Visi dan Misi Arus Pelangi

timbul persepsi keliru yang pada akhirnya menimbulkan ketakutan-ketakutan tanpa alasan. Salah satunya adalah ketakutan pada kaum homoseksual yang juga disebut homophobia. Menurut salah satu pendiri Arus Pelangi istilah homophobia digunakan untuk masyarakat yang merasa takut pada kaum homoseksual dan terkadang merupakan ketakutan-ketakutan yang irrasional, reaksi yang dikeluarkan dapat berupa sikap yang antipati, persangkaan-persangkaan, hinaan, serta juga dapat berupa tindak diskriminasi baik secara fisik maupun mental berdasarkan orientasi seksualnya. 74 Homophobia merupakan sebuah istilah yang digunakan kepada masyarakat yang menolak homoseksualitas dan hal tersebut terbentuk dari ketakutan yang irrasional. sikap ini ditunjukkan dengan sikap bermusuhan atau tidak ramah kepada homoseksual, sebagaimana yang disebutkan oleh Gregory M. Herek: 75 “Homophobia, a term often used to describe hostile reactions to lesbian and gay men, implies unidimensional construct of attitudes as expressions of irrasional fears. ” Namun demikian definisi tersebut tidaklah cukup untuk menjabarkan apa sebenarnya homophobia. Phobia sendiri adalah sebuah ketakutan pada sesuatu, misalnya phobia pada ruang sempit, phobia pada ular, phobia pada ketinggian, phobia pada keramaian, phobia pada orang baru, phobia pada warna tertentu, termasuk pula di dalamnya homophobia dan masih banyak phobia 74 Hasil wawancara dengan Co-Founder Arus Pelangi King Oey, 10 April 2010. 75 John P. De Cecco, Homophobia: An Overview New York: The Haworth Press, 1984, h. 1. lainnya. 76 Ketakutan-ketakutan ini terjadi bisa tanpa alasan atau faktor traumatik atau karena pernah mengalami pengalaman buruk dengan hal yang bersangkutan. Jadi, dapat dikatakan lebih tepat bahwa homophobia adalah sebuah sikap ketakutan yang menolak keberadaan homoseksual. Ketakutan-ketakutan ini bersifat irrasional, boleh jadi karena memiliki pengalaman buruk dengan pihak yang bersangkutan atau hanya sebatas ketakutan tanpa alasan. Reaksi yang dikeluarkan oleh masyarakat yang homophobia dapat bermacam-macam, mulai dari pengucilan, pencacian, penculikan, penyiksaan, hingga pembunuhan. Tindak kekerasan pada homoseksual mencapai puncaknya ketika akhir tahun 70-an banyak kaum homoseksual yang menjadi korban kalangan homophobi hingga jatuh korban tewas 77 . Dalam masyarakat, homophobia ini tidak terbentuk begitu saja melainkan hasil kumulatif informasi secara turun temurun lalu menjadi stigma negatif yang melekat pada masyarakat. Hal ini boleh jadi timbul karena dorongan beberapa faktor, di antaranya adalah faktor sejarah dan faktor agama karena adanya kepercayaan bahwa kaum homoseksual merupakan kaum penerus kaum Sodom dan Gomorah pada zaman Nabi Luth yang telah dilaknat oleh Tuhan karena perilaku seksual mereka dengan sesama jenis 78 . Akibat perilaku tersebut, menurut kitab suci Al- 76 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, h. 215. 77 Susan M. shaw Janet Lee, W omen’s Voices, Feminist Visions Classics and Contemporary Readings NY: The McGraw Hill, 2004, h. 82. 78 Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual Jakarta: Hujjah Press, 2008, h. 51. Lihat juga ”Sodom and Gomorrah by Michael Proust, a new translation by John SturrockEngland: Penguin Books, 2002. ” h. vii, lihat juga sejarah kaum Sodom dan Gomorrah pada Lembaga Al-Kitab Indonesia, Al-Kitab. Jakarta- Lembaga Al-Kitab Indonesia: 2006, Genesis 19:1-13. Qur‟an, kaum tersebut dibinasakan. ALLAH SWT mengubur mereka hidup-hidup dan melempar mereka dengan batu panas yang berasal dari neraka. Juga tentang binasanya penduduk kota Pompeii terkena letusan Gunung Vesuvius di Itali, itu terjadi karena pada masa itu penduduknya sangat senang melakukan perjudian, prostitusi termasuk perilaku homoseksual. 79 Pada saat Gunung Vesuvius meletus tak satu penduduk pun yang sempat menyelamatkan diri karena mereka sedang sibuk dengan kegiatan tercela mereka. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kejadian meletusnya Vesuvius merupakan peringatan kedua dari Tuhan tentang larangan berperilaku homoseksual. Berdasarkan tulisan sejarah tersebut masyarakat berpikir jika mereka menerima keberadaan kaum homoseksual maka mereka akan bernasib sama dengan kaum Luth di mana orang yang tidak melakukan hubungan sesama jenis juga tertimpa azab dari Tuhan. kedua sejarah itu berpengaruh sangat besar dalam mengkonstruksi pemikiran masyarakat tentang homoseksual, ketakutan yang membayangi mereka tentang azab dari Tuhan. Ketakutan menyangkut pada homoseksualitas juga timbul karena tindakan kaum homoseksual yang di dalamnya termasuk lesbian,gay, biseks, transgender juga banci atau travetis dianggap sesuatu yang sia-sia dan tidak biasa. Sejak zaman dahulu baik terhitung semenjak masuknya ajaran agama- agama masuk maupun pada zaman kepercayaan Dewa-dewi perkawinan dalam 79 Lihat juga Rama Azhari dan Putra Kencana, Membongkar Rahasia Jaringan cinta untuk peristiwa kota pompeii, hal.52.