meyengsarakan hidupnya selama masa iddahnya. Setelah menjatuhkan talaq satu, hal ini sangat terlarang. Suami harus menafkahinya sebagaimana yang disediakan
untuk dirinya sendiri, sama dengan ketika istri masih hidup denganya.
10
A. Pengertian dan Dasar Hukum Iddah
Iddah bermakna perhitungan atau sesuatu yang dihitung. Secara bahasa iddah berasal dari kata
دﺪ yang mempunyai arti bilangan atau hitungan. Dalam Kamus Indonesia Arab
karangan A.W. Munawir Muhammad Fairuz, bahwa kata iddah berasal dari kata
ﺪ yang berarti menghitung.
11
Sebagian ulama mendefinisikan iddah sebagai nama waktu untuk menanti kesucian seorang istri yang ditinggal mati dan diceraikan oleh suaminya, dan sebelum
habis masa iddahnya dilarang untuk menikah lagi. Karena bagi istri yang putus hubungan perkawinan dengan suaminya baik karena ditalaq atau karena ditinggal
mati oleh suaminya, mempunyai akibat hukum yang harus diperhatikan yaitu masalah iddah
. Keharusan beriddah merupakan perintah Allah yang dibebankan kepada istri yang telah dicerai baik dia istri orang yang merdeka maupun hamba sahaya untuk
melaksanakannya sebagai manifestasi ketaatan kepadanya.
10
Abdur Rahman I. do, Perkawinan Dalam Syariat Islam, Jakarta:PT Rineka Cipta h. 124.
11
A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus Indonesia Arab, Surabaya:Pustaka Progresif, 2002, h. 137.
Dengan demikian jika ditinjau dari segi bahasa, maka kata iddah dipakai untuk menunjukkan pengertian hari-hari haid atau hari suci pada wanita.
12
Sedangkan Para ulama lainnya, telah merumuskan pengertian iddah dengan rumusan antara lain:
ا ةﺪ
ا ﺮﻈ
ﺎﻬ ﺮ ا
ةا و
وﺰ ا ﺪ
ةﺎ و وز
ﺮ و ا
ﺎﻬ
13
Artinya: ”Nama bagi sesuatu masa yang seorang perempuan menunggu dalam masa itu kesempatan untuk kawin lagi karena wafatnya suami atau
bercerai dengan suami”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa iddah adalah suatu tenggang waktu tertentu yang harus dijalani seorang perempuan sejak ia berpisah. Baik
disebabkan karena talak maupun karena suaminya meninggal dunia. Dalam masa iddah
ini wanita istri tidak boleh menikah dengan laki-laki lain sebelum habis masanya. Berdasarkan beberapa definisi di atas bahwa iddah mempunyai beberapa
unsur yaitu : 1.
Suatu tenggang waktu tertentu 2.
Wajib dijalani si mantan istri 3.
Alasan yang mendasarinya karena ditinggal mati atau diceraikan oleh suami.
4. Larangan untuk melakukan perkawinan selama masa iddah
Untuk memperjelas pengertian tersebut di atas, dapat dikemukakan hasil Tim Departemen Agama RI yang merumuskan bahwa iddah menurut pengertian hukum
Islam ialah masa tunggu yang ditetapkan oleh hukum syara’ bagi wanita untuk tidak
12
Chuzaimah T. Yanggo dkk, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta:PT.Pustaka Firdaus, 1994, cet 1, h. 49.
13
Sayyid Sabiq , Fiqh As- Sunnah , Beirut: Darul Al-Fikr,1992, Jilid 2 , h. 277.
melakukan akad perkawinan dengan laki-laki lain setelah perceraian. Dalam rangka membersihkan diri dari pengaruh dan akibat hubungan dengan suaminya itu.
Jadi iddah merupakan kewajiban pihak istri untuk menghitung hari-hari suci dan masa bersih para istri, karena merupakan penentu untuk masa lamanya
menunggu dan tidak boleh menikah selama masa tersebut yang disebabkan oleh kematian suami atau perceraian.
14
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yang merupakan peraturan pelaksana dari Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 akan kita
ambil pengertian yang sifatnya sudah cukup tegas. Hal ini disebabkan karena definisi waktu tunggu iddah itu sendiri sudah diulas secara konkrit dan jelas.
Menurut H. Arso Sastroadmojo dalam bukunya Hukum Perkawinan Indonesia dijelaskan bahwa iddah adalah tenggang waktu di mana janda bersangkutan tidak
boleh menikah bahkan dilarang pula menerima pinangan atau lamaran dengan tujuan untuk menentukan nasab dari kandungannya bila ia dalam keadaan hamil. Dan juga
sebagai masa berkabung bila suami meninggal dunia serta untuk menentukan masa rujuk bagi suami bila talaq itu berupa talaq raj’i.
15
Pemahaman ini diinspirasikan secara implisit oleh pasal-pasal yang berhubungan dengan masalah iddah itu sendiri yaitu pasal 11 Undang-undang No. 1
tahun 1974 dan pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun1975. dengan demikian
14
Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer, h. 62.
15
H. Sastro Admojo, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, cet. 3, h. 70.
pengertian iddah adalah masa tenggang waktu atau tunggu sesudah jatuhnnya talaq. Selama masa iddah mantan suami masih memperoleh kesempatan untuk rujuk
kembali kepada mantan istrinya. Atas dasar inilah si istri diwajibkan untuk menjalani masa iddah dan tidak diperbolehkan melangsungkan perkawinan dengan laki-laki
lain.
16
Setelah membahas pengertian iddah, maka di bawah ini penulis akan membahas dasar-dasar hukum iddah yang mengacu pada hukum naqli guna
memperjelas tentang permasalahan iddah. Dasar hukum iddah dapat kita lihat di dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
228, yang berbunyi:
☺ ☺
☺ ☯
Artinya: Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri menunggu tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka para suami itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma`ruf. Akan tetapi para suami
16
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty, 1982, cet. I, h. 120.
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
. QS. al-Baqarah, Ayat: 228
17
Sedangkan dasar hukum iddah di dalam Hadits dari Bukhari yang berbunyi:
أ دﻮ
ﻷا ،يرﺎ
: ا
ﻰ ﷲا
و لﺎ
: ا
ﻰ ﷲا
و لﺎ
: ذإ
أ ا
ﺔ ﻰ
ها ،
ﻮهو ،ﺎﻬ
ﺎآ ﺪ
ﺔ اور
يرﺎﺨ ا
18
Artinya: Dari Abu Masud Al Ansary berkata: Dari Nabi saw. Beliau bersabda Apabila seseorang muslim menafkahkan harta untuk
keperluan keluarga, hanya berharap dapat memperoleh pahala maka hal itu akan dicatat sebagai sedekah baginya.
HR. Bukhari. Dasar hukum iddah yang tertuang dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974
tentang perkawinan menetapkan waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinan. Berdasarkan pasal 11 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan ditetapkan waktu tunggu atau iddah sebagai berikut : 1
Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu. 2
Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat satu akan diatur dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut.
Demikian pula pada Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang
mengatur waktu tunggu yang dijelaskan pada bab VII pasal 39. Dalam pasal 153
17
Departemen Agama RI, al- Quran Terjemah, Jakarta: Pelita III, 1991-1992.
18
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhary, Shahih Al-Bukhary, Bairut:Daar Al- Fikr, Juz 3, h. 510.
Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan menentukan waktu tunggu sebagai berikut :
1 Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah
kecuali qobla al dhukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami.
Demikian pula dalam pasal 154 dan pasal 155 Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan, mengatur waktu iddah.
19
B. Macam-Macam dan Hikmah Disyariatkannya Iddah