Bangunan Tradisional Batak Karo

18 18 terbunuhnya Tengku Lau Bahum, padi yang terdapat di desa Lingga menjadi rusak, berwarna kemerah-merahan dan tidak berisi. Tiba-tiba ada seorang penduduk yang kesurupan dan mengatakan tanaman padi di Lingga ini bias menjadi bagus asalkan mayat Tengku Lau Bahum dibawa ke Lingga. Untuk mengambil mayat Tengku Lau Bahum ini penduduk Lingga harus berperang melawan penduduk Suka Baksi dan akhirnya penduduk Lingga menang dan berhasil membawa mayat Tengku Lau Bahum itu ke Lingga. Mayat Tengku Lau Bahun dimakamkan di suatu tempat 3 km dari desa Lingga, nama daerah tersebut adalah Tengku Lau Bahum. Demikianlah sehingga padi yang telah rusak tersebut menjadi bagus kembali dan berisi. Jadi sebenarnya nama dari Tengku Lau Bahunm ini tidak diketahui oleh penduduk Lingga, mereka menyebutnya Tengku Lau Bahun karena makamnya terdapat di daerah Tengku Lau Bahum.

2.5 Bangunan Tradisional Batak Karo

Suku Batak Karo mempunyai bangunan yang tradisional. Sebuah kesain kepanghuluan pada umumnya terdiri dari beberapa buah rumah adat, yaitu jambur, lesung, dan griten. Rumah adat merupakan tempat tinggal bersama antara beberapa keluarga. Penghuninya terdiri dari keluarga terdekat. Ruangan di dalam rumah dibagi dua bahagian oleh sebuah jalur yang memanjang dari Timur ke Barat, dan seluruh ruangan dibagi atas delapan bagian jabu. Universitas Sumatera Utara 19 19 2.5.1 Patung Kepala Kerbau Kepala kerbau yang terdapat pada Rumah Adat Karoberada dalam posisi tanduk dengan tanduk menghadap ke muka, menggambarkan bahwa orang Karo menghormati setiap pendatang ke daerahnya. Tanduk yang runcing itu merupakan kesiagaan dari penduduk apabila pendatang baru itu berniat jahat, dan juga sebagai tangkal dari ilmu hitam yang akan masuk ke rumah tersebut. 2.5.2 Dinding dan ayo-ayo Dinding dan ayo-ayo yang dipasang miring menggambarkan kerendahan hati daripada masyarakat Karo. Ayo-ayo ini berfungsi untuk mengeluarkan asap dari dapur dan juga berfungsi untuk membuat tidak terlalu dingin. 2.5.3 Talit Ret-ret Pengikat dinding miring, dan ada gambar cecak dengan dua kepala dan jari- jari tiga disebut “Beraspati Rumah”. Hal ini menggambarkan bahwa ikatan Anakberu, Kalimbubu, dan Senina penghuni rumah tersebut mempunyai peranan yang sama pentingnya. Ukuran ini selain sebagai hiasan dan pengikat, juga melambangkan persatuan dan dianggap sebagai penangkalan setan. 2.5.4 Pinggiran Atap Pinggiran atap cucuran air hujan di sekeliling rumah pada segala arah yang sama, menyatakan bahwa penduduk rumah juga mempunyai perasaan merata atau senasib sepenanggungan. Universitas Sumatera Utara 20 20 2.5.5 Dapur Dapur merupakan tali pengikat seisi rumah untuk tempat membentuk satu kesatuan. 2.5.6 Tungku Tungku berjumlah 5 buah tengku persekutuan 1 buah tiap-tiap jabu mempunyai 3 tungku yang sama tingginya, hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Karo terdiri dari 5 induk dan 3 unsur pengikat yaitu Anak Beru, Senina, dan Kalimbubu yang sama tingkatannya. 2.5.7 Jambur Bangunan jambur ini mirip dengan rumah adat, terdiri dari 3 bahagian yaitu:  Bagian bawah : merupakan suatu lantai tidak berdinding  Bagian tengah : tempat penyimpanan padi  Bagian atas : suatu tempat kosong yang digunakan untuk tempat tidur pemuda-pemuda kampong. Menurut kebiasaan masyarakat Karo, anak laki-laki yang telah berusia 13 tahun, tidak lagi tidur di rumah tapi mereka tidur di jambur. 2.5.8 Lesung Beberapa buah kesain mempunyai sebuah lesung persekutuan, yang digunakan oleh gadis-gadis desa sebagai tempat menumbuk padi di malam hari. Universitas Sumatera Utara 21 21 2.5.9 Geriten Geriten ini adalah merupakan suatu bangunan yang mirip dengan rumah adat. Geriten bukanlah sebagai tempat mengusung mayat, akan tetapi sebagai tempat kerangka orang-orang yang telah meninggal. Peralatan bangunan geriten tidaklah jauh berbeda dengan peralatan rumah biasa. Bangunan ini dibuat bertiang, mempunyai dinding dan atap. Pada alat-alat geriten ini dibuat ukiran-ukiran khusus khas Karo dengan pahatan serta diberi warna. Biaya bangunan ini sebenarnya cukup besar dan memerlukan suatu keahlian, oleh karenanya yang memakai griten ini hanya terbatas pada bangsa tanah keturunan saja. Geriten tersebut biasanya didirikan pada halaman rumah adat milik keluarga yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 22 22 BAB III ASPEK KEPARIWISATAAN Jika kita tinjau dalam arti dari Pariwisata itu menurut asal katanya, pari = dari, dan wisata = perjalanan. Jadi Pariwisata itu pada hakekatnya merupakan kegiatan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain tetapi tidak untuk menetap melainkan akan kembali lagi ke tempat asalnya, dangan tujuan pokok untuk mencari kepuasan. Sedangkan arti dari wisatawan menurut Instruksi Presiden RI No. IX1969, adalah orang-orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu. Sungguh pun tujuan utama wisatawan itu ialah ingin menikmati dan melihat kenyataan dari objek yang dikunjungi namun berdasarkan maksud perjalanannya maka Pariwisata itu dapat digolongkan sebagai berikut : a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan Pleasure Tourism Jenis Pariwisata ini ialah orang yang meninggalkan tempat kedudukannya untuk tujuan berlibur mencari udara segar, kehendak ingin tahu untuk mengetahui tata cara kehidupan rakyat setempat. Jenis pariwisata ini begitu banyak menyangkut unsur-unsur yang sifatnya berbeda-beda disebabkan karena pengertian pleasure akan selalu berbeda kadar pemuasannya sesuai dengan karakter, cita rasa, latar belakang kehidupan serta tempramen individu. Universitas Sumatera Utara 23 23 b. Pariwisata untuk berkreasi Recreation Tourism Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki memulihkan kesehatan jasmani dan rohani. Biasanya mereka mengambil waktu cukup lama sehingga tujuan rekreasi benar-benar tercapai. c. Pariwisata Kebudayaan Cultural Tourism Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan research, keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, keinginan cara hidup Negara lain, monument- monumen, pusat-pusat kesenian, keagamaan, festifal-festifal seni musik dan lain sebagainya. d. Pariwisata Olahraga Sport Tourism Jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategri :  Big Sport Events, yaitu pariwisata olahraga besar seperti Olympic Games, Kejuaraan tinju dunia, Piala sepak bola dan lain-lain, yang menyebabkan tertariknya mereka yang candu olahragapenontonnya untuk mengunjungi event ini.  Sporting Tourism of the practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 24 24 e. Pariwisata untuk urusan usaha Business Tourism Jenis pariwisata ini tidak hanya dilakukan untuk professional-tripis yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau industrialis, tetapi yang mencakup kunjungan ke instansi tehnis atau pameran. Disamping sebagai consumer, kaum pengusaha dapat bertindak sebagai wisatawan, bias dalam pengertian sosiologi karena mengambil dan memanfaatkan keuntungan dari atraksi yang terdapat di Negara tersebut. Banyak para ahli teori ekonomi maupun sosiologi yang mengatakan bahwa business tourism tidak dianggap sebagai perjalanan wisata karena tidak terdapat unsur voluntatry sukarela. f. Pariwisata untuk tujuan komperensi Convention Tourism Jenis pariwisata ini merupakan pelaksanaan komperensi atau symposium yang pada akhir-akhir ini sudah sering dilaksanakan di pusat-pusat objek wisata sehingga banyak bangunan di obyek wisata tertentu diberikan perlengkapan fasilitas untuk komperensi-komperensi tersebut. Obyek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Adapun unsur-unsurnya adalah :  Alam Nature  Kebudayaan Culture  Ciptaan manusia Man-Made Universitas Sumatera Utara 25 25  Manusia Human Objek wisata itu sendiri dapat pula dibagi dalam : a. Objek wisata physic, yaitu objek wisata yang dapat dijamah, tidak dapat berpindah, merupakan warisan dan karya masyarakt setempat. Hal ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang termasuk kedalam objek wisata physic ialah rumah adat desa tradisionil, flora dan fauna, peninggalan kebudayaan, dan lain sebagainya. b. Objek wisata non physic, yaitu yang tidak dapat dijamah tangan, hanya dapat dinikmati dengan pancaindera serta dapat pula memberi kesan yang baik terhadap wisatawan. c. Yang termasuk objek wisata non physic ialah kesenian, tata cara hidup masyarakat, adat istiadat, dan lain sebagainya.

3.1 Objek Pariwisata Di Desa Lingga