.Terjadi pembengkakan atau edema lokal setelah 24 sampai 72 jam setelah penyuntikan.

17


(28)

Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan penyuntikan 0.1 ml tuberkulin PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU secara intrakutan di bagian sentral volar lengan kiri bawah ( ± 5 sampai 10 cm dari siku).5,20 Pemberian di sebelah kanan dapat dilakukan jika tidak dapat dilakukan di volar kiri. Penyuntikan dinyatakan benar apabila timbul benjolan kepucatan (putih) 6 sampai 10 mm setelah penyuntikan.18 Jika benjolan yang terbentuk kurang dari 6 mm, maka dilakukan pengulangan uji tuberkulin dengan jarak ± 5 cm dari tempat awal.

Pembacaan dilakukan setelah 48 sampai 72 jam penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi bukan hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat pengukur transparan dengan satuan milimeter (mm). Jika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm

18-20

5,18-20


(29)

Secara umum, hasil uji tuberkulin dinyatakan positif jika indurasi ≥ 10 mm, tanpa menghiraukan penyebabnya. Apabila diameter indurasi 0 sampai 4 mm dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5 sampai 9 mm dinyatakan positif meragukan dan uji tuberkulin dapat diulang. Untuk menghindari efek booster tuberkulin, ulangan dilakukan 2 minggu kemudian dengan penyuntikan dilakukan di lokasi lain, minimal 2 cm dari tempat sebelumnya.

Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun (imunokompromais) maka cut off-point hasil positif yang digunakan adalah

≥5 mm. Keadaan imunokompromais ini dapat dijumpai pada pasien gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau pasien yang mendapat imunosupresan jangka panjang (≥2 minggu).

17

12,17-19 Pada anak

yang mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif disertai BTA positif juga dipakai batasan ≥ 5 mm.

Uji tuberkulin positif dapat di jumpai pada infeksi TB alamiah, imunisasi BacilleCalmette-Guerin (BCG) dan infeksi mikobakterium atipik. Sedangkan uji tuberkulin negatif di jumpai pada keadaan tidak adanya infeksi TB, dalam masa inkubasi TB dan anergi. Anergi adalah keadaan penekanan sistem imun sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin meskipun sudah terinfeksi TB. Keadaan yang menimbulkan anergi adalah gizi buruk, keganasan, pamakaian steroid jangka panjang, sitostatika, penyakit morbili,


(30)

pertusis, varicella, infeksi TB yang berat serta vaksinasi dengan vaksin hidup.17

2.6. Hubungan Riwayat Kontak dengan Infeksi Tuberkulosis

Contact tracing pada anak dilakukan dengan dua cara yaitu: melakukan pemeriksaan pada anak dengan kontak TB dewasa (penemuan kasus aktif) dan pemeriksaan anak dengan gejala klinis yang mendukung diagnosis TB (penemuan kasus pasif). Kedua cara ini sangat penting, pada penemuan kasus aktif, dilakukan penilaian pada anak untuk mencegah TB anak. Pada penemuan kasus pasif, maka dicari kontak sumber TB dewasa sehingga mencegah penyebaran lebih lanjut.12 Skrining dan penanganan anak kontak dengan TB dewasa berguna untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas TB.

Kontak dengan TB dewasa BTA positif merupakan faktor risiko utama terjadinya infeksi TB pada anak. Faktor risiko lain berupa usia, ras, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, status gizi, suku, kepadatan rumah dan ventilasi, merokok dan riwayat imunisasi.

21

8,15,22-24 Namun penelitian lain

menunjukkan bahwa anak dapat terinfeksi TB melalui lingkungan selain lingkungan rumah, terutama pada daerah dengan insiden TB yang tinggi (endemis TB).25


(31)

Diameter uji tuberkulin tidak mengukur imunitas TB hanya menilai derajat hipersensitivitas terhadap tuberkulin. Tidak terdapat hubungan antara ukuran indurasi dan kemungkinan terjadinya penyakit TB namun ukuran indurasi berhubungan dengan risiko penyakit TB di masa depan.18 Ukuran diameter uji tuberkulin akan semakin membesar sesuai dengan bertambahnya jumlah penghuni rumah (kepadatan rumah).

Suatu penelitian menunjukkan bahwa diameter uji tuberkulin lebih besar pada anak kontak dengan TB BTA positif yang berkaitan dengan infeksi TB aktif dan diagnosis TB pada kontak.

26

9 Penelitian lainnya

menunjukkan bahwa terdapat infeksi TB pada anak meskipun kontak dengan penderia TB dewasa BTA negatif.8

2.7 Diagnosis pada penderita Tuberkulosis dewasa

Pada penderita TB dewasa, diagnosis ditegakkan dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sewaktu, pagi dan sewaktu (SPS). Bila tidak dijumpai BTA, namun foto toraks menunjukkan gambaran TB dikatakan sebagai TB BTA negatif. Klasifikasi TB dewasa berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis, yaitu27,28

1. Tuberkulosis paru BTA positif.


(32)

− Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, atau

− 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis, atau

− 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

2.Tuberkulosis paru BTA negatif

Penderita tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

− Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

− Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

− Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

− Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan TB. Alur diagnosis TB dewasa di Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.28


(33)

(+) (-) (+) (-)

(-)

Gejala klinis (+) Pemeriksaan fisik Foto toraks Dahak BTA Meragukan *pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan dan fasilitas (induksi dahak, bronkoskopi, biopsi dan lainnya) atau terapi

eksjuvantib untuk TB Penyakit paru lain TB paru

BTA (+)

TB paru BTA (-)

Evaluasi foto toraks 1- 2 bulan Foto lama

tidak ada Foto lama

ada Bukan TB Perbaikan Perburukan TB paru Bekas TB Perburukan Menetap TB paru


(34)

TB: Tuberkulosis, BTA: Basil tahan asam

2.8. Kerangka konseptual

: yang diamati dalam penelitian - Usia

- Status imunologis (Daya tahan tubuh)

Kontakdenganpenderita TB dewasa Merangsang imunitas

seluler

Infeksi TB Pembentukan imunitas

seluler

Masuk ke dalam

Mycobacterium tuberculosis

BTA positif

Sakit TB

BTA negatif Uji tuberkulin

positif

Ventilasi rumah Pendapatan keluarga


(35)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini adalah penelitian cross sectional untuk menilai perbedaan indurasi uji tuberkulin dengan cara Mantoux pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu tempat praktek swasta dokter spesialis paru dewasa di jalan Jemadi no.8 Pulo Brayan Darat dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Dinas Kesehatan Sumatera Utara di jalan Asrama no.18 Simpang Gaperta Medan sejak bulan Januari sampai Maret 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak-anak usia 3 bulan sampai 18 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB dewasa. Populasi terjangkau adalah anak-anak usia 3 bulan sampai 18 tahun yang serumah dengan penderita TB


(36)

dewasa yang datang berobat ke praktek swasta dokter paru dewasa dan BKPM kota Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen29

n

yaitu: = (Zα √2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2 )

(P

2

1 – P2)

α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

2

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Zβ = 0,842

P1 = proporsi Mantoux tes positif pada kontak BTA negatif = 0,26

Q

8

1 = 1 – P1

P

= 0,74

2 =

proporsi yang diharapkan sebesar 20%) = 0,06

proporsi Mantoux tes negatif pada kontak BTA negatif (perbedaan

Q2 = 1 – P2

P = ½ (P

= 0,94

1+P2

Q = 1 – P = 0,84 ) = 0,16

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel minimal sebanyak 52 orang pada tiap kelompok.


(37)

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

Anak usia 3 bulan sampai 18 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB dewasa minimal selama 3 bulan.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid jangka lama, obat sitostastika, dan obat lain yang bersifat imunosupresi.

2. Anak menderita campak, gondongan (mumps), tipus abdominalis, penyakit keganasan, gizi buruk dan kondisi lain yang mempengaruhi status imunitas.

3. Anak yang mendapat imunisasi polio oral dan campak atau vaksin hidup dalam 6 minggu terakhir.

4. Telah dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux dalam kurun waktu 2 minggu terakhir.

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan mengenai kondisi anak yang rentan terhadap infeksi


(38)

TB, pemeriksaan yang akan dilakukan serta manfaat yang diperoleh dari penelitian. Formulir persetujuan setelah penjelasan (PSP) dan naskah penjelasan kepada orang tua terdapat pada lampiran.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja

1. Penderita TB dewasa diperoleh berdasarkan data dari praktek swasta dokter paru dewasa dan BKPM. Anak yang tinggal serumah dari penderita TB yang berusia 3 bulan sampai 18 tahun dijadikan subjek penelitian setelah diberi penjelasan mengenai penelitian dan diminta persetujuan orang tua agar anaknya dapat dimasukkan sebagai sampel penelitian.

2. Karakteristik dasar dan informasi mengenai subjek diperoleh dengan wawancara orang tua dan pengisian formulir data. Status nutrisi dihitung dengan teknik antropometri standar berdasarkan kurva WHO pada anak usia kurang dari 5 tahun dan memakai CDC NCHS pada anak berusia lebih dari 5 tahun.

3. Subjek dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan riwayat kontak yaitu kelompok TB dewasa BTA positif dan negatif.


(39)

4. Dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux oleh peneliti terhadap semua subjek, dengan menggunakan PPD RT-23 2TU buatan Biofarma Bandung dengan dosis 0.1 ml. Penyuntikan dilakukan secara intrakutan di bagian volar sentral lengan kiri bawah dengan memakai jarum suntik no 27.

5. Hasil uji Mantoux dibaca setelah 48-72 jam oleh peneliti sendiri. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, kemudian tepi kanan dan kiri indurasi ditandai dengan pulpen. Diukur diameter transversal terpanjang dengan menggunakan penggaris transparan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan millimeter, jika tidak timbul indurasi dilaporkan sebagai indurasi 0 mm. Bila timbul bula atau vesikel dianggap sebagai positif dan dilakukan pencatatan.

Daerah tempat suntikan dibersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi air bersih, kemudian penyuntikan dilakukan secara perlahan. Setelah posisi jarum suntik tepat intrakutan, posisi jarum dibuat sejajar dengan permukaan kulit dan sedikit didorong. Apabila suntikan benar, maka akan timbul indurasi yang berwarna kepucatan (putih) dengan diameter 6 sampai 10 mm.

6. Dilakukan penilaian ventilasi rumah oleh peneliti

7. Pada semua anak yang dilakukan uji Mantoux diberikan profilaksis yaitu isoniazid 5 mg/kgBB.


(40)

3.9. Alur Penelitian

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas Skala

Kontak TB Nominal dikotom Penderita TB dewasa

BTA (+) BTA (-)

Kontak dengan anak usia 3 bulan-18 tahun

Dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux

Negatif Positif

Dinilai indurasi setelah 48 - 72 jam

Kontak dengan anak usia 3 bulan-18 tahun

Dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux

Dinilai indurasi setelah 48 - 72 jam

Negatif Positif

Ukuran indurasi

Ukuran indurasi


(41)

Ventilasi rumah Nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

Ukuran indurasi uji Mantoux Numerik

Hasil uji Mantoux Nominal dikotom

3.11. Definisi Operasional

1. Riwayat kontak adalah kontak serumah dengan penderita TB dewasa selama minimal 3 bulan.

2. Tuberkulosis BTA positif adalah TB dewasa dengan hasil pemeriksaan BTA sputum didapati M.TB sebanyak tiga kali pemeriksaan.

6

27,28

3. Tuberkulosis BTA negatif adalah penderita TB dewasa dengan hasil pemeriksaan BTA sputum tidak dijumpai M.TB, foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika selain OAT, tidak diberikan antibiotika golongan fluorokuinolon dan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan OAT.

Pada penelitian ini data tersebut diperoleh dari data rekam medik setempat.

27,28 Pada penelitian ini data tersebut diperoleh dari


(42)

4. Pendapatan keluarga adalah pendapatan orang tua per bulan. Pendapatan keluargan dibagi berdasarkan pada upah minimum kota Medan. Nilai UMK Medan tahun 2013 sebesar Rp. 1.851.500,-.

5. Ventilasi rumah adalah penilaian ventilasi rumah yang dinilai dengan

30

membandingkan luas lubang ventilasi permanen dibandingkan dengan luas lantai rumah. Dinyatakan baik jika rumah mempunyai luas ventilasi ≥ lebih dari 10% dari luas lantai rumah dan dinyatakan tidak baik jika ventilasi rumah <10% luas lantai rumah.

6. Ukuran indurasi adalah hasil pengukuran indurasi uji Mantoux. Pengukuran diameter dilakukan secara tranversal. Penilaian diukur dalam milimeter.

31

7. Hasil uji Mantoux dikatakan positif jika

5,18

5

a. Diameter indurasi transversal ≥ 10 mm. :

b. Untuk anak umur ≤ 5 tahun yang telah diimunisasi BCG dikatakan positif jika diameter indurasi ≥ 15 mm.

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul akan diolah, dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Untuk melihat hubungan antara riwayat kontak TB dengan hasil uji Mantoux digunakan uji chi-square. Penilaian perbedaan ukuran diameter hasil uji Mantoux pada kedua kelompok dilakukan dengan


(43)

uji t-independent bila distribusi data normal dan uji Mann-Whitney bila distribusi data tidak normal. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak dengan Interval Kepercayaan (IK) 95% dan tingkat kemaknaan P<0,05.


(44)

BAB 4. HASIL

Pada penelitian ini terdapat 67 orang dewasa dengan diagnosis TB, 33 orang dewasa dengan TB BTA positif dan 34 orang dengan BTA negatif. Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok anak dengan kontak penderita TB dewasa BTA positif dan negatif terdapat pada tabel 4.1. Rerata umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan kelompok yang kontak dengan penderita TB dewasa BTA positif dan negatif tidak jauh berbeda. Pendidikan terakhir ayah dan ibu pada kedua kelompok mayoritas adalah SLTA dengan pekerjaan orangtua terbanyak adalah wiraswasta. Pendapatan keluarga pada kedua kelompok sebesar 64.8% dan 57.7% berada di bawah UMK. Ayah merupakan kontak terbanyak pada kelompok dengan kontak penderita TB BTA positif sedangkan pada kelompok kontak dengan penderita TB BTA negatif proporsi kontak dengan ayah dan ibu sama besar yaitu 42,3%. Tidak ditemukan perbedaan karakeristik yang signifikan pada kedua kelompok.


(45)

Tabel 4.1. Karakteristik dasar

Karakteristik Kontak TB BTA positif (n=54)

Kontak TB BTA negatif (n=52)

Umur, rerata(SD), tahun Kelompok umur, n(%) ≤5 tahun

>5 tahun Jenis kelamin, n(%) Laki-laki Perempuan

Berat badan, rerata (SD), kg Panjang badan, rerata (SD), cm Status Gizi (%)

Kurang Normoweight Overweight Pendidikan ayah, n(%) SD

SLTP SLTA D3/S1

Pendidikan Ibu, n(%) SD

SLTP SLTA D3/S1

Pendapatan keluarga, n(%) Di bawah UMK

Di atas UMK Ventilasi rumah, n (%) Tidak baik Baik Kontak, n(%) Ayah Ibu Saudara kandung Kakek/nenek Paman/bibi

Jumlah serumah, rerata (SD)

9.4(4.10) 10(18.5) 44(81.5) 23 (42.6) 31 (57.4) 27.5 (11.93) 127.5 (24.43) 19(35.2) 33(61.1) 2(3.7) 4(7.5) 6(11.3) 31(58.5) 12(22.7) 2(3.7) 13(24.1) 36(66.,7) 3(5.5) 35(64.8) 19(35.2) 27(50.0) 27(50.0) 26(48.1) 18(33.3) 3(5.6) 5(9.3) 2(3.7) 5.1(1.35) 8.0(4.22) 15(28.9) 37(71.1) 28(53.8) 24(46.2) 24.5(12.21) 119.6(24.16) 16(30.8) 34(65.4) 2(3.8) 1(2.0) 9(18.4) 28(57.1) 11(22.4) 4(7.7) 10(19.2) 30 (57.7) 8(15.4) 26(50.0) 26(50.0) 22(42,3) 30(57.7) 22(42.3) 22(42.3) 2(3.8) 6(11.5) 0 4.5 (1.03)

Ukuran diameter uji Mantoux berkisar 0 sampai 25 mm pada anak yang kontak dengan penderita TB BTA positif dan 0 sampai 27 mm pada anak yang kontak dengan penderita TB BTA negatif. Distribusi data pada


(46)

melainkan uji Mann-Whitney. Tabel 4.2 menunjukkan rerata diameter uji Mantoux pada kedua kelompok. Rerata diameter uji Mantoux pada anak kontak TB BTA positif berbeda dengan anak kontak TB BTA negatif dengan nilai P =0.0001.

Tabel 4.2. Perbedaan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak TB BTA positif dan negatif

N Rerata

(SD)

P Beda

rerata

IK 95% Diameter uji Mantoux, mm

Kontak TB BTA (+) Kontak TB BTA (-)

54 52

10.9(6.55) 6.2(5.91)

0.001a 4.84 2.45-7.24

Uji Mantoux posiif ditemukan pada 31 (57.5%) anak dengan kontak TB BTA positif. Pada anak kontak TB BTA negatif sebanyak 10 (19.2%) anak dengan hasil uji Mantoux negatif dan 42 (80.8%) anak dengan hasil uji Mantoux positif. Hasil analisis menggunakan uji chi square (tabel 4.3) ditemukan perbedaan hasil uji Mantoux yang signifikan dari dua kelompok (P=0,0001).

a: Uji Mann-Whitney

Tabel 4.3. Perbedaan hasil uji Mantoux

Hasil uji Mantoux P OR lK 95%

Positif Negatif

Kontak TB, n(%) BTA positif BTA negatif 31(57.4) 10(19.2) 23(42.6) 42(80.8)


(47)

Tabel 4.4 menunjukkan hubungan antara hasil uji Mantoux pada anak kontak TB BTA positif dan negatif dengan kelompok usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah. Usia, ventilasi rumah dan pendapatan keluarga tidak berhubungan dengan hasil uji Mantoux pada kelompok anak yang kontak dengan penderita TB BTA positif demikian juga pada anak kontak TB BTA negatif.

Tabel 4.4. Hubungan hasil uji Mantoux pada anak kontak TB BTA positif dan negatif berdasarkan kelompok usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah

Kontak TB BTA positif Kontak TB BTA negatif

Uji Mantoux (+) (n=31) Uji Mantoux (-) (n=23)

P OR

lK95% Uji Mantoux (+) (n=10) Uji Mantoux (-) (n=42)

P OR

lK95% Usia, n(%) ≤5 tahun >5 tahun Pendapatan keluarga, n(%) Di bawah UMK Di atas UMK Ventilasi rumah, n(%) Tidak baik Baik 4(12.9) 27(87.1) 22(71.0) 9(29.0) 15(48.4) 16(51.6) 6(26.1) 17(73.9) 13(56.5) 10(43.5) 12(52.2) 11(47.8) 0,297 0.272 0.783 0.42 (0.10-1.71) 1.88 (0.61-5.83) 0.86 (0.29-2.53) 2(20.0) 8(80.0) 7(70.0) 3(30.0) 5(50.0) 5(50.0) 13(31.0) 29(69.0) 21(50.0) 21(50.0) 17(40.5) 25(59.5) 0,704 0.291 0.725 0.56 (0.10-2.99) 2.83 (0.64-12.44) 1,47 (0.37-5.87)


(48)

BAB 5. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini rerata ukuran diameter uji Mantoux lebih besar pada anak kontak dengan TB BTA positif. Hal ini sesuai dengan penelitian di Spanyol yang menunjukkan bahwa diameter uji tuberkulin lebih besar pada anak kontak dengan penderita TB dewasa BTA positif dan diagnosis TB pada kontak.9 Diameter uji tuberkulin lebih besar berkaitan dengan jumlah sumber kontak, semakin banyak sumber kontak semakin besar diameter uji tuberkulin.26

Kontak dengan penderita TB dewasa merupakan faktor risiko infeksi TB pada anak. Penelitian di Laos melaporkan risiko terjadinya infeksi TB pada anak yang kontak dengan penderita TB lebih besar pada anak yang kontak dengan penderita TB dengan BTA positif.

Pada penelitian ini sumber kontak hanya satu orang baik pada TB BTA positif maupun negatif.

33 Penelitian di Turki juga

menunjukkan risiko infeksi TB pada anak paling tinggi pada anak kontak dengan BTA positif dan gambaran kavitas pada foto toraks.34 Pada penelitian ini hasil uji Mantoux positif pada anak kontak dengan TB BTA positif lebih besar daripada BTA negatif dengan odds ratio (OR) 5.6. Hasil ini lebih besar daripada hasil penelitian di India dengan OR 3.2.6 Penelitian di Manado juga menunjukkan bahwa kontak dengan penderita TB BTA positif merupakan faktor risiko infeksi TB pda anak dengan nilai P=0.0034.15


(49)

Ayah merupakan sumber kontak terbanyak pada kelompok TB BTA positif sedangkan pada kelompok TB BTA negatif sumber kontak antara ayah atau ibu persentasenya sama. Penelitian di Brazil menunjukkan sumber kontak terbanyak adalah ayah,34 sedangkan penelitian di Pakistan menunjukkan sumber kontak terbanyak adalah ibu karena ibu memiliki waktu kontak lebih lama dengan anak.24 Sumber kontak lebih dari satu dalam satu rumah meningkatkan kemungkinan kejadian TB.34

Prevalensi infeksi TB pada anak kontak dengan TB BTA negatif pada penelitian ini sebesar 19.2%. Hasil ini lebih besar dari pada penelitian di Jawa Barat yaitu 10% sedangkan sakit TB sebesar 16%.

Pada penelitian ini hanya diketahui satu orang penderita TB yang serumah dengan tiap anak.

8 Penelitian di

Nigeria menunjukkan uji tuberkulin positif 49% dan 16%,7 sedangkan di India sebesar 46.4% dan 21.3% pada anak kontak dengan penderita TB BTA positif dan negatif.

Insiden infeksi TB semakin meningkat dengan peningkatan usia. Suatu sistematik review menunjukkan bahwa TB anak lebih banyak pada anak usia kurang dari lima tahun sedangkan infeksi TB lebih sering pada anak yang lebih besar.

6

21 Pada penelitian ini hasil uji Mantoux positif lebih banyak pada

anak usia di atas 5 tahun, baik pada kelompok anak kontak dengan TB BTA positif maupun negatif.


(50)

Beberapa faktor risiko yang mempermudah infeksi TB pada anak antara lain daerah endemis TB, kemiskinan dan lingkungan tidak sehat.5 Kepmmadatan dan ventilasi rumah tidak baik meningkatkan kemungkinan infeksi TB. Penduduk yang tinggal di daerah padat atau dengan ventilasi tidak baik memiliki risiko terpapar TB. Penelitian di Bangkok menunjukkan risiko uji tuberkulin positif pada anak kontak serumah akan semakin meningkat sesuai dengan kepadatan penghuni rumah. Anak yang tinggal dalam lingkungan yang padat akan memiliki kemungkinan 4 kali lebih besar untuk mengalami infeksi TB di banding anak yang tinggal di lingkungan tidak padat.35

Tuberkulosis berkaitan dengan kemiskinan. Kemiskinan dapat direfleksikan dengan pendapatan keluarga yang rendah berkaitan dengan hasil uji tuberkulin. Sosioekonomi rendah mempengaruhi terjadinya infeksi melalui nutrisi yang tidak baik dan kepadatan penduduk.

Daerah perumahan padat mempengaruhi penyebaran TB karena kondisi lingkungan dan ventilasi yang tidak baik, higiene yang buruk dan kepadatan penduduk. Pada penelitian ini tidak dinilai kepadatan penghuni rumah hanya dinilai ventilasi rumah namun tidak berhubungan dengan hasil uji tuberkulin positif.

24 Penelitian di

Inggris dan Filipina menunjukkan kejadian TB berhubungan erat dengan kemiskinan.36,37 Penelitian di Kamboja menunjukkan tidak ada hubungan antara kemiskinan. Hasil ini terutama ditemukan pada dewasa dan hal ini


(51)

berkaitan dengan angka penemuan dan pelaporan kasus yang sedikit sehingga tidak didapatkan perbedaan yang nyata.38 Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara sosioekonomi rendah dengan infeksi TB. Hal ini disebabkan penilaian sosioekonomi pada penelitian ini berdasarkan pendapatan keluarga sesuai dengan UMK kota Medan dimana dilakukan penelitian. Penelitian di Jawa Barat juga tidak menemukan hubungan antara pendapatan keluarga dengan uji tuberkulin positif pada anak kontak dengan penderita TB dewasa.

Keterbatasan studi ini adalah tidak dilakukan penilaian TB anak pada penelitian ini, tidak dilakukan foto toraks dan pemeriksaan klinis lainnnya. Subjek penelitian ini adalah anak dengan riwayat kontak tanpa ada gejala klinis lainnya sehingga tidak dilakukan penilaian terhadap sakit TB.


(52)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak derumah dengan penderita TB dewasa BTA positif lebih besar dibandingkan anak kontak dengan TB dewasa BTA negatif. Tidak terdapat perbedaan hasil uji Mantoux berdasarkan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar untuk melihat faktor risiko infeksi TB pada anak serta dilakukan penelitian mengenai sumber kontak orangtua atau selain orang tua yang mempengaruhi terjadinya infeksi TB pada anak.


(53)

RINGKASAN

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global di seluruh dunia. Pada anak, sumber penularan TB adalah penderita TB paru dewasa dengan sputum BTA positif. Infeksi dan penyakit TB dapat terjadi pada anak kontak dengan penderita TB dewasa dengan sputum BTA negatif. Uji Mantoux digunakan untuk mengetahui adanya infeksi TB. Diameter uji Mantoux lebih besar pada anak kontak dengan TB dewasa BTA positif yang berkaitan dengan infeksi TB yang aktif.

Tujuan penelitian ini untuk menilai perbedaan diameter dan hasil uji Mantoux dan mengetahui perbedaan hasil uji Mantoux berdasarkan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah pada anak kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif dan negatif

Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional, dilakukan bulan Januari sampai Maret 2014. Data mengenai TB paru dewasa dengan BTA sputum positif dan negatif diperoleh dari tempat praktek swasta dokter spesialis paru dan BPKM di Medan. Sampel adalah anak berusia 3 bulan sampai 18 tahun yang kontak serumah dengan penderita TB paru dewasa BTA sputum positif atau negatif. Anak yang dalam keadaan imunokompromais, gizi buruk, mendapat vaksin hidup dalam 6 minggu terakhir dan telah dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux dalam 2 minggu


(54)

terakhir dikeluarkan dari penelitian. Sampel terbagi dua kelompok berdasarkan riwayat kontak BTA positif dan negatif. Pada kedua kelompok dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux untuk mendeteksi adanya infeksi MTB.

Terdapat perbedaan rerata diameter uji Mantoux pada kedua kelompok. Rerata diameter uji Mantoux 10.9 (SD 6.55) mm pada kelompok TB BTA positif dan 6.2(5.91) mm pada kelompok TB BTA negatif dengan rerata perbedaan 4.84 mm (IK 95% 2.45 sampai 7.24) dan nilai P=0.001. Uji Mantoux positif pada 31 anak pada kelompok TB BTA positif dan 10 anak pada kelompok BTA negatif dengan nilai P=0.0001 dan OR 5.66 (IK 2.36 sampai 13.59). Tidak terdapat perbedaan hasil uji Mantoux pada kedua kelompok dihubungkan dengan usia, pendapatan keluarga dan ventilasi rumah.


(55)

SUMMARY

Tuberculosis is a global health problem throughout the world . The source of TB transmission in children is adult pulmonary TB with positive sputum acid-fast bacilli (AFB). Infection and TB disease also occur in children with AFP negative adult pulmonary TB contact. Mantoux test performed to detect TB infection. Mantoux test size larger was found in children contact with positive AFB pulmonary TB and associated with active TB infection. The aim of this study was to compare Mantoux test result and to asses Mantoux test result associated with age, family income and house ventilation inchildren housedhold contact to positive and negative AFP adult pulmonary TB.

A cross-sectional design study was conducted from January to March 2014. Data adult pulmonary TB was obtained from pulmonary specialist private practice and BKPM, Medan, North Sumatera. Subjects were children aged 3 months to 18 years contacts with positive and negative AFB adult pulmonary TB. Immunocompromised child, malnutrition, received live vaccine within the last 6 weeks and had tuberculin test within the last 2 weeks were excluded from this study. Subjects were divided into two groups based on contact history. Mantoux test was performed in children to detect M. tuberculosis infection.


(56)

There are differences in the mean diameter of the tuberculin test in both groups. Mean diameter of Mantoux test was 10.9 (SD 6.55) mm in the positiv AFB group and 6.2 (SD 5.91) mm in negative group. The mean difference was 4.84 (95% CI 2.45 to 7.24) and P=0.001. Mantoux test were positive in 31 children positive AFP group and 10 children in negative group(P=0.0001, OR=5.66 (95%CI 2.36 to 13.59). There was no difference of Mantoux test result associated with age, family income and house ventilation in both group.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaman K. Tuberculosis: a global health problem. J Health Popul Nutr. 2010; 28:111-3.

2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. World Health Organization. 2012. h. 3-28.

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan situasi terkini perkembangan Tuberkulosis di Indonesia. Kementrian Kesehatan republik Indonesia. 2012. h. 1-18.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.

5. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB, penyunting. Pedoman nasional tuberkulosis anak. Edisi ke-2. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI; 2007. h. 1-37

6. Singh M, Mynak ML, Kumar L, Mathew JL, Kindal SK. Prevalence and risk factors for transmission of infection among children in household contact with adult having pulmonary tuberculosis. Arch Dis Child. 2005; 90:624-8.

7. Nakaoka H, Lawson L, Squire B, Coulter B, Ravn P, Brock I, dkk. Risk for tuberkulosis among children. Emerg Infect Dis.2006;12:1383-8.

8. Iskandar H, Nataprawira HMD, Garna H, Djais JTB. Tuberculosis prevalence among underfive children in household contact with negative acid fast bacilli adult pulmonary tuberculosis. Pediatr Indones. 2008;48:18-22

9. Alseda M, Godoy P. Tuberculin reaction size in tuberculosis patient contacts. Arch Bronconeumol. 2007; 3:161-4.

10. Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam: Berhman, RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Company. 2007. h. 1044-55.

11. Mandalakas A, Starke JR. Tuberculosis and nontuberculous mycobacterial disease. Dalam: Charnick V, Kendig E, penyunting. Kendig’s disorders of the respiratory tract in children. Edisi ketujuh .Philapdelphia: Saunders. 2006. h: 506- 29.

12. Moore DP, Schanff HS, Nuttall J, Marais BJ. Childhood tuberculosis guidelinesof the Southern African society for pediatric infectious disease.


(58)

13. Perez-Velez CM, Marais BJ. Tuberculosis in children. N Eng J Med. 2012;367:348-57.

14. Loeffler AM. Pediatric tuberculosis. Semin Resp Infect. 2003;18:272-91. 15. Walakandau LR, Umboh A, Wahanai A. The occurance and is factor of

tuberculosis in children with close contact to adults lung tuberculosis. Paediatr Indones. 2010;50:233-8.

16. Avalos GGL, De Oca EPM. Classic and new diagnostic approaches to childhodd tuberculosis. J Trop Med. 2012.2012:1-12.

17. Rahajoe NN, Setyanto DB. Diagnosis tuberkulosis pada anak. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta. IDAI. 2010. h. 194-213

18. Najak S, Acharjya. Mantoux test and its interpretaton. Indian Dermatol Online J. 2012;3(1):2-6.

19. Enarson DA. Use of the tuberculin skin test in children. Pediatr Respir Rev. 2004; 5:S135-7.

20. Lyng P. The Mantoux test. Diunduh dari:

21. Triasih R, Rutheford M, Lestari T, Utarini A, Robertson CF, Graham SM. Contact investigation of children exposed to tuberculosis in South East Asia: a systematic review. J Trop Med. 2012;2012: 1-6.

22. Karim MR, Rahman MA, Mamun SAA, Alam, MA, Akhter SA. Risk factor of childhoos tuberculosis: a case control study from rural Bangladesh. WHO South-East Asia J Publ Health. 2012;1:76-84.

23. Batra S, Ayaz A, Murtaza A, Ahmad S, Hasan R, Pfau R. Childhood tuberculosis in household contact of newly diagnosed TB patients. Plos One. 2012;7:1-3.

24. Rutherford ME, Hil PC, Maharani W, Apriani L, Sampurno H, Van Crevel R, dkk. Risk factor for Mycobacterium tuberculosis infection in Indonesian children living with a sputum smear positive case. Int J Tuberc Lung Dis. 2012;16:1594-99.

25. Schaff HS, Michaelis IA, Richardson M, Booysen CN, Warren R, dkk. Adult to child transmission of tuberculosis: household or community contact? Int J Tuberc Lung Dis. 2003;7:426-31.

26. Abay SED, Mistik S. Tuberculin reaction in children and affecting factors. Chest Medicine On-line. 2005.1-12.

27. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A, penyunting. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. h.

28. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. h.


(59)

29. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto HS. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismail S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2008. h. 302-31.

30. UMK Medan Rp 1.8 lebih sedikit. Diunduh dari

31. Keman S. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005:1:29-42.

32. Nguyen H, Odermatt P, Slesak G, Barennes H. Risk of latent tuberculosis infection in children living in households with tuberculosis patients: a cross sectional survey in remote northern Lao People's Democratic Republic.BMC Infect Dis. 2009; 9:1-9.

33. Talay F, Kumbetli S. Risk factors affecting the development of tuberculosis infection and disease in household contacts of patients with pulmonary tuberculosis. Turkish Respir J. 2008; 9:34-7.

34. Caldeira ZMR, Sant’anna CC, Aiden MA. Tuberculosis contact tracing among children and adolescent. Brazil Rev Saude Publica. 2004;8:1-6. 35. Tornee S, Kaewkungwal J, Fungladda W, Silachamron U, Akarasewi P,

Sunakorn P. The association between enviromental factors and tuberculosis infection among household contacts. South East Asian J Trop Med Public Healh. 2005;36:221-4.

36. Spence DPS, Hotchkiss J, William CSD, Davies PDO. Tuberculosis and poverty. BMJ. 1993;307:759-61.

37. Tupasi TE, Radhakrishna S, Quelapio MID, Villa MLA, Pascual MLG, Rivera AB, dkk. Tuberculosis in the urban poor settlements in the Philippines. Int J Tuberc Lung Dis. 2000;4:4-11.

38. Man Kai W, Yadav RP, Nishikiori N, Mao Tan E. The association between household poverty rates and tuberculosis case notification rates in Cambodia 2010. WPSAR. 2013;4:1-8.


(60)

1. Ketua Penelitian : dr. Wardah

2. Anggota Penelitian : dr. Ridwan M. Daulay, SpAK Dr. Emil Azlin, MKed(Ped), SpAK

dr. Wisman Dalimunthe, MKed(Ped), SpA dr. Rini Savitri Daulay, MKed (Ped), SpA dr. Zainuddin Amir, SpP(K)

dr. Flora Mindo P dr. Dermawan

2. Biaya Penelitian

No Uraian Jumlah

1. Pengadaan bahan/alat Rp. 11.000.000,-

2. Transportasi Rp. 6.000.000,-

3. Penyusunan/Penggandaan Rp. 1.000.000,-

4. Seminar hasil penelitian Rp. 2.000.000,-

Jumlah Rp. 20.000.000,-

3. Jadwal Penelitian

WAKTU KEGIATAN DESEMBER 2013 JANUARI 2014 FEBRUARI 2014 MARET 2014 APRIL 2014 MEI 2014 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Pengiriman

4. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua


(61)

………..……….…… Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Saya dokter Wardah yang bertugas di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Usu/rs Haji Adam Malik Medan. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian dengan judul

“Perbandingan diameter indurasi uji Mantoux pada anak kontak

serumah dengan tuberkulosis dewasa BTA positif dan negatif”

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis Angka kejadian TB di negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi, dimana Indonesia menjadi penyumbang terbesar ketiga penyakit TB di dunia setelah India dan China. Penularan TB pada anak melalui kontak dengan penderita TB dewasa.

Deteksi dini terhadap terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis adalah dengan melakukan uji tuberkulin dengan cara Mantoux pada anak, seperti yang akan kami lakukan pada anak Bapak/Ibu. Uji Mantoux dilakukan dengan cara melakukan jungkit kulit dengan alat suntik dan memberikan sedikit obat melalui jarum suntik tersebut (0.1 ml) di lengan kiri anak. Pembacaan terhadap hasil akan kami lakukan tiga hari kemudian (setelah 72 jam).

Pada lazimnya, pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi anak Bapak/Ibu sekalian. Namun, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung, yang disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi Dr. Wardah (HP. 08126980742/085261986880) untuk mendapat pertolongan.

Kerjasama Bapak/Ibu sangat diharapkan dalam penelitian ini. Bila masih ada hal-hal yang belum jelas menyangkut penelitian ini, setiap saat dapat ditanyakan kepada peneliti: Dr. Wardah


(62)

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta terhadap anak Bapak/Ibu dalam penelitian yang telah disiapkan.

Medan, ... 2014 Peneliti,

(Dr. Wardah)

5.Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)


(63)

Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan uji tuberkulin cara Mantoux terhadap anak saya/saya :

Nama : ... Umur : ... tahun

Alamat Rumah:...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... .... Januari 2014

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

Dr. Wardah …...………...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(64)

Tanggal :……….

Nama Lengkap : ………...

I. DATA PRIBADI

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur : ...tahun...bulan Anak ke : ….…...…dari…...bersaudara Alamat : ………...

... Pekerjaan orangtua : ( ) petani

( ) wiraswasta ( ) pegawai negeri ( ) lain-lain

Penghasilan orangtua : Rp………/ bulan

Tingkat pendidikan orangtua : ayah ibu

( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah dasar

( ) ( ) SLTP ( ) ( ) SLTA

( ) ( ) Perguruan tinggi

II. DATA KONTAK (

Riwayat kontak : BTA (+)/BTA(-)

dari rekam medis)

Lama pengobatan :...bulan Lama sakit :...bulan

Pengobatan : Fase intensif / fase lanjutan Hubungan dengan kontak : ...


(65)

BB :………..kg

TB :………..cm

Status nutrisi : obese / overweight / normoweight / gizi kurang / gizi buruk Riwayat imunisasi BCG : Ada / tidak ada

Skar BCG (bila diimunisasi) : Ada / tidak ada Pembesaran kelenjar getah bening : Ada / tidak ada Penonjolan tulang belakang : Ada / tidak ada

Bengkak pada sendi : Ada / tidak ada

1. Apakah anak pernah demam berulang dalam 3 bulan terakhir?

III. ANAMNESIS

A. Ya B. Tidak

2. Apakah anak mengalami batuk dalam 1 bulan ini ? A. Ya

B. Tidak

3. Apakah berat badan anak menurun dalam 1 bulan ini? A. Ya

B. Tidak

4. Apakah anak sekarang sedang minum obat tertentu (obat rutin)? A. Ya

B. Tidak

Bila Ya, apa nama obatnya : ……… 5. Apakah anak sedang menderita suatu penyakit?


(66)

B. Tidak

Bila Ya, apa nama penyakitnya/gejalanya : ………

Luas ventilasi (pintu, jendela, ventilasi yang bisa dibuka dan ditutup):...m2 Luas lantai rumah :...m2

Penilaian ventilasi rumah (luas ventilasi dibagi luas lantai dikalikan 100%) : ...% (Baik / tidak baik)

Jumlah penghuni rumah :

IV. DATA HASIL UJI TUBERKULIN DENGAN CARA MANTOUX

- Tanggal pelaksanaan : - Tanggal pembacaan hasil :

- Diameter Indurasi :

- Hasil : positif /negatif


(67)

I. Data Pribadi

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Usia : tahun bulan

II. Data Hasil Uji Tuberkulin dengan Cara Mantoux

- Tanggal pelaksanaan : - Tanggal pembacaan hasil :

- Hasil Indurasi :

- Riwayat kontak TB dewasa :

- Imunisasi BCG :

- Skar BCG :

RIWAYAT HIDUP


(68)

Alamat : Jl. Kenanga Sari no. 12 Tanjung Sari, Medan Selayang, Medan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Persit I Banda Aceh,tamat tahun1990

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri I Banda Aceh, tamat tahun1993 Sekolah Menengah Umum : SMA Negeri 5 Banda Aceh, tamat tahun 1996

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran Unsyiah, Banda Aceh,

tamat tahun 2004

Magister KedokteranKlinik : FakultasKedokteran USU Medan, 2009- sekarang Dokter Spesialis Anak : Fakultas Kedokteran USU Medan,

Juli 2009- sekarang

RIWAYAT PEKERJAAN

November 2004 – April 2005 : Dokter PTT pada UPTD BP4 Banda Aceh Mei 2005 – sekarang : PNS RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh

PENELITIAN :

1. Perbandingan diameter indurasi uji mantoux pada anak kontak serumah dengan tuberkulosis dewasa BTA positif dan negatif

ORGANISASI


(1)

Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan uji tuberkulin cara Mantoux terhadap anak saya/saya :

Nama : ... Umur : ... tahun

Alamat Rumah:...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... .... Januari 2014

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

Dr. Wardah …...………...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...

LEMBAR PENGISIAN DATA


(2)

Tanggal :……….

Nama Lengkap : ………...

I. DATA PRIBADI

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur : ...tahun...bulan Anak ke : ….…...…dari…...bersaudara Alamat : ………...

... Pekerjaan orangtua : ( ) petani

( ) wiraswasta ( ) pegawai negeri ( ) lain-lain

Penghasilan orangtua : Rp………/ bulan

Tingkat pendidikan orangtua : ayah ibu

( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah dasar

( ) ( ) SLTP ( ) ( ) SLTA

( ) ( ) Perguruan tinggi

II. DATA KONTAK (

Riwayat kontak : BTA (+)/BTA(-)

dari rekam medis)

Lama pengobatan :...bulan Lama sakit :...bulan

Pengobatan : Fase intensif / fase lanjutan Hubungan dengan kontak : ...


(3)

BB :………..kg

TB :………..cm

Status nutrisi : obese / overweight / normoweight / gizi kurang / gizi buruk Riwayat imunisasi BCG : Ada / tidak ada

Skar BCG (bila diimunisasi) : Ada / tidak ada Pembesaran kelenjar getah bening : Ada / tidak ada Penonjolan tulang belakang : Ada / tidak ada

Bengkak pada sendi : Ada / tidak ada

1. Apakah anak pernah demam berulang dalam 3 bulan terakhir? III. ANAMNESIS

A. Ya B. Tidak

2. Apakah anak mengalami batuk dalam 1 bulan ini ? A. Ya

B. Tidak

3. Apakah berat badan anak menurun dalam 1 bulan ini? A. Ya

B. Tidak

4. Apakah anak sekarang sedang minum obat tertentu (obat rutin)? A. Ya

B. Tidak

Bila Ya, apa nama obatnya : ……… 5. Apakah anak sedang menderita suatu penyakit?


(4)

B. Tidak

Bila Ya, apa nama penyakitnya/gejalanya : ………

Luas ventilasi (pintu, jendela, ventilasi yang bisa dibuka dan ditutup):...m2 Luas lantai rumah :...m2

Penilaian ventilasi rumah (luas ventilasi dibagi luas lantai dikalikan 100%) : ...% (Baik / tidak baik)

Jumlah penghuni rumah :

IV. DATA HASIL UJI TUBERKULIN DENGAN CARA MANTOUX

- Tanggal pelaksanaan : - Tanggal pembacaan hasil :

- Diameter Indurasi :

- Hasil : positif /negatif

Formulir hasil pemeriksaan untuk subjek


(5)

I. Data Pribadi

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Usia : tahun bulan

II. Data Hasil Uji Tuberkulin dengan Cara Mantoux

- Tanggal pelaksanaan :

- Tanggal pembacaan hasil :

- Hasil Indurasi :

- Riwayat kontak TB dewasa :

- Imunisasi BCG :

- Skar BCG :

RIWAYAT HIDUP

NamaLengkap : Wardah


(6)

Alamat : Jl. Kenanga Sari no. 12 Tanjung Sari, Medan Selayang, Medan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Persit I Banda Aceh,tamat tahun1990

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri I Banda Aceh, tamat tahun1993

Sekolah Menengah Umum : SMA Negeri 5 Banda Aceh, tamat tahun 1996

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran Unsyiah, Banda Aceh,

tamat tahun 2004

Magister KedokteranKlinik : FakultasKedokteran USU Medan, 2009- sekarang

Dokter Spesialis Anak : Fakultas Kedokteran USU Medan,

Juli 2009- sekarang

RIWAYAT PEKERJAAN

November 2004 – April 2005 : Dokter PTT pada UPTD BP4 Banda Aceh

Mei 2005 – sekarang : PNS RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh

PENELITIAN :

1. Perbandingan diameter indurasi uji mantoux pada anak kontak serumah dengan tuberkulosis dewasa BTA positif dan negatif

ORGANISASI