Tindakan Practice Penemuan kasus penderita

2.5.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap

Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sikap adalah: a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Berdasarkan kajian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor keluarga, adat istiadat yang berlaku, dan informasi dari media massa yang diterima olehnya. Sikap dalam bentuk perilaku ini lebih sulit untuk diamati, oleh karena itu pengukurannya berupa tanggapan atau kecenderungan terhadap fenomena tertentu.

2.6 Tindakan Practice

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkat-tingkat tindakan adalah : 1. Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Respon Terpimpin Guided Respons Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme Mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi Adaptation Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 2.7 Epidemiologi Malaria 2.7.1 Gejala Klinis Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium dengan gejala demam, menggigil dan berkeringat Wikipedia, 2007.

2.7.2 Penyebaran dan Penularan Penyakit Malaria

Penyakit malaria ditemukan tersebar luas disemua pulau di Indonesia dengan derajat dan berat infeksi yang berbeda-beda. Timbulnya penyakit malaria pada manusia terjadi melalui proses penularan yaitu: Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 a. Penularan Secara Alamiah Natural Infection. Adalah suatu infeksi yang terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Betina yang mengandung plasmodium. b. Penularan Secara Mekanik Mechanical Infection. Terjadi melalui trasfusi darah atau melalui jarum suntik yang mengandung parasit malaria c. Malaria Kongenital, terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi parasit malaria. Infeksi kongenital jarang terjadi.

2.7.3 Konsep Segitiga Epidemiologi Hubungannya Terhadap Penyebaran

Malaria Penyebaran malaria secara epidemiologi dapat terjadi akibat adanya interaksi tiga faktor yaitu: agent, host dan environment a. Agent penyebab parasit plasmodium Parasit plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. Dan dalam tubuh manusia. Parasit plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk dalam daur seksual dan hidup dalam tubuh manusia dalam daur aseksual Depkes RI, 1999 Menurut Harijanto Darwis, 2006 dikenal 4 jenis plasmodium yaitu : 1 Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria tertiana demam setiap hari ke-3. 2 Plasodium Falcifarum, memberikan banyak komplikasi dan cukup ganas, menyebabkan malaria tropika demam setiap 24-48 jam 3 Plasmodium malariae, jarang dijumpai menyebabkan malaria quartanamalariae demam setiap hari ke-4. 4 Plasmodium Ovale,. dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Host pejamu 1 Host Intermedier Pejamu AntaraManusia Manusia merupakan tempat berkembangbiaknya agent sekaligus sebagai sumber penularan recervoir melalui keberadaan vektor nyamuk Anopheles sp. Ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap agent. Faktor-faktor tersebut yaitu: Depkes RI, 1994; Usia : Anak-anak lebih rentan terhadap malaria yaitu usia: 2-9 tahun, ras, riwayat pernah menderita malaria, cara hidup life style, perilaku terhadap terjadinya malaria man-made malaria, sosial ekonomi, status gizi, faktor keturunan herediter dan daya tahan tubuh immunity status. 2 Host Definitive pejamu tetap, sebagai vektor nyamuk Anopheles sp Hanya nyamuk Anopheles sp. betina yang menghisap darah yang diperlukan untuk pertumbuhan telur nyamuk, berdasarkan kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopleles sp. Dapat dikelompokkan sebagai berikut: Depkes RI, 1999: a Tempat Hinggap atau Istirahat. Ada yang lebih suka hinggap atau istirahat diluar rumah eksofilik Ada yang lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah endofilik b Tempat Menggigit. Ada yang lebih suka menggigit di luar rumah eksofagik dan Ada yang lebih suka menggigit di dalam rumah endofagik. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 c Objek yang Digigit. Ada yang lebih suka menggigit manusia antrofilik dan Ada yang lebih suka menggigit hewan zoofilik. 3 Environment Lingkungan Faktor environment lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam 3 tiga kelompok yaitu: Depkes RI, 1999a a Lingkungan Fisik Suhu udara. Suhu udara mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk berkisar antara 20° - 30°C, suhu udara juga sangat berpengaruh terhadap siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik dimana semakin tinggi suhu udara akan memperpendek masa inkubasi eksterinsik yang mengakibatkan populasi parasit plasmodium dalam nyamuk akan meningkat, sebaliknya makin rendah suhu udara akan memperpanjang masa inkubusi ekstrinsik. Kelembaban. Pada kelembaban 60 nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria Hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran air pada sungai atau saluran air lebih kuat sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air Ketinggian. Secara umum malaria akan berkurang pada tempat yang makin tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut jarang terjadi transmisi Harijanto dalam Darwis, 2006. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 Angin. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat terbangnya nyamuk ke luar atau ke dalam rumah. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka, Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, sedang Anopheles barbirostris dapat hidup ditempat yang teduh maupun tempat yang terang. Arus air. Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan dengan arus air yang statis atau mengalir sedikit, Anopheles minimus menyukai tempat perindukan dengan arus air yang cukup deras sedang Anopheles letifer suka di tempat air yang tergenang. b Lingkungan Biologik tumbuhan pelindung dan hewan pemakan predator. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat menghalangi masuknya sinar matahari, atau melindungi larva dai serangan makhluk hidup lain. Beberapa jenis ikan pemakan larva predator seperti ikan kepala timah panchax, sp, Gambusia sp, nila Oreochromis niloticus dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah. Sudomo, M.,dkk 1998 dalam penelitiannya di desa Sihepeng menyimpulkan bahwa ikan nila merah Oreochromis nilotikus ternyata dapat mengendalikan populasi larva nyamuk Anopheles sp. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 c Lingkungan Kimiawi Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah keadaan kadar garam tempat perindukan. Anopheles sundaikus menyukai dan tumbuh optimal pada tempat perindukan air payau dengan kadar garam antara 12-18, tidak dapat berkembang biak pada air dengan kadar garam lebih dari 40. 2.7.4 Program Pemberantasan dan Penanggulangan Malaria 2.7.4.1 Program Deteksi Dini Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria sebagai berikut:

a. Penemuan kasus penderita

Untuk pelaksanaan penemuan penderita dapat dilakukan :pertama, secara aktif atau Active Case Detection ACD, ini hanya dilakukan di Jawa- Bali dan Barelang Binkar oleh petugas Juru Malaria Desa JMD, dengan cara menemukan penderita malaria klinis, mengambil sediaan darah, dan memberikan pengobatan. Ini dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah. Kedua, secara pasif atau Passive Case Detection PCD. Kegiatan ini dilakukan oleh semua puskesmas atau Unit Pelayanan Kesehatan UPK lainnya. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 Melalui kegiatan PCD tersebut, sediaan darah yang dikumpulkan tidak boleh 5 dari penduduk cakupan puskesmas pertahun. Adapun metode yang dikukan adalah sebagai berikut 1 Menentukan diagnosis klinis malaria akut dengan gejala demam menggigil secara berkala disertai sakit kepala, demam yang tidak diketahui sebabnya, dan penderita malaria klinis, 2 Pengambilan sediaan darah terhadap penderita malaria klinis di daerah resistan dan penderita gagal obat, 3 Melakukan pengobatan pada penderita Depkes RI, 1999. Malariometrik Survei Dasar MSD dengan tujuan mengukur endemisitas dan prevalensi malaria, di suatu bagian wilayahstatus epidemiologi yang belum tercakup oleh kegiatan pemberantasan vektor, khususnya penyemprotan diluar Jawa-Bali. Survei Malariometrik Evaluasi SME dengan tujuan mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor, khususnya penyemprotan rumah di daerah prioritas di luar Jawa-Bali bertujuan untuk konfirmasi KLB Depkes RI, 2003. MSD dilaksanakan pada saat prevalensi malaria mencapai puncak point prevalence. Untuk mengetahui point prevalence tersebut digunakan beberapa indikator: 1 Angka klinis di suatu daerah yang dikumpulkan oleh unit pelayanan kesehatan UPK setempat secara teratur setiap bulan yang diperkirakan jumlah penderita malaria paling tinggi. Mardiah: Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, 2008. USU e-Repository © 2008 2 Angka kepadatan vektor yang diperoleh dari penyelidikan entomologi. Survei malariometrik dilaksanakan 1-1 1 2 bulan sesudah kepadatan vektor tertinggi di capai. Pada saat melakukan Survei malariometrik juga di lakukan pemeriksaan limpa dengan menggunakan indikator Spleen Rate SR yaitu persentase dari orang yang membesar limpanya terhadap orang yang di periksa.

b. Pengendalian Vektor