Penutur bahasa Karo adalah sebagai masyarakat yang sangat menghormati peninggalan leluhurnya, terutama adat istiadat dan sejalan dengan adat orang Karo yang
dilaksanakan. Bahasa Karo adalah salah satu warisan turun-temurun yang tidak pernah lepas dari perilaku adat orang Karo. Sejalan dengan ini masyarakat Karo dimanapun
mereka berada selama mengikuti dan melaksanakan adat yang berlaku, tidak pernah meninggalkan bahasa Karo. Penutur bahasa Karo, baik yang di daerah Kabupaten Karo
maupun di Kota Medan memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang cenderung sama. Tuturan interogatif ini sangat fungsional dalam percakapan sehari-hari pada masyarakat
Karo. Dengan memilh objek kajian ciri akustik interogatif bahasa Karo, karena belum
ada yang meneliti ciri akustik tersebut khususnya ciri akustik interogatif. Peneliti juga sangat tertantang dengan kajian ini, karena ilmunya masih relatif muda dibandingkan
dengan ilmu yang lain. Kajian ini menggunakan alat dan perangkat lunak komputer program Praat. Dari hasil temuaankajian ciri akustik tersebut maka dapat dilihat
perbedaan intensitas suara laki-laki dan intensitas suara perempuan, frekuensi suara laki- laki dan frekuensi suara perempuan, durasi suara laki dan durasi suara perempuan.
5.1 Intensitas Dasar
Intensitas dasar adalah intensitas awal di dalam sebuah tuturan T. Syarfina, 2007 Pengukuran ciri akustik pada tuturan interogatif bahasa Karo antara laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Intensitas Dasar Untuk Laki-laki dan Perempuan
Jenis Kalimat Int.Temp Int.Num Int.Verb Int.P.into Int.Ingkar
Int.Ekor Int.Tanya P 0,552
0,871 0,292
0,299 0,195
0,787 0,999
59
Asni Barus : Pemarkah Keinterogatifan Ciri Akustik Dalam Bahasa Karo. USU e-Repository © 2008
Tabel di atas adalah hasil penghitungan dengan statistik pada intensitas dasar penutur laki-laki dan perempuan dari ketujuh tuturan interogatif bahasa Karo. Untuk
tuturan interogatif temporal p = 0,552 maka hasilnya tidak signifikan. Begitu juga pada interogatif numeral nilai p = 0,871 hasilnya juga tidak signifikan. Interogatif verbal p =
0,292 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif p.into p = 0,299 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif ingkar p = 0,195 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif ekor p
= 0,787 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif tanya p = 0,999 maka hasilnya tidak signifikan, artinya jika p
≥ 0,15 adalah tidak signifikan.
5.2 Intensitas Final
Intensitas final yaitu intensitas akhir di dalam sebuah tuturan T.Syarfina,2007. Pengukuran ciri akustik pada tuturan interogatif bahasa Karo laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.2 Intensitas Final Tuturan Bahasa Karo Laki-laki dan Perempuan
Jenis Kalimat Int.Temp Int.Num Int.Verb Int.P.into Int.Ingkar
Int.Ekor Int.Tanya P 0,990
0,233 0,313
0,456 0,551
0,321 0,718
Tabel di atas adalah hasil penghitungan dengan statistik pada intensitas final penutur laki-laki dan perempuan dari ketujuh tuturan interogatif bahasa Karo. Untuk
tuturan interogatif temporal p = 0,990 maka hasilnya tidak signifikan. Begitu juga pada interogatif numeral nilai p = 0,233 hasilnya juga tidak signifikan. Interogatif verbal p =
0,313 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif p.into p = 0,456 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif ingkar p = 0,551 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif ekor p
= 0,321 maka hasilnya tidak signifikan. Interogatif tanya p = 0,718 maka hasilnya tidak signifikan, artinya jika p
≥ 0,15.
60
Asni Barus : Pemarkah Keinterogatifan Ciri Akustik Dalam Bahasa Karo. USU e-Repository © 2008
5.3 Intensitas Atas