Sebagai pembersih rahim Macam-Macam dan Hikmah Disyariatkannya Iddah

3 Kebaikan perkawinan tidak dapat terwujud sebelum kedua suami istri sama- sama hidup lama dalam ikatan aqadnya. 26 Untuk lebih jelas mengenai hikmah disyariatkannya iddah adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pembersih rahim

Ketegasan penisaban keturunan dalam Islam merupakan hal yang amat penting. Oleh karena itu, segala ketentuan untuk menghindari terjadinya kekacauan nisab keturunan manusia ditetapkan di dalam al-Qur’an as-Sunah dengan tegas. Diantara ketentuan tersebut adalah larangan bagi wanita untuk menikah dengan beberapa pria dalam waktu yang bersamaan. Dan di samping itu untuk menghilangkan keraguan tentang kesucian rahim wanita tersebut, sehingga pada nantinya tidak ada lagi keraguan tentang anak yang dikandung oleh wanita itu apabila ia telah menikah lagi dengan laki-laki lain. 27 2. Kesempatan untuk berfikir Iddah khususnya dalam talaq raj’i merupakan suatu tenggang waktu yang memungkinkan bagi perbaikan hubunga suami istri. Dalam masa ini kedua belah pihak dapat mengintropeksi diri masing-masing guna mengambil langkah-langkah yang lebih baik. Terutama bila mereka telah mempunyai putra-putri yang membutuhkan kasih sayang dan pendidikan yang baik dari orang tuanya. 26 As-sayyid Sabiq, Fiqh As- Sunnah, hal. 140. 27 Kamal Muhtar, Asas-asas Hukum Perkawinan, Jakarta:Bulan Bintang, 1987, cet. II, h. 230. Di samping itu memberikan kesempatan berfikir kembali dengan pikiran yang jernih setelah mereka menghadapi keadaan rumah tangga yang panas dan yang demikian keruh sehingga mengakibatkan perkawinan mereka putus. 28 Jika pikiran mereka jernih dan dingin diharapkan pada nantinya suami akan merujuk istrinya kembali dan begitu pula si sitri tidak menolak untuk rujuk dengan suaminya kembali, sehingga perkawinan mereka dapat diteruskan kembali. 3. Kesempatan untuk rujuk Apabila seorang istri ditalaq oleh suaminya, maka masa iddah itu merupakan masa untuk berfikir bagi suami untuk kembali kepada istrinya. Apabila mantan suami merasa yakin bahwa ia sanggup melanjutkan rumah tangganya kembali, maka ia boleh rujuk kepada istrinya pada waktu iddah. Sebaliknya apabila suaminya merasa yakin bahwa ia tidak mungkin melanjutkan kehidupan rumah tangganya kembali, ia harus melepas istrinya secara baik-baik dan juga tidak meghalangi-halangi mantan istrinya itu untuk menikah kembali dengan laki-laki lain. 4. Kesempatan untuk berduka cita Sebagai kelanjutan dari bahasan iddah adalah, khususnya berkaitan dengan istri kematian suami. Di samping dia menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari, dia juga harus melalui masa berkabung dalam waktu iddah tersebut. Mengenai untuk siapa dia melakukan ihdad, hampir semua ulama berpendapat bahwa ihdad hanya dilakukan untuk suami yang menikahinya dengan nikah yang sah dan yang meninggal dalam masa perkawinanya dan tidak berlaku untuk yang lainya. 28 Ibid., h. 230. Tentang kenapa dia harus berkabung, menjadi bahasan di kalangan ulama. Hal yang disepakati adalah, bahwa ihdad atau berkabunghanya berlaku terhadap perempuan yang bercerai dari suaminya karena kematian suami. 29 Iddah khususnya dalam kasus cerai mati, adalah masa duka atau belasungkawa atas meninggalnya suami. Mengenang kebaikan dan keindahan bersama suami, menzahirkan kesedihan atas kepergian suami, memelihara kehormatan serta mengelakkan fitnah. Dalam keadaan yang sangat sukar selepas kepergian suami, wanita memerlukan masa untuk membiasakan dirinya dengan kehidupan baru yang pastinya jauh berbeda dengan kehidupan sewaktu dia masih bersuami. Hikmah lain pula adalah untuk menghormati hak suami, khususnya bila sang wanita terceraikan karena kematian suaminya. Dalam masa iddah inilah sang wanita menunjukan haknya atas kepergian sang suami. 30 Dengan demikian tampak jelas bahwa iddah memiliki berbagai keutamaan dari berbagai aspek, yang masing-masing mempunyai hubungan yang tidak dapat di pisahkan. Sehubungan dengan itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa: 1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidaklah dapat mengubah ketentuan dalam kasus-kasus yang sudah jelas dikemukakan dan ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunah. 2 Meskipun terdapat keyakinan bahwa rahim wanita istri bersih dan antara mereka suami istri tidak mungkin rujuk kembali, namun tidaklah dapat 29 Amir Syaripuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan , Jakarta:Prenada Media, 2006, cet. II, h. 320. 30 Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam,Jakarta:Gema Insani,2006, h. 380. dibenarkan bagi wanita tersebut mantan istri melanggar ketentuan iddah yang sudah di bentukan 3 Begitu juga sebaliknya tidaklah dapat dibenarkan untuk memperpanjang iddah bagi istri yang dapat mengakibatkan penganiayaan maupun yang mendatangkan keuntungan baik bagi mantan suami ataupun bagi mantan istri.

C. Nafkah Iddah Dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia