B. Konsep Ruang dalam Primbon
Seperti yang ditunjukkan oleh Anton Bakker, Indonesia menganut paham ruang dan waktu sebagai realisme-ekstrim. Waktu adalah tatanan yang
berada di luar semua hal, termasuk manusia dan peristiwa-peristiwa. Terdapat suatu waktu yang asali dan primordial, dan semua peristiwa berakar dalam
waktu asali itu, serta mendapatkan identitas dan mutunya di sana. Semua peristiwa alami dikuasai oleh takdir, dan semua peristiwa manusiawi harus
menyesuaikan diri dengan keteraturan yang telah ditetapkan. Arti waktu bagi seseorang dapat berbeda dengan arti waktu bagi yang lain. Setiap orang
memperoleh ketentuan waktunya sendiri-sendiri, bagi seseorang merupakan waktu yang baik, bagi yang lain tidak baik. Waktu itu bukan linear, tetapi
siklis, teratur dalam periodisitas-periodisitas. Pandangan tentang ruang pun realistis-ekstrim. Semua penghuni
kosmos memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Seluruh kosmos besar ini
semuanya memiliki tempatnya sendiri-sendiri yang saling berhubungan dan saling melengkapi. Ruang geografis sangat dipentingkan dengan tempatnya
yang relatif. Tempat konkret itu menentukan kedudukan seseorang, juga tempatnya dalam kosmos ini.
43
Ruang sejati juga absolut, menyeluruh dan holistik. Ruang absolut ini menjadi dasar dari ruang relatif pula, dan berada di dalamnya. Ruang manusia
dan semesta yang relatif itu tersusun dalam tata tertib holistik dalam ruang absolut. Hubungan antara ruang relatif dengan ruang absolut adalah
ketergantungan padanya. Setiap benda dan peristiwa dalam ruang relatif,
Ibid. , h. 112.
tersusun dalam tata tertib menyeluruh dengan ruang absolut. Setiap benda dan peristiwa dalam ruang relatif tersusun dalam tata tertib menyeluruh dengan
ruang absolut. Setiap benda dan peristiwa di dunia ini saling tergantung dalam
“ketertiban agung” ruang absolut. Bumi ini juga tergantung pada tata tertib rotasi bulan dan matahari. Matahari dan Bulan tergantung pada tata tertib
jalannya bintang-bintang. Dan bintang-bintang seluruh semesta tergantung dari ruang absolut tadi. Inilah sebabnya dalam primbon, semua hal di dunia
manusia memiliki pola hubungan satu sama lain. Setiap benda menempati ruangnya sendiri yang relatif terhadap keberadaan benda-benda yang lain.
Keyakinan ini seperti membuat primbon seolah-olah merupakan ‘ngelmu gathuk’
ilmu mencocokkan. Kesan demikian bisa saja terjadi, karena pola menghubung-hubungkan itu tidak baku.
44
C. Konsep Waktu dalam Primbon