Faktor yang bersumber dari dalam diri sipengemudi

sampai melewati batas, dapat dinilai sebagi tindakan melawan hukum baik hukum perdata, maupun hukum pidana, bahkan hukum tata usaha negara. Berdasarkan ketentuan data diatas penyebab kecelakaan lalu lintas tidak jauh dengan apa yang dikemukakan oleh Kanit Lantas Labuhan Batu faktor- faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas baik terhadap kendaraan beroda dua ataupun kendaraan beroda empat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor jalan dan faktor alam 38

A. Faktor yang bersumber dari dalam diri sipengemudi

Peranan pengemudi sebagai subyek hukum disini yang dimaksudkan sudah barang tentu apabila terjadi kepentingan yang dilindungi oleh hukum terganggu, baik gangguan yang datangnya dari pihak pengemudi maupun dari pihak luar, dalam hubungannya dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terjadinya kecelakaan menurut konstruksi hukum pidana, haruslah ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat, karena tanpa batasan yang demikian itu akan menimbulkan kesulitan pada peranan hukum pidana. Di dalam hukum pidana telah tumbuh perkembangan tentang penentuan kelakuan seseorang yang menjadi sebab akibat terhadap kejadian yang melarang dan diberi sanksi oleh hukum pidana yaitu kejadian yang dalam hal ini dikhususkan pada kecelakaan Sikap pengemudi sebagai subyek hukum yang pertama-tama harus menguasai pengertian hukum, pengertian tertip hukum dan kesadaran hukum, 38 Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009. Universitas Sumatera Utara karena tanpa pengertian serta kesadaran tersebut dapat dikatakan sudah mempunyai kecenderungan melakukan pelanggaran hukum. Banyak sekali faktor penyebab kecelakaan lalu lintas akan tetapi faktor manusia yang mengemudi kendaraan adalah lebih penting bagi hukum pidana, karena melalui keterangan atau keadaan sekitar dari orang yang mengemudi dapat diungkap atas kejadian materil dalam proses perkara pidana. Melalui kelakuan dari pengemudi itu dapat ditentukan apakah hukum pidana dapat berperan atau tidak, dengan cara membuat konsturksi hubungan antara kelakuan itu dengan sifat melawan hukum karena adanya peraturan hukum dan yang terakhir masih diperlukan hubungan antara kelakuan yang berakibat menimbulkan kejadian yang melawan hukum dengan pertanggungjawaban atau kesengajaan atau kelalaian atau unsur subkjek lainnya, yang pelaksanaannyamenurut proses beracara. Tidak memperhatikan bagian-bagian serta unsur-unsur yang terdapat didalam jalur inti hukum pidana delik akan berakibat peranan hukum menjadi merosot kewibawaannya. Bahkan jauh dari tujuan keadilan, dan dimata masyarakat hukum pidana bukan sebagai pengayoman melainkan menakut-nakuti serta tidak mendapat simpati. Keadaan terakhir ini sangat tergantung pada petugas pelaksana hukum, yang disatu pihak harus nyata-nyata dibedakan antara bersikap mengurus kecelakaan semata-mata dan bertindak mengusut kecelakaan yang melanggar hukum dengan dilain pihak mengeterapkan bagian-bagian serta unsur- unsur dari inti hukum pidana secara filosofis, yuridis, sosiologis, yang tujuananya sebagai penganyom. Akan nampak jalinan peranan pengemudi dihadapan peranan hukum apabila terjadi pelanggaran hukum, maka perlu diimbangi secara tepat Universitas Sumatera Utara untuk memperlakukan hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis dan imbangan antara peranan ini harus terujud karena dorongan dari falsafah maupun kebudayaan bangsa Indonesia 39 Kita tidak sepenuhnya sadar bahwa mengemudikan kendaraan harus dilakukan secara fungsional. Jadi orang yang menolak pendekatan sungguh- sungguh melakukan kegiatan tersebut, entah karena malas atau enggan repot, tidak layak mengeluh jika ia dikoreksi melalui penjatuhan pidana karena kurang hati-hati atau teliti atau memandang remeh resiko yang mungkin muncul sehingga benar-benar tujuan hukum pidana. Di dalam perakteknya tidak ditemukan banyak fiksi berkenaan dengan pendekatan diatas. Lagi pula pengemudi berpenggalaman tidak akan memandang kesalahan diatas sebagai suatu fiksi . 40 Menjalankan kecepatan kenadaraan di dalam kota yang melampaui kecepatan yang dibolehkan oleh peraturan atau rambu-rambu, memberhentikan atau memparkirkan kendaraan di tempat terlarang oleh peraturan, menggangkut penumpang di luar tempat atau terminal yang ditentukan oleh peraturan, mendahului kendaraan lain tanpa suatu keperluan, tidak memberikan kesempatan dan ruang yang cukup bagi kendaraan lain yang meminta mendahului, tidak mengadakan peneranngan lampu atau isyarat arah yang cukup dari jarak penglihatan dan beberapa hal lainnya itu adalah merupakan tertib lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas yang hanya dapat berlaku semata-mata . 39 Bambang poernomo, Hukum Pidana Kumpulan karangan Ilmiah, Bina Aksara Jakarta,1982, hal 65. 40 Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab Undang-unang Hukum Pidana Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2003, hal 176 Universitas Sumatera Utara tergantung faktor manusia yang berperan di dalam kendaraan itu dengan kedudukannya sebagai pengemudi. Peranan pengemudi dalam bidang tertib hukum lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas, mempunyai kecendrungan untuk kemungkinan besar terjadinya kecelakaan yang melanggar lalu lintas dengan membawa kerugian harta benda dan manusia. Apabila telah sampai pada persoalan ini, bagi seseorang ahli hukum yang mengenal berlakunya hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis. Harus terlebih dahulu berpaling pada suatu pendekatan melalui “Social legal engineering” dalam bidang lalu lintas semua lapisan masyarakat mulai dari pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, mulai dari masyarakat di desa sampai kekota, mulai dari anggota masyarakat biasa sampai pada pemuka masyarakat dengan memperkenalkan kepada mereka apa yang dinamakan traffic education, traffic engeneering, serta treffic law enforeement, sebagai bagian dari pada kesadaran hidup bermasyarakat. Di dalam masalah lalu lintas yang selalu akan unggul dari tertip lalu lintas pada masa kini dan masa yang akan datang, perlu dibentuk “Traffic board” di daerah yang mampu menampung persoalan-persoalan maupun perkembangan lalu lintas serta merumuskan kebijaksanan-kebijaksanan dalam bidang lalu lintas. Di daerah untuk mewujudkan ketertiban, kelancaran dan keamanan lalu lintas di dalam wilayahnya, terutama untuk turut memecahkan pencegahan kecelakaan yang membawa korban harta benda dan manusia, melalui traffic board pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan dan selanjutnya cara-cara menghadapi hukum apabila diperlukan karena kecelakaan yang terjadi setelah Universitas Sumatera Utara ditentukan secara kausalitas dapat menjadi tanggungjawab dari penggemudi yang bersangkutan. Barulah kemudian dilanjutkan dengan tindakan represip berupa tindakan hukum dengan norma-norma dan sanksi pidana sebagaiman telah diajarkan aliran “Ultimum Remedium” yakni obat terakhir pabila sanksi atau uapaya-upaya pada cabang hukum lainnya dianggap tidak mempan. 41 Oleh karena itu untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat diatur ketentuan-ketentuan mengenai peranan lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi antara lain jaringan lintas angkutan barang-barang, terminal penumpang, fasiliats jalan kaki, fasilitas penyeberangan orang, parkir, rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi syarat lalu lintas, perlindungan keselamatan, keamanan, kemudahan bagi pemakai jalan. Sehubungan dengan betapa pentingnya lalu lintas ditengah-tengah kehidupan masyarakat, maka dalam hal ini pemerintah berusaha untuk mengadakan pembangunan dan perbaikan serta pelebaran jalan-jalan raya terutama jalan yang terdapat di tengah jantung kota yang lalu lintasnya sudah sangat padat. Pembinaan dalam lalu lintas jalan memiliki aspek-aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas yang bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas disamping aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian lingkungan, teknologi serta koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas jalan baik di tingkat pusat maupun daerah , serta antar instansi, sektor dan unsur lainnya. 41 Sudarto, Hukum Pidana I, Penerbit Yayasan Sudarto FH Undip, Semarang, 1990, hal 13 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berasal dari dalam diri sipengemudi, antara lain :

1. Karena Mengantuk

Hal ini terjadi akibat sering sekali para pengemudi kendaraan memaksakan dirinya untuk melanjutkan perjalanannya. Adakalanya seseorang itu sudah lelah dan sudah mengantuk tapi tetap bertahan. Keadaan ini apabila dibiarkan akan cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Karena sikap yang tidak serius dan tidak setabil terhadap kondisi yang dipaksakan maka pengemudi tersebut tidak dapat mengendalikan kendaraannya.

2. Karena Menghayal

Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia, baik sedih manupun senang, kadang kala dapat mempengaruhi aktifitas manusia itu sendiri. Orang yang sering menghayal akan dominan melalaikan kegiatan yang sering dilakukannya. Sama halnya kebanyakan orang khususnya pengemudi. Yang menjadi bahan pemikirannya sehingga seorang itu harus menghayal sring disebabkan oleh masalah-masalah pribadi. Hal seperti ini juga dapat menjadi penyebab kacelakaan lalu lintas.

3. Karena Mengobrol

Kebiasaan buruk pengemudi dengan teman-temannya atau penumpang adalah keasyikan mengobrol. Ada dua sisi yang ditimbulkan apabila seseorang itu Universitas Sumatera Utara bercerita atau mengobrol dengan temannya atau penumpanggnya sambil mengemudikan kendaraannya, antara lain: 1. sisi positip: sipengemudi terlupa akan keletihan atau rasa kantuk yang dialaminya. Sehingga sipengemudi tetap bugar dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemudi. 2. sisi negatif: bahwa karena keasyikan ngobrol, maka sipengemudi dapat melakukan hal-hal refleks yang dapat menggangu keamanan dan keselamatan penumpang. Obrolan tidak hanya dilakukan pengemudi dengan penumpangnya atau dengan orang yang ada dibelakangnya. Tapi dalam hal ini juga mencakup obrolan yang dilakukan via telepon handphone. Maraknya alat komunikasi membuat orang gampang memperolehnya.

4. Karena Kurang Hati-hati dalam Mengatur Kecepatan Ugal-ugalan

Pengemudi sangat senang bila dapat mendahului kendaraan yang ada didepannya. Kecepatan yang tidak mempunyai keseimbangan dengan kecepatan kendaraan yang didahuluinya dapat menimbulkan suatu kecelakaan. Kecepatan yang sangat tinggi dapat berakibat buruk, karena tidak berhati-hati dapat menabrak yang datang dri arah yang berlainan. Hal ini khususnya terjadi pada remaja, yang mengemudikan kendaraan sesuka hati dijalan pada saat mereka konvoi dengan teman-temannya. Universitas Sumatera Utara

5. Karena Belum Terampil Mengemudikan Kendaraan

Kemahiran atau keterampilan seseorang dalam mengemudikan sangat dibutuhkan guna mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas. Seseorang yang belum terampil mengemudikan kendaraannya wajar tidak dibenarkan memperoleh SIM. Hal ini telah ditegaskan dalam UULLAJ No.14 Tahun 1992.

B. Faktor yang Bersumber dari Luar diri Sipengemudi