BAB III KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM PRIMBON
A. Definisi Ruang dan Waktu
Manusia dan alam semesta sama-sama mengada dalam ruang dan waktu. Sejak seorang manusia dilahirkan hingga kematiannya, ia berada dalam
ruang dan waktu dunia ini. Tetapi penjelasan mengenai apa itu ruang dan waktu, rupanya sejak zaman Yunani dan Upanishad di India, hinga sekarang
belum ada jawaban yang memuaskan. Karenanya tetap akan muncul jawaban- jawaban berikutnya dalam filsafat kosmologi.
Ketika St. Agustinus ditanya mengenai waktu, ia menjawab “Saya tahu apa itu waktu. Tetapi jika saya diminta menjelaskannya, saya tidak tahu”.
39
1. Definisi Ruang Adapun ruang, Anton Bekker membaginya dalam empat golongan
pemikiran. Golongan pertama adalah Subjektif, golongan ini menyatakan bahwa ruang itu konsep subyektif saja tanpa realitas. Seperti penjelasan
Kant, bahwa tempat dan ruang merupakan konsep tanpa dasar objektif. Hanya bentuk subjektif dalam persepsi. Kaum positivis juga berpendapat
bahwa ruang dan waktu tidak mempunyai arti. Sebab keduanya bukan realitas empiris yang dapat dibuktikan dengan metode empiris ilmiah.
40
Golongan kedua adalah golongan Realisme-Ekstrim, realitas tersendiri. Penganutnya kebanyakan para filsuf Timur dan filsuf pra-
39
Jacob Sumardjo, Arkeologi Budaya Indonesia, h. 83.
40
Anton Bakker, Kosmologi dan Ekologi, h. 111.
Sokrates di Barat. Menurut golongan ini, ruang bersifat tak terbatas, abadi, tak terobservasi, dan menjadi syarat kemungkinan ekstensi, tetapi tidak
sama dengan ekstensi. Ruang terbagi menjadi dua, yakni ruang yang memuat dunia, dan ruang yang kosong di seberang sana.
Golongan ketiga ialah mereka yang melihat ruang sebagai konsep dengan dasar riil. Aristoteles misalnya menyatakan bahwa ruang adalah riil
sejauh terdapatkan keleluasaan berdimensi dengan panjang, lebar, dan tingginya. Ruang absolut tidak ada, harus bertolak, yaitu realitas yang
berbeda dengan substansi kosmos. Ruang merupakan konsep logis saja, tetapi dengan satu landasan dalam kenyataan. Adapun golongan terakhir
adalah kaum eksistensialis. Ruang selalu dihidupi dalam praktis. 2. Definisi Waktu
Anton Bakker menggolongkan pemikiran tentang waktu dalam 4 golongan. Golongan pertama adalah golongan subjektivisme. Golongan ini
menyatakan, bahwa waktu itu sesuatu yang tidak riil, hanya merupakan bentuk subjektif-individual yang berasal dari pikiran. Ruang dan waktu
adalah konstruksi-konstruksi yang bersifat relatif, terbatas dan ilusif. Pandangan ini terdapat di Barat ataupun Timur. Di Barat dimulai dari
Parmenides dan Zeno di zaman Yunani, sampai Descarters, John Locke, David Hume, Kant, Hegel, dan Carnap di abad XX. Sedang di dunia Timur
diwakili Budhis yang menyatakan “Masa lalu, masa depan, ruang fisik dan individu-individu tidak lebih dari deretan nama-nama bentuk pemikiran,
kata-kata dari kebiasan umum”.
41
Jacob Sumardjo, Arkeologi Budaya Indonesia, h. 84.
Golongan kedua adalah Realisme Ekstrem, yang menyatakan bahwa waktu itu realitas absolut otonom yang universal, tidak memiliki kesatuan
intrinsik, tetapi hanya menunjukkan urutan-urutan murni. Pandangan yang bersifat spiritual ini berkembang di kalangan filsuf India purba seperti
Kaum Jaina, Nyaya dan Vaiseshika sekitar 500 SM. Mereka menyatakan bahwa waktu adalah substansi nonmaterial yang riil. Substansi unitaris yang
terbatas, abadi, noneksisten dan tak terbagikan. Waktu itu hanya satu yang menampung dan meresapi segala yang ada. Di samping itu ada waktu
empiris yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan. Waktu empiris oleh konvensi manusia diletakkan atas waktu riil itu.
Pandangan demikian juga dianut oleh manusia Indonesia kuno, di mana primbon muncul. Di Barat juga terdapat pendapat seperti ini pada
Newton, Whitehead, Clarke dan Alexander. Golongan ketiga adalah Realis Lunak, yang berpendapat bahwa
waktu merupakan aspek perubahan riil, tetapi dihasilkan oleh subjek dan terabstraksi dari kreativitas pengkosmos. Penganutnya antara lain adalah
Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, dan Einstein. Golongan terakhir ialah kaum Subjektivisme Lunak, yang banyak
dianut eksistensialis. Dalam hal ini Henri Bergson menyatakan bahwa waktu itu memang riil, tetapi selalu berciri kualitatif, tidak bereksistensi dan
tidak terukur, sebab kesadaran manusia memang tidak bereksistensi.
42
Anton Bakker, Kosmologi dan Ekologi, Jakarta: Kanisius, 1995, h. 110.
B. Konsep Ruang dalam Primbon