Hadanah Hak Mendidik dan Merawat

pengadilan agama tidaklah demikian. Wanita-wanita yang ditalaq tidak mendapatkan mut’ah sama sekali apapun motif talaqnya. Kadang-kadang, langkah yang ditempuh oleh pengadilan agama hanyalah berorentasi pada beberapa fuqaha yang mengatakan bahwa nafkah, tempat tinggal, dan pakaian, yang diberikan kepada wanita yang ditalaq selama dia menjalani masa iddah, sudah merupakan mut’ah yang mencukupi. 2

2. Hadanah Hak Mendidik dan Merawat

Dalam Islam pemeliharaan anak disebut hadhanah. Istilah hadanah Secara etimologis berarti di samping atau berada di bawah ketiak. Sedangkan Secara terminologis, hadanah merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang hilang kecerdasannya, karena mereka belum memenuhi kebutuhannya sendiri. Yang dimaksud dengan mendidik di sini ialah menjaga, memimpin, dan mengatur segala hal anak-anak yang belum dapat menjaga dan mengatur dirinya sendiri. 3 Apabila seorang suami istri bercerai sedangkan keduanya mempunyai anak yang belum mumayyiz belum mengerti kemaslahatan dirinya, maka istrilah yang mengatur semuanya hingga ia mengerti akan kemashlahatannya. Dalam waktu itu si anak hendaklah tinggal bersama ibunya selama ibunya belum menikah dengan orang lain. Meskipun si anak ditinggalkan bersama ibunya, tetapi nafkahnya tetap wajib dipikul oleh ayah anak tersebut. 2 At-Tahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, Jakarta Pustaka firdaus 1992 , h. 120. 3 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, h. 415. Dalam sebuah riwayat hadits Rasullah SAW bersabda: ا ﺪ ﷲاﺪ ﺮ : نا ةاﺮ ا ﺎ ﺎ لﻮ ر ﷲا نا ا اﺬه نﺎآ ءﺎ و ﺪﺛو ءﺎ يﺮ و ءاﻮ ناو ﺎ ا داراو نا ﺰ , لﺎ ﺎﻬ لﻮ ر ﷲا و ا ا ﺎ ﻜ دواد ﻮ ا اور 4 Artinya: Dari Abi Jaddah Abdullah Bin Umar, bahwa seorang perempuan datang kepada nabi dan berkata: ya Rasullah, anakku ini dulu berada dalam kandunganku dan menghisap payudaraku sedangkan ayahnya telah menceraikanku dan dia ingin mengambil anak ini dariku bagaimana ya Rasullah? Kemudian Rasullah bersabda: engkaulah yang lebih berhak untuk mendidik anakmu selama engkau belum menikah dengan orang lain”. HR. Abu Daud Apabila si anak sudah mengerti, hendaklah diselidiki oleh seorang yang berwajib, siapakah diantara keduanya ibu atau bapak yang lebih berhak dan pandai untuk mendidik anak itu hendaklah diserahkan kepada yang lebih baik untuk mangatur kemaslahatan anak itu. Hadis di atas menunjukan bahwa seorang ibu lebih berhak untuk mengasuh anaknya jika diceraikan oleh ayahnya, dan sang ibu belum menikah lagi. Tapi, jika ia telah menikah maka hak mengasuh anaknya telah gugur. Adapun urutan hak asuh anak Didahulukan seorang ibu untuk mengasuh anaknya, karena sang ibu biasanya lebih dekat dan lebih sayang terhadap bayi yang dilahirkanya 5 4 Abi Daud Sulaiman Bin Asy’ats Al-Sajistani, Sunan Abi Daud, Beirut:Daar Al-Fikr 2005, h. 425. 5 Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk Jakarta:Gema Insani, 2006, cet. 1, h.750. Apabila hak asuh seorang ibu telah gugur, maka hak pengasuhan anak dipindahkan kepada ibunya istri atau nenek dari anak tersebut. Karena, nenek adalah keluarga yang terdekat setelah ibu. selain itu, seorang nenek juga mempunyai setatus sama seperti ibunya. Ia akan lebih menjaga dan menyangi anak yang diasuhnya dibanding yang lain. 6 Undang-Undang Perkawinan, pada saat itu belum mengatur secara khusus tentang aturan penguasaan anak. Bahkan PP No. 9 tahun 1987 tidak menjelaskan secara luas dan rinci. Sehingga pada waktu sebelum tahun 1989, para hakim masih merujuk pada kitab-kitab fiqih. Setelah diberlakukannya UU No. 7 tahun 1989 tentang penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, masalah hadanah menjadi hukum positif di Indonesia dan peradilan agama diberi wewenang untuk memeriksa dan menyelesaikannya. 7 Kendati demikian, secara global sebenarnya Undang-Undang perkawinan telah memberi aturan pemeliharaan anak tersebut telah dirangkai dengan akibat putusnya sebuah perkawinan. Di dalam pasal 41 dinyatakan bahwa sebuah perkawinan putus karena terjadinya perceraian, maka akibatnya adalah: Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai pengusaan anak pengadilan memberikan keputusannya, oleh karena itu bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharan dan pendidikan yang diperlukan 6 Ibid. h. 750. 7 Abdul Manan, ”Problematika Hadanah Dan Hubunganya Dengan Praktik Hukum Acara Di Peradilan Agama”, Dalam Mimbar Hukum, no. 49 tahun IX 2000, h. 69. oleh anak, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk memberikan biaya penghidupan dan menentukan sesuatu kewajiban bagi mantan istri. 8 Adapun menurut Kompilasi Hukum Islam di dalam pasal-pasalnya digunakan istilah pemeliharaan anak yang dimuat di dalam Bab XIV pasal 98-106, bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat secara fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan pernikahannya. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak mampu. Pasal yang secara eksplisit mengatur masalah kewajiban pemeliharaan anak jika terjadi perceraian hanya terdapat di dalam pasal 105, bahwa Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum umur 12 dua belas adalah hak ibunya. Dan masalah Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak itu untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. Adapun masalah dalam Biaya pemeliharaan anak di tanggung oleh ayah. Pasal-pasal kompilasi Hukum Islam, tentang hadanah menegaskan bahwa kewajiban pengasuhan material dan non material merupakan dua hal yang tidak dapat 8 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan. Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.299. dipisahkan. Lebih dari itu, Kompilasi Hukum Islam malah membagi tugas-tugas yang harus diemban kedua orang tua kendatipun mereka berpisah. Anak yang belum mumayyiz tetap diasuh oleh ibunya, sedangkan pembiayaan menjadi tanggung jawab ayahnya. 9 Kompilasi Hukum Islam juga menentukan bahwa anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 dua belas tahun adalah hak bagi ibu untuk memeliharanya, sedangkan apabila anak itu sudah mumayyiz anak itu dapat memilih antara ayah atau ibunya untuk bertindak sebagai pemeliharanya. 3.Nafkah Iddah Bagi istri yang putus hubungan perkawinan dengan suaminya baik karena ditalaq atau karena ditinggal mati oleh suaminya, mempunyai akibat hukum yang harus diperhatikan yaitu masalah iddah. Keharusan beriddah merupakan perintah Allah yang dibebankan kepada mantan istri yang telah dicerai baik dia istri orang yang merdeka maupun hamba sahaya untuk melaksanakannya sebagai manifestasi ketaatan kepadannya. Sedangkan menurut hukum Islam kewajiban memberikan nafkah kepada mantan istrinya yang ditalaq ditegaskan dalam al-Quran surat ath- Thalaq ayat 1 yang berbunyi: 9 Ibid . h. 248. Artinya: Hai nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar dan hitunglah waktu iddah itu serta bertawakallah kepada Allah. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka, dan janganlah mereka diizinkan keluar kecuali kalu mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang, itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu akan mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” QS. Ath-Thalaq, Ayat: 1 Mencermati ayat di atas, ada beberapa hal yang menarik untuk dicatat yaitu: 1 Bahwa mentalaq istri hendaklah dalam keadaan si istri suci dan belum dicampuri, ini berarti talaq sunni. Sedangkan menjatuhkan talaq dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci tetapi telah dijima’ disetubuhi maka hukumnya dilarang atau haram. 2 Suami wajib memberikan tempat tinggal kepada istri yang ditalaq, selama mereka masih dalam iddah dan tidak boleh mereka keluar atau pindah ke tempat lain kecuali mereka bersikap yang tidak baik. 3 Tempat tinggal tidak wajib diberikan kepada istri yang tidak dapat rujuk lagi. 4 Talaq boleh dilakukan sebagai jalan keluar dari pergaulan suami istri yang tidak aman. Nafkah merupakan suatu kewajiban seorang suami terhadap istri, di mana tidak ada perbedaan pendapat mengenai permasalahan ini. Bahkan al-Quran sendiri telah mewajibkan hal itu melalui fiman Allah SWT dalam surat an-Nisa Ayat 5 yang berbunyi: ⌧ ☺ Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya harta mereka yang ada dalam kekuasaanmu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian dari hasil harta itu dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”Q.S An-Nisa:5. Sedangkan al-Quran menyebutkan tanggung jawab nafkah dalam kasus peceraian itu sebagai firman Allah SWT sebagai berikut: ☺ Artinya: “ Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. At-Talaq:7 Tanggung jawab nafkah suami tak hanya sewaktu dia masih menjadi sah, tetapi suami pun tetap wajib menafkahinya bahkan pada saat perceraian. Ada beberapa suami yang egois yang mungkin salah memperlakukan istrinya dan meyengsarakan hidupnya selama masa iddahnya. Setelah menjatuhkan talaq satu, hal ini sangat terlarang. Suami harus menafkahinya sebagaimana yang disediakan untuk dirinya sendiri, sama dengan ketika istri masih hidup denganya. 10

A. Pengertian dan Dasar Hukum Iddah