Perhitungan Waktu dalam Primbon

BAB IV APLIKASI PRIMBON PADA MASYARAKAT JAWA

A. Perhitungan Waktu dalam Primbon

Kunci Primbon adalah memahami Waktu absolutnya terlebih dahulu. Penemuan waktu ini akan dapat menentukan di mana letak seorang manusia dalam Ruang semesta, khususnya dalam ruang relatifnya di dunia ini. Karena tempat seorang manusia telah ditemukan berdasarkan kemunculannya dalam Waktu, maka semua gerak-geriknya harus diatur berdasarkan Waktu tersebut, kalau manusia itu mau selamat. Begitu pula kala seseorang mau mencelakakan orang lain, maka dia harus mengetahui letak dan tempat orang lain tersebut dalam pola tata tertib Waktu dan Ruangnya dalam alam semesta kosmos. 47 Para maling penganut Primbon di Jawa, misalnya, jika ingin selamat menjalankan profesinya, juga harus mempelajari Primbon yang disebut kalamunyeng atau Kalamudeng. Kapan hari yang baik baginya untuk maling, berdasarkan hitungan tempat tinggal dan tanggal lahir si maling tersebut. Dalam hal ini keselamatan masyarakat juga dapat dihitung berdasarkan letak dan tempat masyarakat tersebut dalam tata tertib Kosmos Agung itu. Dengan demikian, Primbon memperlakukan kategori waktu secara semesta dan rinci. Dasar perhitungan waktu semesta itu berdasarkan dari agama Hindu. Dalam agama Hindu diajarkan tentang adanya Hari Brahma dan Malam Brahma. Hari Brahma adalah waktu penciptaan segala material dunia Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen Yogyakarta: Narasi, 2001, h. 148. dan semesta ini. Di sini tidak dipermasalahkan apakah penciptaan semesta material itu dengan cara emanasi atau dengan cara creatio ex nihilio. Dalam Hindu, masa penciptaan semesta berlangsung dalam empat waktu besar, yakni Kertayuga, Dwaparayuga, Tertayuga dan Kaliyuga. Masa Kertayuga adalah masa keemasan penciptaan dunia, sebab semua makhluk ciptaan bertingkah laku sempurna, sehingga keadaan manusia secara tertib kosmologi. Sehingga dalam keadaan damai dalam kemakmuran. Tetapi dalam masa berikutnya, manusia di dunia telah ada yang bertingkah laku chaos terhadap kosmos, sehingga hampir separuh manusia bertingkah laku tidak tertib kosmologis. Ketentraman hidup manusia mulai terganggu, kejahatan- kejahatan dilakukan oleh setengah jumlah manusia yang ada. 48 Pada masa berikutnya, gejala tidak tertib kosmos ini semakin banyak, sehingga tiga perempat jumlah manusia berlaku jahat, yang disebut Tertayuga. Dan pada masa akhir penciptaan dalam Hari Brahma ini, dapat dikatakan semua makhluk mansia berbuat jahat, chaos, yang dapat mengguncangkan kosmos . Inilah masa Kaliyuga. Pola pemikiran kosmos yang demikian itulah yang menyebabkan setiap manusia Jawa mengalami masa-masa krisis sosial, entah lantaran kelakuan manusia atau alam, selalu ingat sebagai masa Kaliyuga, sehingga akhir dunia semakin dekat. Guna menghindari hal tersebut, manusia selalu tergerak untuk berusaha agar tertib dunia dikembalikan seperti semula, yakni zaman emas Kertayuga. Zaman seperti ini ditandai dengan munculnya seseorang atau beberapa orang Harun Hadiwijono, Filsafat India, h. 4. yang menyatakan diri sebagai memperoleh ‘wahyu’ Dunia Absolut, untuk memimpin rakyat memusnahkan unsur-unsur Kaliyuga, yakni mereka yang hidup dalam kegelapan moral. Inilah gerakan milenier, hitungan ribuan tahun. 49 Apabila dunia ini akhirnya kiamat pada masa akhir Kaliyuga, maka tibalah masa tiada material. Inilah masa Pralaya, masa dihancurkannya dunia oleh kekuatan-kekuatan semesta. Saat yang amat mengerikan. Berlangsunglah masa Malam Brahma. Kemudiain peristiwa penciptaan Brahma akan berulang kembali dengan mengalami proses periodisasi yang sama seperti sebelumnya. Pola berfikir demikian itu mengisyaratkan bahwa segala sesuatu ‘yang ada’ secara material ini menjalani proses pengulangan-pengulangan. Semesta tidak berproses secara linear, tetapi sirklar, seperti malam dan siang, musim hujan dan musim kemarau, tahun berganti tahun. Primbon diletakkan dalam kerangka berfikir Harai Brahma, hanya saja tidak jelas di masa yang mana. Apakah ini masa Kaliyuga, Dwaparayuga atau Tertayuga. Yang jelas bukan masa Kertayuga. Masa yang disebut Caturyuga ini tengah berlangsung sekarang. Mungkin masa Primbon sudah memasuki masa Kaliyuga, yang entah berapa ribu tahun usianya. 50 49 Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil Jakarta: Sinar Harapan, 1984, h. 42. 50 Harun Hadiwijono, Filsafat India, h. 23.

B. Perhitungan Ruang dalam Primbon