5 5
BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA
RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU
2.1 Sejarah Kerajaan Desa Lingga
Nama Desa Lingga di Kabupaten Karo mulai dikenal sejak kedatangan keturunan Raja Linggaraja dari Dairi. Lingga merupakan daerah peristirahatan yang
erakhir dari putera bugsu Raja Linggaraja dalam pengembaraannya ketika putera bungsu itu dibuang dari kerajaan Linggaraja.
Beberapa bulan sebelum putra bugsu dari raja itu dibuang, raja tersebut menderita penyakit yang cukup serius. Atas petunjuk dukun Pak-pak Pitu Sidalanen,
raja harus membuang putera bungsunya tersebut dari kerajaan Linggaraja, agar penyakit dapat sembuh.
Sebelum putra bungsu diberangkatkan dari kerajaan, dia dikenali dengan segumpal tanah, sekendi air dan seekor kuda. Raja memberi pesan kepada putera
bungsu agar mencari tanah yang keadaannya sesuai dengan tanah yang dibawanya tadi. Putera bungsu akhirnya sampai di hutan Kutasuah, Tanah Karo. Karena tanah
disekitar ini sesuai dengan tanah yang dibawanya tadi, maka ditempat itulah ia mendirikan tempat tinggal dan disekitar tempat itu telah ada penduduk lain yang tidak
diketahui asal keturunannya, tetapi karena melihat pendatang baru putera bungsu itu adalah orang baik-baik, maka mereka sepakat untuk menerimanya sebagai warga desa
dan putera bungsu dikawinkan dengan gadis Beru Ginting Suka. Dari perkawinan itu putera bungsu mendapatkan keturunan empat orang anak
yaitu tiga laki-laki dan satu perempuan yang masing-masing diberi nama :
Lingga Laki-laki
Universitas Sumatera Utara
6 6
Bakti Laki-laki
Cibu Laki-laki
Jumpa Lingga
Perempuan
Desa tersebut kemudian diberi nama “Lingga” sesuai dengan asal putera bungsu tersebut. Setelah putera-puteri ini dewasa maka mereka berpisah satu sama
lainnya ke daerah-daerah: Lingga
: Tetap
tinggal di desa Lingga Bakti
: Berangkat ke daerah Utara, membuat suatu tempat tinggal baru yang diberi nama Surbakti.
Cibu : Berangkat ke arah Selatan dan disuatu hutan dia juga
mendirikan tempat tinggal yang diberi nama Kacaribu. Jumpa Lingga : Ikut bersama Lingga dan tak lama kemudian dia meninggal.
Masing-masing putera tadi kawin dan mempunyai keturunan di setiap desa dan sepakat membentuk suatu persatuan yang diberi nama “Urung Telu Kuru”.
Lingga mempunyai keturunan lima orang anak laki-laki yang diberi nama 1.
Berlin 2.
Kencanen 3.
Buah 4.
Ulungjadi 5.
Gara Kelomok-kelompok perumahan dari masing-masing putera ini, kemudian
diberi nama sesuai nama mereka yaitu :
Kesain Rumah Mbelin
Kesain Rumah Kencanen
Universitas Sumatera Utara
7 7
Kesain Rumah Buah
Kesain Rumah Ulungjadi
Kesain Rumah Gara
Kemudian pada suatu saat, putera sulung dari raja Linggaraja berangkat menyusul putera bungsu, dan dalam perjalanan dia sampai di Nadi perbatasan Karo
dengan Alas kemudian ia kawin di desa tersebut dan mendapt keturunan tiga orang putera.
Setelah putera-putera ini dewasa mereka disuruh orang tuanya meninggalkan desa tersebut, karena menurut firasatnya desa itu akan dilanda banjir. Seorang diantara
mereka yang bernama Jahe bersama istrinya Beru Nagasaribu berangkat kearah Timur dan sampai di daerah Perbesi Kabupaten Karo. Di Perbesi ia mendapat kabar bahwa
penghulu di desa Lingga berasal dari keturunan Raja Linggaraa dari Dairi. Mendengar hal tersebut ia segera berangkat menuju Lingga dan sesampainya di Lingga dia
kemudian menuturkan kisahnya kepada penghulu bahwa mereka asih mempunyai hubungan keluarga, sehingga dia diterima oleh warga desa.
Di Lingga, Jahe kemudian kawin lagi dengan gadis Beru Sebayang dari Perbesi dan terakhir dengan gadis Ginting Rumah Page.
Kelompok perumahan keturunan si Jahe ini kemudian diberi nama Kesain Rumah Jahe. Seterusnya akibat perkembangan jumlah penduduk, maka desa Lingga
telah terdapat sebelas Kesain yaitu : 1.
Kesain Rumah Silebe Merdang 2.
Kesain Rumah Mbelin
Universitas Sumatera Utara
8 8
3. Kesain RumahUlungjadi
4. Kesain Rumah Gara
5. Kesain Rumah Buah
6. Kesain Rumah Bangun
7. Kesain Rumah Benteng
8. Kesain Rumah Jahe
9. Kesain Rumah Kencanen
10. Kesain Rumah Manik
11. Kesain Rumah Taringan
2.2 Cara-cara mendirikan Rumah Adat Siwaluh Jabu dan Struktur