Konsep Waktu dalam Primbon

tersusun dalam tata tertib menyeluruh dengan ruang absolut. Setiap benda dan peristiwa dalam ruang relatif tersusun dalam tata tertib menyeluruh dengan ruang absolut. Setiap benda dan peristiwa di dunia ini saling tergantung dalam “ketertiban agung” ruang absolut. Bumi ini juga tergantung pada tata tertib rotasi bulan dan matahari. Matahari dan Bulan tergantung pada tata tertib jalannya bintang-bintang. Dan bintang-bintang seluruh semesta tergantung dari ruang absolut tadi. Inilah sebabnya dalam primbon, semua hal di dunia manusia memiliki pola hubungan satu sama lain. Setiap benda menempati ruangnya sendiri yang relatif terhadap keberadaan benda-benda yang lain. Keyakinan ini seperti membuat primbon seolah-olah merupakan ‘ngelmu gathuk’ ilmu mencocokkan. Kesan demikian bisa saja terjadi, karena pola menghubung-hubungkan itu tidak baku. 44

C. Konsep Waktu dalam Primbon

Takdir atau nasib manusia ditentukan oleh kedudukan waktu pada saat manusia hadir di dunia ruang. Maka pemahaman tentang waktu ini memegang peranan kunci dalam memahami tempat manusia di dunia. Waktu yang non- material menentukan tempat dan ruang yang material. Manusia dan benda- benda serta peristiwa-peristiwa adalah material. Karena absolutnya peranan waktu yang universal dan otonom ini, primbon memperinci hitungan waktu sampai hal yang sekecil-kecilnya, yakni hitungan jam. Tetapi juga menghitung Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, h. 119. hal yang sebesar-besarnya, yakni windu atau periode delapan tahunan. Bahkan yang delapan tahunan ini diperluas menjadi 64 tahun. Hitungan waktu dalam Primbon berbeda sekali dengan hitungan waktu modern. Sebuah kelahiran hanya dicatat tanggal, hari, bulan dan tahunnya. Dalam Primbon, kelahiran seseorang dicatat dari mulai jamnya, hari pasaran, tanggal, paringkelannya hitungan pasaran dalam sebulan, wukunya hitungan minggu dalam jumlah 30 minggu, nama tahun, nama bulan, nama windu. 45 Ketepatan waktu absolut itu dihitung serinci-rincinya, sebab pemahaman ini akan sangat menentukan ruang gerak subjek di tempatnya. Jelaslah bahwa pandangan orang Jawa terhadap ruang dan waktu tidak jauh berbeda dengan pandangan Timur, terutama India dan juga filsuf-filsuf Yunani sebelum Aristoteles. Pandangan Plato boleh dikatakan mirip dengan pandangan Timur. Waktu itu absolut dan berada di luar waktu manusia ini. Waktu absolut memberikan dampak terhadap keberadaan manusia di tempatnya masing-masing. Waktu yang non-material itu meresapi semua yang ada dalam ruang. Waktu faktor unitaris yang abadi, yang hadir dalam tempat dan ruang kosmos. Primbon mendasarkan diri pada filsafat objektif realis tentang waktu dan ruang. Waktu dan ruang benar-benar ada, bukan hanya berada dalam pikiran manusia. Waktu dan ruang itu absolut adanya dan berada di luar waktu dan ruang semesta yang relatif. Waktu dan ruang relatif manusia bersumber pada waktu dan ruang absolut. Waktu absolut adalah waktu yang ‘sekarang’ dan selalu ‘sekarang’. Kategori masa lalu, masa sekarang dan yang akan Lihat Harya Tjakraningrat, Betaljemur Adammakna dan Attasadhur Adammakna Solo: Buana Raya, 1994. datang adalah konvensi manusia dan nilainya relatif. Waktu relatif ini ditentukan adanya oleh waktu absolut yang objektif riil itu. Di belakang Primbon terdapat gambaran bahwa ada ruang dan Waktu yang Tunggal, Satu dalam dirinya, dan Absolut, Nyata. Pada ketunggalan itu masuk di dalamnya ruang dan waktu relatif manusia. Pandangan Primbon tentang ruang dan waktu, berbeda dengan pandangan kaum Subjektivis keras maupun lunak, yang menyatakan bahwa ruang dan wktu sepenuhnya ‘tak ada’, tidak objektif, tidak riil. Semua itu hanya konstruktif pikiran manusia belaka, lantas jadi konvensi umum. 46 Anton Bakker, Kosmologi dan Ekologi, h. 111.

BAB IV APLIKASI PRIMBON PADA MASYARAKAT JAWA