Dampak Tekanan Masyarakat Agama serta Sosial pada Kaum
dengan sebutan Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi damai di bunderan Hotel Indonesia Jakarta. Mereka menyerukan pentingnya untuk menghentikan
penyebaran HIVAIDS mereka juga masih berpendapat bahwa kaum homoseksual adalah salah satu faktor penyebar utama HIVAIDS sekarang ini berdasarkan
fakta sejarah
104
, padahal dalam kenyataannya sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh KPA di bawah pengawasan Kementrian kesehatan RI
heteroseksual-lah yang memberikan andil sangat besar pada penyebaran HIVAIDS dan bukan dari kaum homoseks juga transgender.
Perbedaan respon yang terjadi terhitung 10 tahun sebelumnya hingga sekarang sangat berbeda jauh. Pada era 1990 hingga 1990-an akhir, masih sedikit
L.G.B.T yang mau melaporkan tindak diskriminatif atas mereka dan membela hak mereka baik itu terjadi karena masih belum mendapatkan pembelaan serta
perlakuan yang sama oleh aparat polisi maupun pembelaan masyarakat umum. Namun, sekarang L.G.B.T yang mau bersuara atas hak mereka telah meningkat
jauh lebih banyak dibanding era yang sebelumnya secara individu maupun kelompok dalam bentuk komunitas.
Memang, tidak ada data statistik yang menunjukkan secara rinci jumlah homoseksual di seluruh dunia maupun nasional. Namun karena semakin banyak
manusia yang lebih berani menyatakan tentang pilihan orientasi seksualnya untuk dapat menyuarakan pendapat dan hidup lebih bebas dengan pilihan hidup mereka
104
Handout AIDS A wareness campaigne HTI edisi 1 Desember 2010 “ ”AIDS” solusi
penanggulangan AIDS dan pernyataan sikap dan komitmen bersama remaja penegak syariah islam dan khilafah muslimah HTI
” point 1 dan 2.
sendiri jumlah homoseksual diperkirakan meningkat. Bahkan pada zaman modern ini manusia yang memiliki perilaku seksual yang dianggap menyimpang lebih
banyak, dan jumlah yang yang naik kepermukaan dan terekspose ke ranah publik semakin bertambah jumlahnya. Perkiraan dari jumlah homoseksualitas saja di
masa modern ini bervariasi secara signifikan dan meningkat. Terdapat beberapa hasil survei penelitian yang dapat dijadikan acuan menunjukan jumlah
homoseksual yang ada di dunia terutama di Indonesia. Secara umum di Amerika Serikat menurut penelitian Alfred Kinsey, jumlah presentase kaum lesbian dan
gay sekitar 10 dari jumlah populasi di negara tersebut secara keseluruhan. Meskipun demikian, tidak keseluruhan kaum homoseksual yang terdaftar baik
yang menyembunyikan orientasi seksual mereka maupun yang menolak untuk menjadi bagian dalam suatu komunitas hal tersebut dikarenakan adanya tekanan
sosial dari masyarakat sekitar yang menolak mereka. Sehingga mereka tidak mau menyatakan identitas mereka. Di Kanada sendiri, tahun 2003 Biro Statistik
Kanada menyatakan bahwa di antara warga Kanada mencapai angka 59,1 menyatakan diri mereka sebagai homoseksual dan 0,7 menyatakan diri sebagai
biseksual.
Untuk Indonesia sendiri tercatat 4000 hingga 5000 orang terdaftar sebagai gay. Itu merupakan data gay untuk daerah Jakarta saja, sesuai menurut hasil
survei Yayasan Pelangi Kasih Nusantara YPKN. Namun, Dr. Dede Oetomo.
105
105
Lihat juga Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan cinta untuk rincian data persentase homoseksual, hal.57.
secara nasional total homoseksual mencapai 1 dari total keseluruhan penduduk Indonesia menurut Meskipun jumlah homoseksual berkembang dengan pesat,
tidak berarti perlakuan dan pendapatan pembagian hak atas mereka juga meningkat. Baik di Indonesia dan di dunia, meskipun jelas ada perbedaan
pendapat dan pandangan masyarakat yang lebih positif, terhadap kaum homoseksual, namun sebagian besar tetap mengidap homophobia. Memang benar
bahwa homoseksual telah lebih terbuka kehidupannya dibandingkan dengan masa-masa dulu, namun masih ada sebagian masyarakat yang homophobia atau
tidak menerima keberadaan L.G.B.T sebagai bagian dari masyarakat karena homoseksualitas dianggap sebagai suatu hal yang melanggar ajaran agama
manapun. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kasus yang berhubungan dengan tindak kekerasan atas L.G.B.T seperti kekerasan yang dilakukan aparat
kepolisian Aceh kepada pasangan gay Hartoyo dan partnernya ketika mereka diperlakukan sewenang-wenang pada Januari 2006
106
. Kasus pemukulan terhadap waria di Yogyakarta pada tahun 2008 oleh oknum satpam tanpa alasan yang jelas
107
. Atau kasus pemukulan terhadap lesbian di Makassar oleh mantan polisi pada tahun 2007
108
, dan masih banyak contoh kasus lainnya. Data-data ini baru dicuplik dari kasus-kasus homoseksual saja, belum digabungkan dengan
penyimpangan seksual lainnya.
106
Hartoyo dan Titiana Adinda, Biarkan Aku Memilih. Hal 80.
107
Arianto dan Rido Triawan, Jadi Kau Tak Merasa Bersalah: Studi Kasus Diskriminasi dan Kekerasan Terhadap LGBTI Jakarta: Arus Pelangi dan Yayasan TIFA, 2008, h. 56.
108
Ibid, Hal 48.
Arus Pelangi merespon hal tersebut sebagai bagian dari perbedaan paham dan pendapat yang ada di Indonesia, namun tidak selamanya LSM ini
membiarkan kasus itu berkembang ke tahap yang lebih lanjut. Arus Pelangi sebagai sebuah LSM resmi dapat melaporkan langsung tindakan-tindakan radikal
itu kepada pihak yang berwenang, membuat strategi edukasi massa yang baru mengenai apa dan bagaimana kinerja Arus Pelangi sebagai LSM yang membela
L.G.B.T, lebih selektif dalam mengangkat tema acara agar tidak memancing emosi kelompok-kelompok tertentu.
109
Ini penting karena pada kenyataannya belum semua elemen masyarakat dapat menerima keberadaan kelompok-
kelompok L.G.B.T yang ada di Indonesia sebagai bagian dari masyarakat. Sebagaimana hal yang sama merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam teori
queer, yaitu sama-sama mencoba untuk menggusur heteroseksualitas dan mencoba menarik persamaan status antara manusia tanpa melihat dari strata
patriarki dan gender yang seksis.
110
Karena setiap manusia memiliki hak untuk menentukan orientasi seksualnya, berhak pula menentukan seks-nya jenis
kelamin maka, pada tahun 1993 hasil kesepakatan Komisi HAM PBB yang diawasi Interational Covenant On Civil and Political Rights ICCPR menetapkan
bahwa diskriminasi berdasarkan seks juga termasuk ke dalam diskriminasi berdasarkan orientasi seksual
111
sama berhaknya seperti dalam menentukan
109
Hasil wawancara dengan Budi Satria Dewantoro, Jakarta 27 April 2010.
110
Stevi Jackson dalam “membentuk teori gender dan seksualitas”, Pengantar Teori-teori Feminis dan Kontemporer, YogyakartaBandung :Jala sutra:2009, h. 243-244.
111
Yayasan Jurnal Perempuan, Hak-hak Aasasi Perempuan Sebuah Panduan Konvensi-konvensi Utama PBB Tentang Hak Asasi Perempuan, Jakarta: YJP, 2001, h. 75.