Program kerja Arus Pelangi

Qur‟an, kaum tersebut dibinasakan. ALLAH SWT mengubur mereka hidup-hidup dan melempar mereka dengan batu panas yang berasal dari neraka. Juga tentang binasanya penduduk kota Pompeii terkena letusan Gunung Vesuvius di Itali, itu terjadi karena pada masa itu penduduknya sangat senang melakukan perjudian, prostitusi termasuk perilaku homoseksual. 79 Pada saat Gunung Vesuvius meletus tak satu penduduk pun yang sempat menyelamatkan diri karena mereka sedang sibuk dengan kegiatan tercela mereka. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kejadian meletusnya Vesuvius merupakan peringatan kedua dari Tuhan tentang larangan berperilaku homoseksual. Berdasarkan tulisan sejarah tersebut masyarakat berpikir jika mereka menerima keberadaan kaum homoseksual maka mereka akan bernasib sama dengan kaum Luth di mana orang yang tidak melakukan hubungan sesama jenis juga tertimpa azab dari Tuhan. kedua sejarah itu berpengaruh sangat besar dalam mengkonstruksi pemikiran masyarakat tentang homoseksual, ketakutan yang membayangi mereka tentang azab dari Tuhan. Ketakutan menyangkut pada homoseksualitas juga timbul karena tindakan kaum homoseksual yang di dalamnya termasuk lesbian,gay, biseks, transgender juga banci atau travetis dianggap sesuatu yang sia-sia dan tidak biasa. Sejak zaman dahulu baik terhitung semenjak masuknya ajaran agama- agama masuk maupun pada zaman kepercayaan Dewa-dewi perkawinan dalam 79 Lihat juga Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan cinta untuk peristiwa kota pompeii, hal.52. setiap agama dan kultur dianggap sebagai suatu hubungan yang sakral, suatu kewajiban religius yang harus dijalankan sebagai bagian dari ritual peribadatan, sehingga melajang dianggap buruk. Bahkan bagi para pemuda-pemudi yang masih lajang, mereka dianggap belum mencapai sukses yang sebenarnya atau belum mencapai tujuan hidup yang sebenarnya jika belum menikah. 80 Dalam Kristen Kedudukan seksualitas dalam perkawinan antara laki- laki dan perempuan sangat tinggi posisinya sehingga aktivitas yang berhubungan dengan seksualitas di luar batas pekawinan dilarang, misalnya masturbasi atau melakukan kegiatan-kegiatan erotis di luar ikatan perkawinan termasuk di dalamnya hubungan sesama jenis. Hal ini merupakan perbuatan yang sia-sia karena telah menuruti nafsu mereka yang hina dan dianggap berdosa oleh TuhanRoma I: 26-27. 81 Hal tersebut dalam tradisi agama katolik dianggap berlawanan dengan rencana Tuhan yang telah sengaja mengendalikan kelahiran melalui perkawinan, karena Tuhan memiliki rencana dalam setiap pasang- pasangan. Sedangkan melakukan hubungan sesama jenis sama dengan perbuatan tidak bermoral dan keji dan berarti menentang rencana Tuhan dengan sengaja karena telah sengaja menghalangi Tuhan memberikan kehidupan baru dalam pernikahan dan keluarga 82 Hal ini berbanding terbalik dengan sikap seksualitas masyarakat terutama para lelaki yang sudah mulai menghargai seksualitas mereka sebagai 80 Collin Spencer, Sejarah Homoseksualitas, h. 55. 81 Lembaga Al-Kitab Indonesia, Al-Kitab. Jakarta-Lembaga Al-Kitab Indonesia: 2006., h 183. 82 Michael D. Place, The Harper Collins: Encyclopedia of Catholitism, NYC: Harpercollins. Inc. 1995. . 637 1.187. bagian dari sebuah tradisi dan Ketika itu pula lelaki yang telah menghargai seksualitasnya dianggap sebagai banci atau pria yang gagal adalah sebuah tindak kriminal atau kejahatan, karena tidak bisa menempatkan kewajiban seksualnya secara benar dari yang telah ditetapkan dalam garis agama dan kepercayaan kegiatan ini tidak dapat diterima oleh masyarakat pada zamannya. Terlihat ironis memang. karena sebelumnya kegiatan yang memicu terbentuknya homoseksualitas datang dari ritual-ritual inisiasi adat setempat yang melibatkan seluruh masyarakat. Ini juga berhubungan dengan kepercayaan maskulinitas serta konsep heteronormativitas yang telah terbentuk. Di bumi tersebar berbagai suku yang memiliki konsep kebudayaan yang berbeda, termasuk pula di dalamnya konsep tentang maskulinitas dan seksualitas. Di antaranya adalah konsep kepercayaan bahwa para pria memiliki kekuatan yang besar untuk menjadi seorang pemimpin. Pada saat mereka memasuki tahap menuju kedewasaan aqil baligh dalam konsep Islam mereka harus menjalani masa-masa orientasi menuju kedewasaan. Pada saat itu mereka harus diasingkan selama beberapa masa untuk menjalani proses kedewasaan. Dalam proses itu mereka akan diinisiasi oleh para pria dewasa dan acara ini hanya diikuti oleh para lelaki saja 83 karena wanita dianggap sebagai penggoda yang dapat menghilangkan kekuatan pada pria. Pada masa itu juga sperma atau air mani dianggap sangat sakral dan memiliki kekuatan yang luar biasa, memiliki banyak khasiat. Untuk menjaga 83 Collin Spencer, Sejarah Homoseksualitas, h. 7. kualitasnya agar tetap memiliki khasiat magis yang tinggi para pemuda lajang harus menjauhkan diri dari perempuan, karena seperti yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya perempuan dianggap sebagai makhluk yang dapat menghilangkan kekuatan para pria. 84 Fase-fase seperti itu juga dilakukan oleh orang yang akan menjadi Warog dalam ritual kebudayaan Reog Ponorogo. Itulah beberapa konsep kebudayaan yang terbentuk pada masa sebelum memasuki era kepecayaan pada dewa-dewi maupun agama datang dalam kehidupan manusia mengenai konsep seksualitas dan pembentukan homoseksualitas. Pada masa itu pula para lelaki muda masih belum banyak yang dapat menerima ritual adat yang demikian. Namun seiring dengan berjalannya waktu ketika para lelaki itu mulai dapat menerima keadaan seksualitas mereka pada saat itu, zaman yang baru mulai berganti. Masyarakat gi menganggap bahwa ritual tersebut tidak lagi diyakini dapat dipercayai.Konsep kepercayaan masyarakat lambat laun berubah pada konsep ketuhanan. Maka ajaran yang baru pun bergulir untuk diyakini. Para lelaki muda atau lelaki dewasa yang telah dapat menerima kebudayaan yang mengandung unsure homoseksualitas ini “terjebak” di antara dua konsep yang berubah-ubah, yaitu dalam sebuah konsep kepercayaan baru dan adat kebudayaan lama. Ketika mereka sudah mulai menerima keadaan seksualitas diri sendiri, mereka dituntut untuk mengubah keadaan seksualitas mereka seketika. Ini karena pada konsep yang baru, homoseksualitas dianggap sebagai bagian dari tindakan masturbasi di mana dalam sebuah konsep kepercayaan itu 84 ibid, h. 12-13. dianggap sebagai suatu yang sia-sia dan dilarang oleh Tuhan sebab hubungan antarsesama jenis dianggap sebagai sesuatu kekejaman Imamat 18:22 85 . Sedangkan kebudayaan adat yang lama sudah mulai tidak dapat diterima lagi dalam masyarakat yang memiliki kepercayaan baru yaitu kepercayaan berdasarkan agama. Faktor terakhir ini secara sosiologis, merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam membentuk opini negatif pada kaum homoseks. Opini negatif ini kembali terbentuk sekitar tahun 80-an ketika masyarakat mulai menerima keberadaan kaum homo. Setelah masa-masa suram dan berbagai macam perlakuan diskriminatif yang mereka alami para homoseksual di tahun- tahun itu menjadi sangat terbuka dalam gaya hidup serta bermasyarakat. Mereka L.G.B.T tidak lagi sembunyi-sembunyi menunjukkan identitas mereka sebagai kaum homoseksual, baik dari segi kehidupan seksualnya maupun sosial lingkungan, pada lingkungan yang sama maupun di lingkungan terbuka. Pengekspresian yang paling banyak berubah adalah prokreasi pada kehidupan seksual mereka. Kegiatan seksual yang dianggap bebas seperti berpelukan, berciuman hingga melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami istri adalah hal yang tidak lagi tabu bagi kelompok mereka. Begitu pula dalam menjalin sebuah hubungan yang didasari tanpa adanya sebuah komitmen dan tanpa aturan kesepakatan. Perilaku seks serupa ini ini tidak disadari akan membuat penyebaran penyakit menjadi begitu pesat. Pada dasarnya semua 85 Lembaga al-kitab Indonesia, al-kitab, Jakarta; lembaga al-kitab Indonesia: 2006, h 129. penyakit kelamin akan mudah menular pada perilaku seks yang tidak aman dan sembarangan 86 . Berikut adalah beberapa jenis penyakit kelamin yang paling umum diderita oleh manusia dan memiliki tingkat penyebaran yang tinggi 87 :  Syphilis  Ghonorhaea  Herpes  Chlamydia  Gardnela Vaginosis  Kondiloma Akuminata  Trikhomoniasis  HIVAIDS, dan lainnya. Risiko penyebaran penyakit ini menjadi tinggi di kalangan homoseksual pada waktu itu karena perilaku seks mereka yang tidak aman, juga tingginya tingkat pergantian pasangan dalam berhubungan intim. Hingga akhir era 80-an, di mana untuk kali pertama ditemukan penyakit AIDS yang belum memiliki obat hingga sekarang, masyarakat berasumsi bahwa kaum homoseksual adalah pembawa penyakit yang memiliki martabat yang rendah. Kaum homoseksual dianggap menghancurkan masyarakat disebabkan apa yang mereka lakukan terhadap perilaku seksual mereka. 88 Namun, berbeda dengan zaman 86 Hasil jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh penulis dan dijawab langsung oleh narasumber dalam seminar nasional bahaya kanker serviks dan hubungannya dengan seks anda bersama dokter Boyke Dian Nugraha dan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, 22 Maret 2010. 87 Ibid , 22 Maret 2010. H 1-2. 88 Collin spencer, Sejarah Homoseksualitas, h. 461 sekarang ini menurut hasil penelitian Komisi Penanggulangan AIDS KPA dalam kurun 2008-2010 tentang penyebaran AIDSHIV pengidap penyakit kelamin dan HIVAIDS yang paling besar adalah heteroseksual dan bukan homoseksual. 89 Hal ini disebabkan oleh tingginya kesadaran kaum homoseksual L.G.B.T akan perilaku seks yang aman dan sehat. Dewasa ini kaum homoseksual lebih banyak yang mengunakan kondom dibandingkan heteroseks. Heteroseksual lebih banyak yang berperilaku seks yang tidak sehat dan tidak aman sehingga memperbesar risiko penyebaran penyakit HIVAIDS, selain penyebaran melalui jarum suntik 90 . Meskipun homoseksual bukan lagi penyebab utama penyebar HIVAIDS, itu tidak berarti mereka terlindung dari bahaya penyakit kelamin lainnya. Misalnya kaum lesbian beresiko lebih besar terkena kanker serviks, akibat perilaku seks yang tidak sehat. 91 Penyakit kelamin lainnya juga memiliki potensi yang sama besarnya untuk menular jika pelakunya tidak melakukan perilaku seks yang aman. Hal ini berlaku baik bagi homoseksual maupun heteroseksual 92 . Kendati demikian stigma yang berpendapat bahwa homoseks dapat menularkan penyakit tetap melekat dalam persepsi masyarakat meskipun pada para pelaku homoseksualitas ini sudah banyak berubah dalam perilaku seksualitas mereka. 89 Hasil penelitian Komisi Penanggulangan AIDS di Indonesia KPA tahun 2008-2010. 90 Hasil wawancara dengan Soe Tjen Marching, Jakarta 30 September 2010. 91 Hasil seminar dan diskusi bahaya kanker serviks dan hubungannya dengan seks anda bersama dokter Boyke Dian Nugraha dan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta 22 Maret 2010. 92 Ibid. Homophobia dapat terjadi pada siapa saja dan dari kalangan manapun, seperti anak remaja, orangtua, eksekutif muda, kiai, tenaga pengajar, kaum birokrat dalam pemerintahan negara, juga berbagai kalangan masyarakat lain. Bahkan homophobia juga dapat terjadi pada individu yang homo. 93 Hal ini dikarenakan individu yang baru mengetahui tentang orientasi seksualnya adalah homoseks tersebut masih belum dapat mengerti dan menerima keadaan orientasi seksualnya. Banyak latar belakang yang membuat individu tersebut bersikap demikian; boleh jadi seseorang masih takut akan opini keluarga ataupun lingkungan akan keadaanya yang homoseksual selain itu juga ia tidak tahu harus mencari pertolongan akan keadaannya sehingga ia menjadi tertutup dan menyangkal kondisi riil pribadinya lalu menolak orang-orang dengan orientasi yang sama untuk menutupi keadaannya. 94 Orang-orang yang homophobia biasanya menolak keberadaan kaum homoseksual dengan pemikiran bahwa homoseksualitas akan membawa penyakit, dapat membuat orang dengan orientasi seksual hetero menjadi homo dan membawa petaka, dapat membuat kemerosotan moral, sehingga mereka cenderung menolak bergaul dengan kaum homoseks, mengucilkan, mengabaikan, hingga melakukan tindak diskriminasi 95 terhadap mereka. Bagi masyarakat yang homophobia sasarannya tentu saja orang-orang homoseksual dan juga pihak-pihak yang mendukung orang-orang dengan 93 Hasil wawancara dengan responden Doni, Jakarta 12 April 2010. 94 Hasil diskusi dan nonton bareng bersama komunitas L.G.B.T 12 April 2010. 95 Hasil wawancara dengan SekJen Arus Pelangi Yulie Rustinawati, Jakarta 10 Mei 2010. 63 orientasi seperti itu. Masyarakat yang homophobia tidak ingin komunitas yang mendukung homoseksual berdiri, karena mereka berpikir bahwa dengan adanya dukungan dari orang-orang yang orientasinya hetero akan membahayakan masyarakat. Misalnya jumlah orang-orang yang homoseksual meningkat, tempat tinggalnya akan dipenuhi orang dengan penyakit kelamin, mereka akan tertimpa azab dari Tuhan, dan lain sebagainya. Homophobia dapat diatasi dengan cara mengedukasi masyarakat luas dengan pengetahuan homoseksualitas untuk menumbuhkan toleransi terhadap orientasi seksual seseorang. 96 Cara-cara tersebut dapat dilakukan melalui seminar, talk show, pelatihan, dan lain-lainnya. Tanpa adanya edukasi maka mustahil masyarakat dapat memberikan toleransi mereka terhadap perbedaan yang semakin hari semakin bertambah, bukan hanya dari sisi homoseksualitas namun juga terhadap hal-hal baru lainnya yang baru mereka dapatkan.

B. Dampak Tekanan Masyarakat Agama serta Sosial pada Kaum

Homoseksual Kelompok mayoritas dalam masyarakat cenderung melakukan tekanan terhadap minoritas di antara mereka. Tekanan ini dilakukan baik oleh masyarakat sosial maupun masyarakat agama, dalam bentuk individual, institusional terkait maupun dalam bentuk kelembagaan apapun yang mengatasnamakan agama atau 96 Ibid. kelompok tertentu untuk menolak terjadinya penyimpangan. Komunitas atau masyarakat minoritas dimaksud dalam skripsi ini antara lain, komunitas waria, komunitas punk, perempuan, masyarakat kulit hitam, dan homoseksual khususnya komunitas L.G.B.T. Pengendalian sosial yang memiliki sifat menekan ini dilakukan untuk membuat masyarakat atau kelompok yang jumlahnya minoritas kembali ke dalam jalur ketetapan yang telah dibuat oleh masyarakat mayoritas atau masyarakat yang merasa terancam dengan keberadaan kaum L.G.B.T karena merasa akan dikuasai oleh mereka atau tertular oleh mereka sehingga memiliki orientasi yang sama. Tentu saja tidak semua masyarakat melakukan tindakan represif dan menekan seperti itu. Ada hanya beberapa elemen masyarakat saja yang melakukannya dengan anggapan yang demikian. Seringkali tindakan tersebut dilakukan bersamaan dengan tindakan diskriminatif serta melecehkan. Tekanan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki bentuk yang beragam. misalnya, pemukulan, pengucilan, penolakan dalam pekerjaan dan lingkungan dalam bentuk demonstrasi, pengiriman surat protes, pembatasan dalam ruang sosial, dan lain-lain. 97 Maka, beragam pula dampak yang ditimbulkan. Dampak tekanan tersebut diantaranya depresi, penyangkalan terhadap orientasi seksual diri sendiri, dipecat dari tempat bekerja, kemiskinan, tidak mendapat kesempatan kerja, prostitusi, menjadi tertutup dengan lingkungan 97 Hasil wawancara dengan Christopher, Doni, Yulie Rustinawati dan Alex beberapa narasumber yang telah diwawancarai. Jakarta 10 Mei 2010 sosial, memiliki opini yang sinis terhadap lingkungan, kurangnya kepercayaan diri, tidak memiliki jati diri yang tetap, dan masih banyak yang lainnya. 98 Terdapat beberapa latar belakang yang menyebabkan kenapa L.G.B.T tidak segera memberikan reaksi seperti melapor dan membela diri ketika mendapatkan perlakuan diskriminatif. Pada individu atau kelompok L.G.B.T yang baru mengalami tekanan biasanya mereka tidak mengadukan atau melaporkan tindakan diskriminasi kepada siapapun. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa takut akan mendapatkan reaksi yang sama seperti para pelaku diskriminatif tersebut atau individu tersebut tidak memiliki informasi yang cukup mengenai hal ketika seorang L.G.B.T mengalami tekanan atau tindakan diskriminatif. 99 Sedangkan bagi L.G.B.T yang sudah sering mendapatkan tekanan maupun tindakan diskriminatif dan biasanya mereka bertindak masa bodoh dengan tekanan tersebut. Namun, bagi individu atau kelompok yang sudah sadar akan hak mereka, kelompok ini tidak segan melaporkan maupun melakukan pembelaan diri terhadap pelaku diskriminasi.Tekanan terjadi tentu saja saat masyarakat atau anggota masyarakat bertemu dengan komunitas atau anggota komunitas L.G.B.T di ranah publik atau pada kesempatan tertentu. Dalam pemberian contoh dibagi dalam tiga kategori kesempatan pertemuan masyarakat hetero dengan homo di ranah publik pada tiga lingkungan yang berbeda. Yang pada umumnya dapat menimbulkan konflik. Diantaranya adalah: 98 Rangkuman Hasil wawancara dengan Yulie Rustinawati dan Ienes Angela. Jakarta 2010. 99 Hasil wawancara dengan Yulie Rustinawati, Jakarta 27 April 2010. 66  Lingkungan keluarga: dalam sebuah keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang belakangan diketahui sebagai seorang biseks. Namun, anggota keluarga lainnya tidak menerima keadaan orientasi individu tersebut. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya individu ini diusir dari rumah karena tidak diterima oleh anggota keluarga lainnya.  Lingkungan masyarakat: dalam sebuah lingkungan perkantoran terdapat beberapa individu yang diketahui ternyata memiliki orientasi seksual sebagai seorang homoseksualitas, kemudian mereka dipecat dengan segera dengan alasan bahwa homoseksual dapat mempengaruhi pekerja lain untuk menjadi homoseksual dan dapat merusak citra baik perusahaan tersebut.  Lingkungan Negara: di Negara Indonesia banyak elemen masyarakat, khususnya elemen masyarakat beragama menolak keberadaan kaum L.G.B.T dengan alasan kaum seperti ini tidak sesuai dengan ajaran agama, dan dapat menyebabkan dosa bagi lingkungan sekitar mereka .

C. Konflik Arus Pelangi dengan Front Pembela Islam dan Hizbut Tahrir

Indonesia Arus Pelangi berdiri sebagai LSM yang berfungsi untuk membantu L.G.B.T mendapatkan hak mereka sebagai bagian dari warga negara, membela L.G.B.T yang tidak dapat perlindungan hukum, melindungi hak-hak dari L.B.G.T dan bergerak sebagai lembaga sosial yang mengurus masalah hak asasi masyarakat terutama kaum minoritas. hal tersebut rupanya tidak membuat LSM ini luput dari tindak diskriminatif atau tekanan yang datang dari berbagai elemen masyarakat. Tekanan-tekanan atau tindakan yang anarkis dan radikal tidak hanya datang kepada Arus Pelangi namun hal seperti ini juga terjadi pada banyak LSM yang bergerak di bidang pembelaan hak asasi manusia. Pertentangan ini terjadi antara LSM pembela minoritas dengan orang- orang yang menentang keberadaan kaum tersebut. Kelompok yang menentang ini juga tidak suka dengan adanya LSM yang membela kaum yang dianggap sebagai kelompok yang menyimpang. Tekanan yang datang ke Arus Pelangi sangat bervariasi mulai dari telepon bernada ancaman yang mengatakan jika Arus Pelangi tetap membela kaum homoseksual maka akan terkena azab dan akan mendatangkan massa untuk membubarkan paksa Arus Pelangi, surat kaleng yang mengancam akan membubarkan LSM tersebut sehingga membawa kekhawatiran dalam Arus Pelangi, tekanan melalui peringatan dari kepolisian setempat ketika sedang mengadakat rapat koordinasi untuk pelaksanaan IDAHO International Day Against Homophobia yang mengatakan bahwa kegiatan LSM ini menghawatirkan masyarakat sekitar, masyarakat khawatir bahwa generasi muda mereka akan tertular sehingga memiliki orientasi yang sama sepertikaum homoseksual, kemudian berdemontrasi membubarkan Arus Pelangi, memboikot semua acara yang mengangkat tema-tema L.G.B.T, juga masih ada beberapa macam tekanan lainnya. Tekanan-tekanan ini datang baik dari perseorangan maupun kelompok-kelompok tertentu. Tindakan-tindakan radikal seperti itu mulai bermunculan ketika L.G.B.T atau LSM yang membela L.G.B.T seperti Arus Pelangi akan mengadakan acara atau sedang mengadakan acara. Kelompok-kelompok yang menolak adanya gerakan yang mendukung serta memberdayakan L.G.B.T langsung mendatangi tempat acara dan langsung memboikot atau berdemonstasi untuk mencegah acara tersebut dilaksanakan. Hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi pada pelaksanaan acara yang dilakukan untuk memberdayakan L.G.B.T, Di antaranya adalah pada pelaksanaan International Lesbian Gay Association ILGA pada tanggal 26 maret 2010 yang rencananya saat itu akan dilaksanakan di Surabaya. Acara dibubarkan hanya beberapa saat sebelum dilaksanakan. Pada hari itu terjadi demonstrasi di sekitar tempat pelaksanaan acara yang menolak dilaksanakannya acara tersebut. Massa Demonstran ini terdiri atas beberapa aliansi massa Islam yang menolak acara tersebut dilaksanakan di Surabaya dengan alasan Surabaya termasuk kota yang Islami dan memiliki tingkat religisitas tinggi. Dengan diselenggarakannya acara tersebut di Surabaya massa khawatir akan ada masyarakat lain yang tertular menjadi salah satu L.G.B.T 100 . Kemudian pada tanggal 30 april 2010 terjadi penyerangan pada acara resmi yang telah memiliki izin resmi dari polsek setempat mengenai pelaksanaan pelatihan kaum waria yang diadakan oleh Komnas HAM di Hotel Bumiwiyata, Depok, oleh Front Pembela Islam FPI. Ketika beberapa pelaku ditangkap, pengurus FPI mengatakan bahwa penyerangan tersebut bukanlah atas perintah resmi Dewan Pembina Pusat FPI dan pelaku penyerangan itu bukanlah berasal dari anggota FPI 101 . Alasan penyerangan ini dilakukan karena kaum waria tidak sesuai dengan jenis kelamin yang dilahirkan dari Tuhan dan tidak sesuai dengan paham yang diyakini oleh kelompok tersebut. Mereka merasa berhak melakukan kontrol terhadap kelompok atau masyarakat yang tidak sesuai dengan paham dan agama yang mereka yakini jika pemerintah tidak melakukan usaha untuk mencegahnya 102 . pada tanggal 24 September 2010 ketika Queer Film Festival berlangsung di Jakarta terjadi pemboikotan dengan nada ancaman oleh sejumlah aliansi Islam dan umum yang menolak adanya pelaksanaan film tersebut. Mereka beranggapan bahwa diadakannya festival film seperti ini akan mendorong terjadinya kerusakan moral bangsa dan membuat masyarakat berfikir bahwa homoseksualitas dan seks bebas dapat dilakukan secara bebas 103 di negeri ini. kemudian pada tanggal satu Desember pada peringatan hari AIDS sedunia HTI atau yang biasa dikenal 100 Liputan rekaman pada berita pagi TVOne, Apa Kabar Indonesia Pagi disiarkan secara langsung, Jakarta 26 Maret 2010. 101 Hasil rekaman liputan pagi program berita TVOne breaking news, Jakarta, 30 April 2010. 102 Rekaman acara siaran langsung program acara DEBAT TVOne, Jakarta 30 Juni 2010. 103 Hasil rekaman liputan program berita Metro Hari Ini, Jakarta 24 September 2010. dengan sebutan Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi damai di bunderan Hotel Indonesia Jakarta. Mereka menyerukan pentingnya untuk menghentikan penyebaran HIVAIDS mereka juga masih berpendapat bahwa kaum homoseksual adalah salah satu faktor penyebar utama HIVAIDS sekarang ini berdasarkan fakta sejarah 104 , padahal dalam kenyataannya sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh KPA di bawah pengawasan Kementrian kesehatan RI heteroseksual-lah yang memberikan andil sangat besar pada penyebaran HIVAIDS dan bukan dari kaum homoseks juga transgender. Perbedaan respon yang terjadi terhitung 10 tahun sebelumnya hingga sekarang sangat berbeda jauh. Pada era 1990 hingga 1990-an akhir, masih sedikit L.G.B.T yang mau melaporkan tindak diskriminatif atas mereka dan membela hak mereka baik itu terjadi karena masih belum mendapatkan pembelaan serta perlakuan yang sama oleh aparat polisi maupun pembelaan masyarakat umum. Namun, sekarang L.G.B.T yang mau bersuara atas hak mereka telah meningkat jauh lebih banyak dibanding era yang sebelumnya secara individu maupun kelompok dalam bentuk komunitas. Memang, tidak ada data statistik yang menunjukkan secara rinci jumlah homoseksual di seluruh dunia maupun nasional. Namun karena semakin banyak manusia yang lebih berani menyatakan tentang pilihan orientasi seksualnya untuk dapat menyuarakan pendapat dan hidup lebih bebas dengan pilihan hidup mereka 104 Handout AIDS A wareness campaigne HTI edisi 1 Desember 2010 “ ”AIDS” solusi penanggulangan AIDS dan pernyataan sikap dan komitmen bersama remaja penegak syariah islam dan khilafah muslimah HTI ” point 1 dan 2.