Perhitungan Ruang dalam Primbon

B. Perhitungan Ruang dalam Primbon

Ruang relatif yang material ini bergantung atau bagian dari ruang absolut yang riil. Ruang subjek dalam primbon ditetapkan tempatnya dalm empat kiblat kalimo pancer, empat arah mata angin dengan satu pusat, yaitu timur, barat, utara, selatan, tenggara, timur laut, barat laut, barat daya, dan pusat. Penghitungan lima atau sembilan ruang ini khas masyarakat sawah. Dalam masyarakat yang murni hidup dalam berladang atau berburu, bahkan maritim, hanya dikenal pembagian tiga, yakni timur-barat-tengah, utara-selatan-tengah. “Tengah” di situ tidak menyatukan dualisme ruang yang ada, masing-masing terpisah. Hanya di masyarakat sawah seperti Jawa dan Bali, ruang empat-lima ini dikenal. Ini disebabkan masyarakat sawah amat menekankan pentingnya lokasitas, komunalitas, solidaritas, dan sistem organisasi terpusat untuk menangani masalah persawahan yang memerlukan lahan yang lebih luas dan tenaga kerja petani yang lebih banyak. Untuk menangani tenaga kerja yang begitu banyak, dan menangani perairan persawahan yang begitu luas, diperlukan suatu pengorganisasian yang terpusat dan kuat. Perlu ada pusat. Pusat inilah yang mengatur ruang dalam pembagian empat. Pembagian itu sesuai dengan pembagian waktu pasaran, yakni Kliwon di pusat, Pon di barat, Wage di utara, Legi di Timur dan Pahing di selatan. Jacob Soemarjo berpendapat bahwa primbon asli Jawa berdasarkan sistem penanggalan qamariyah bulan yang membagi satu bulan dalam enam pasaran. Dan enam pasaran ini menciptakan paringkelan. Satu tahun ditandai oleh empat musim, yakni Mareng, Ketiga, Labuh, dan Rendheng. Ketika muncul kalender Surya dari India, tahun Saka, maka terjadi kesulitan menetapkan tempat waktu daam ruang 4 satu pusat, atau ruang 8 satu pusat. Pada penempatan waktu dalam ruang kalender surya ini, terpaksa diadakan pengualangan waktu. Tepatnya adalah Rabu di pusat, Jumat di Timur, Selasa di Barat, Kamis di Utara, Minggu di Selatan, Sabtu di Tenggara, Senin di Barat Daya. Tetapi di Barat Laut, terpaksa dipasang lagi hari rabu, dan untuk di Timur Laut dipasang hari Kamis. 51 Ruang subjek dalam ruang relatif ini ditentukan oleh hari dan pasarannya. Seperti sudah diutarakan di muka, bahwa setiap hari dalam minggu telah ditetapkan tempat ruangnya, dan setiap hari pasaran juga telah ditetapkan tempat ruangnya. Jika seseorang dilahirkan pada hari Rabu barat dan pasarannya Pon barat, maka orang itu berada di ruang barat tepat. Tetapi jika seseorang lahir hari Sabtu selatan dan pasarannya Pon barat, maka tempat ruangnya ada di antara barat-selatan. Gabungan waktu-ruang kelahiran seseorang ini, jika dihubungkan dengan kesatuan-kesatuan waktu lainnya, seperti jam, bulan, wuku, paringkelan, dan tahun, akan melahirkan berbagai ketentuan keselamatan, kelestarian, keberuntungan kecelakaan, sakit, kematian, kerugian dan lain-lain, jika dia bergerak ke arah ruang tertentu. Hubungan antar subjek yang menguntungkan dan merugikan juga ditentukan oleh tempat ruang masing-masing. Disinilah terdapat perhitungan yang sulit dan berbelit-belit dalam primbon, sehingga diperlukan pakarnya yang memiliki catatan yang lengkap terdapat makna semua hubungan ruang- waktunya. Inilah sebabnya para pakar primbon memerlukan bantuan lambang- lambang angka untuk setiap kategori ruang-waktu. Hitungan itu tak lebih dari 51 Jacob Soemardjo, Arkeologi Budaya Indonesia, h. 88. sembilan angka saja, sehingga terdapat sembilan rumusan makna untuk setiap koordinat waktu dan ruangnya. Itulah yang disebut petungan perhitungan yang arti akhirnya sama dengan primbon. 52

C. Aplikasi Primbon dalam Masyarakat Jawa