Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis DLPD AMR

relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi. 3. Antar operator tidak selalu kompatibel 4. Sifat koneksi tidak “always on”

3.3 Sumber Data

Yang menjadi data penelitian ini adalah yang berasal dari penelitian dokumen atau data yang berasal dari Sistem AMR , yaitu melalui data yang direkam oleh Meter AMR dan kemudian dibaca oleh Control Center AMR.

3.4 Instrumen Pengumpul Data

Untuk mendapatkan informasi dari data – data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis memakai instrumen pengumpul data sebagai berikut : 1. Observasi, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan pengamatan ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya sistem AMR itu, komponen pendukungnya , serta peng-aplikasiannya. 2. Kepustakaan, yang dilakukan dengan mengadakan studi terhadap sejumlah literatur yang ada kaitannya dengan judul penelitian. 3. Dokumen atau data, yang didapat dari Control Center AMR. 4. Wawancara, yang dilakukan penulis dengan Kepala Bagian AMR di PT PLN Persero Cabang Pematangsiantar serta pegawai – pegawai dibagian tersebut.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Tahap tahap pengolahan dan analisis data dimulai dari proses pengumpulan data. Selanjutnya adalah dengan mengadakan pengolahan dan analisis data , dilakukan sebagai berikut : Analisis terhadap data yang diperoleh dari Control Center AMR, yaitu melakukan analisis terhadap Kesalahan Pengawatan, Tegangan Lebih, Tegangan Terlalu Rendah, Universitas Sumatera Utara Arus Tidak Seimbang, Arus Berlebih, Energi Reaktif Tidak Terdeteksi, Penggunaan Beban Berlebih dan analisis terhadap Perbedaan Waktu, dengan melihat indikasi dari data meter elektronik yang ditampilkan kemudian dicari kemungkinan penyebab terjadinya gangguan melalui data meter yang ditampilkan pada control center AMR. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada meter elektronik,dikenal adanya kondisi normal dan kondisi abnormal. Kondisi normal merupakan kondisi dimana meter elektronik dalam keadaan standarbaik. Sedangkan kondisi abnormal kebalikannya, artinya meter elektronik sedang mengalami gangguan dalam pengoperasiannya. Kondisi normal meter elektronik sebagai berikut : a. Tegangan terukur sesuai spesifikasi b. Beban di pelanggan bersifat induktif c. Daya berada pada kuadran I d. Daya aktif bernilai positif e. Daya reaktif bernilai positif f. Urutan fasa 1-2-3 atau R-S-T g. Arus untuk ketiga fasa relatif seimbang Kondisi normal dan abnormal meter elektronik dapat dipantau dan dideteksi oleh sistem AMR pada Control Center. Karena pada control center terdapat fitur analisa data yang dinamakan DLPD. DLPD ini singkatan dari Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini dapat menampilkan parameter meter elektronik yang mengalami masalah gangguan. Parameter DLPD AMR ialah sebagai berikut : a. Kesalahan Pengawatan b. Tegangan Lebih c. Tegangan Terlalu Rendah d. Arus Tidak Seimbang e. Arus Berlebih f. Energi Reaktif Tidak Terdeteksi g. Penggunaan Beban Berlebih h. Perbedaan Waktu Universitas Sumatera Utara

4.1 Analisis DLPD AMR

Analisis DLPD ini diperlukan untuk memudahkan peng-identifikasian gangguan yang terjadi.

1. Analisis Kesalahan Pengawatan

Tabel 4.1 Data Kesalahan Pengawatan Phasa R S T Meter Date 113009 0:43 Voltage 237.953 238.021 236.839 Current 1.262 0.115 1.059 KW 0.174 0.015 -0.107 KVAR -0.220 0.022 -0.200 KVA 0.300 0.027 -0.251 a. Tujuan: Untuk menemukan indikasi kesalahan instalasi pengawatan pada meter pelanggan. b. Batasan : 1. Salah satu sudut fasa 90 2. PF 0 3. Frekuensi kejadian lebih dari 2 kali per hari c. Indikasi dari data meter : 1. PF kecil atau negatif 2. Sudut fasa 90 3. Ada nilai daya aktif watt atau daya reaktif var yang bernilai negatif d. Penyebab : 1. Phase Sequence Error Urutan fase salah Universitas Sumatera Utara Ini dikarenakan urutan fase tidak 1-2-3 atau R-S-T. sehingga apabila ini terjadi maka yang harus dilakukan adalah dengan menukar dua fase tegangan yang masuk ke tegangan input meter. 2. Missing Phase Sebagian Fasa Hilang Ini dikarenakan sumber tegangan tidak terhubung ke terminal input tegangan dengan baik, dan solusinya adalah dengan memperbaiki koneksi tegangan. 3. Reverse Energy daya aktif bernilai negatif Daya aktif bernilai negatif karena sumber arus dan tegangan tidak satu fasa, arah arus terbalik, dan pemasangan beban di pelanggan fasa ke fasa. Table 4.2 Analisa Reverse Energy Fasa Tegangan dan Arus Input-Output Terminal Arus Watt Var Sudut Fasa PF Sefasa Normal + + - 60 0,5 PF 1 Sefasa Terbalik - - 180 - 240 -1 PF -0,5 Beda fasa 120 Normal - + 120 - 180 -1PF -0,5 Beda fasa 120 Terbalik + - 300 - 360 -1 PF -0,5 Beda fasa 240 Normal -+ - 240 - 300 -0,5 PF 0,5 Beda fasa 240 Terbalik +- + 60 - 120 -0,5 PF 0,5 Daya balik merupakan suatu gangguan berubahnya fungsi generator menjadi motor beban pada sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga listrik yang terintegrasi. pada kondisi normal generator – generator yang tersambung secara paralel akan bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena suatu sebab, misalnya gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan sebagainya, maka akan terjadi ayunan putaran rotor sebagaian dari generator pada sistem tersebut. Ayunannya bisa lebih cepat atau lebih lambat. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan sebagian beban berlebih. Dengan demikian terjadi aliran tenaga listrik yang Universitas Sumatera Utara terbalik, yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik justru terbalik menjadi motor yang menyerap tenaga listrik. Cara untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan melepas generator yang terganggu atau melepas daerah yang terhubung singkat secepat mungkin. Gangguan ini dapat membahayakan generator itu sendiri atau membahayakan sistemnya. Untuk mengamankan gangguan ini biasanya pada penyerentakan generator telah dilengkapi dengan relay daya balik. 4. Daya Reaktif bernilai negatif Daya reaktif bernilai negatif dikarenakan beban pelanggan yang bersifat kapasitif, reverse energy dan tegangan dan arus beda fasa 120 dan arah arus terbalik. Beban bersifat kapasitif artinya daya yang dialihkan ke beban hanya daya reaktif yang negatif. -0.3 -0.2 -0.1 0.1 0.2 0.3 0.4 KW KVAR KVA Gambar 4.1 Grafik Kesalahan dalam Pengawatan Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa daya aktif, daya reaktif bernilai negatif. Ini menunjukkan adanya kesalahan dalam melakukan pengawatan sehingga ada daya yang bernilai negatif. Ini juga dapat dibuktikan dengan menghitung faktor daya dari setiap fasanya. Untuk fasa R : Universitas Sumatera Utara Untuk fasa S : Untuk fasa T : Dari hitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk fasa T faktor dayanya 0 yaitu -0.426. hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadinya kesalahan dalam pengawatan pada meter AMR.

2. Analisis Tegangan Lebih

Tabel 4.3 Data Tegangan Terlalu Tinggi V A No. Date Time Phasa R Phasa S Phasa T Phasa R Phasa S Phasa T 1 Thu Aug 06, 2009 12:30:00 251.708 253.759 254.388 2.241 0.198 2.441 110.6 2 Tue Aug 11, 2009 12:00:00 251.306 253.007 253.439 2.460 0.199 2.347 110.2 3 Tue Aug 11, 2009 12:30:00 252.213 253.914 254.419 2.623 0.272 2.498 110.6 4 Thu Aug 13, 2009 12:00:00 251.564 252.955 253.542 2.449 0.274 2.347 110.2 5 Thu Aug 13, 2009 12:30:00 251.017 252.543 253.233 2.337 0.287 2.453 110.1 6 Sat Aug 15, 2009 03:00:00 249.801 251.430 253.367 0.019 0.268 0.038 110.2 7 Sat Aug 15, 2009 03:30:00 250.275 251.770 253.800 0.023 0.266 0.045 110.3 8 Sat Aug 15, 2009 04:00:00 250.213 251.770 253.254 0.023 0.267 0.045 110.4 9 Sat Aug 15, 2009 04:30:00 249.492 251.131 253.007 0.015 0.197 0.038 110.1 10 Mon Aug 17, 2009 14:00:00 249.234 251.337 253.707 0.023 0.223 0.026 110.0 a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter Pelanggan. Universitas Sumatera Utara b. Batasan : 1. Tegangan salah satu fasa 63,47 Vrms 110 untuk Meter TR 2. Tegangan salah satu fasa 253 Vrms 110 untuk Meter TM 3. Arus untuk fasa bersangkutan 0 4. Frekuensi kejadian ≥ 2 kali per hari c. Indikasi dari data meter : 1. Tegangan di atas batas normal d. Penyebab : 1. Catuan tegangan naik pada sebagian fasa Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik lebih besar dari yang seharusnya gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi eksternal dan internal pada sistem berikut ini : 1 Kondisi Internal Hal ini terjadi karena osilasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang mendadak, operasi pelapasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan, kegagalan isolasi dan sebagainya. Tegangan lebih yang dibangkitkan generator terutama disebabkan oleh putaran akibat pelepasan beban yang mendadak. Governor pada generator mengatur kecepatan putaran agar putarannya tetap normal. Namun rentang waktu yang diperlukan cukup lama sehingga pada saat itu terjadi tegangan lebih yang sangat membahayakan piranti – piranti kelistrikan lainnya. Tegangan lebih ini akan merusakkan isolasi kumparan generator akibat panas yang berlebihan. 2 Kondisi Eksternal Kondisi eksternal akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Universitas Sumatera Utara 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 Te ga nga n V V Phasa R V Phasa S V Phasa T Gambar 4.2 Grafik Tegangan per fasa pada Tegangan Lebih Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T dan sebagian fasa S terlalu tinggi. Batas Tegangan normalnya 110 dari 230 V tegangan untuk meter dengan meter TM yaitu 253 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T dan sebagian fasa S yaitu 253 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T pada tanggal 06 Agustus 2009 adalah 254,388 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TM Tegangan Menengah yaitu 230 V. Sehingga didapat : Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu tinggi yaitu 110 yaitu 110,6 . Universitas Sumatera Utara

3. Analisis Tegangan Terlalu Rendah

Tabel 4.4 Data Tegangan Terlalu Rendah V A No. Date Time Phasa R Phasa S Phasa T Phasa R Phasa S Phasa T 1 Tue Nov 24, 2009 00:15:00 56.646 57.229 32.352 0.140 0.198 0.060 56.1 2 Tue Nov 24, 2009 00:30:00 56.625 57.090 32.338 0.141 0.199 0.061 56.0 3 Tue Nov 24, 2009 00:45:00 56.856 57.371 34.347 0.169 0.272 0.106 59.0 4 Tue Nov 24, 2009 01:00:00 56.941 57.434 34.111 0.171 0.274 0.106 59.1 5 Tue Nov 24, 2009 01:15:00 56.929 57.510 34.472 0.176 0.287 0.112 59.7 6 Tue Nov 24, 2009 01:30:00 56.971 57.472 33.969 0.170 0.268 0.100 58.9 7 Tue Nov 24, 2009 01:45:00 57.035 57.486 33.926 0.169 0.266 0.099 58.8 8 Tue Nov 24, 2009 02:00:00 57.021 57.567 34.268 0.168 0.267 0.101 59.4 9 Tue Nov 24, 2009 02:15:00 57.036 57.487 31.051 0.248 0.197 0.097 53.8 10 Tue Nov 24, 2009 02:30:00 57.079 57.462 30.000 0.413 0.223 0.188 52.0 a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter pelanggan b. Batasan : 1. Tegangan salah satu fasa 40,39 Vrms 70 untuk meter TR 2. Tegangan salah satu fasa 161 Vrms 70 untuk meter TM 3. Arus untuk fasa bersangkutan 0 4. Frekuensi kejadian ≥ 2 kali per hari c. Indikasi dari data meter : 1. Tegangan di bawah batas normal Universitas Sumatera Utara d. Penyebab : 1. Catuan tegangan turun pada sebagian fasa Tegangan turun bisa dikarenakan arus hubung singkat yang terjadi pada jaringan. 2. Catuan tegangan hilang pada sebagian fasa Pada sebagian fasa tegangan hilang atau tidak terbaca dikarenakan koneksi pengawatan tidak sempurna, sehingga harus diperiksa kembali koneksi pengawatan pada meter elektronik pelanggan. 10 20 30 40 50 60 70 T e ga ng a n V V Phasa R V Phasa S V Phasa T Gambar 4.3 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T terlalu rendah. Batas Tegangan normalnya 70 dari 57,7 V tegangan untuk meter dengan meter TR yaitu 40,39 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T yaitu 40,39 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T pada tanggal 24 November 2009 pada jam 00:15:00 adalah sebesar 32,352 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TR Tegangan Rendah yaitu 57,7 V. Sehingga didapat : Universitas Sumatera Utara Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu rendah yaitu 70 yaitu sebesar 56,1. 4 Analisis Arus Tidak Seimbang Tabel 4.5 Data Arus Tidak Seimbang V A No. Date time Phasa R Phasa S Phasa T Phasa R Phasa S Phasa T 1 Sat Aug 01, 2009, 05:00:00 213.357 200.701 205.710 0.000 0.601 0.000 Phase Current = 0 2 Sat Aug 01, 2009, 05:30:00 213.646 198.361 201.752 0.000 0.665 0.000 Phase Current = 0 3 Sat Aug 01, 2009, 20:30:00 216.109 197.763 198.464 0.000 0.831 0.000 Phase Current = 0 4 Sat Aug 01, 2009, 21:00:00 217.047 196.691 198.876 0.000 0.824 0.000 Phase Current = 0 5 Sat Aug 01, 2009, 21:30:00 218.376 195.908 200.546 0.000 0.771 0.000 Phase Current = 0 6 Sat Aug 01, 2009, 22:00:00 219.077 196.970 202.782 0.000 0.773 0.000 Phase Current = 0 7 Sat Aug 01, 2009, 22:30:00 217.706 199.051 204.442 0.000 0.703 0.000 Phase Current = 0 8 Sat Aug 01, 2009, 23:00:00 216.985 198.845 205.091 0.000 0.703 0.000 Phase Current = 0 9 Sat Aug 01, 2009, 23:30:00 217.160 200.855 205.833 0.000 0.680 0.000 Phase Current = 0 10 Sat Aug 02, 2009, 04:00:00 221.180 207.472 211.564 0.000 0.525 0.000 Phase Current = 0 a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan beban tidak seimbang pada pelanggan. b. Batasan : 1. Arus sebagian fasa = 0, arus fasa yang lain 0,5 A 2. Selisih arus antar fasa dari tertinggi dan terendah 50 Universitas Sumatera Utara c. Indikasi dari data meter : 1. Arus sebagian fasa = 0, sementara tegangan normal 2. Beda arus antar fasa melebihi criteria tertentu d. Penyebab : 1. Beban pelanggan tidak seimbang Arus tidak seimbang atau arus di sebagian fase bernilai nol, ini disebabkan dari adanya gangguan ketidakseimbangan beban di generator, biasanya disebabkan adanya kebocoran atau hubungsingkat penghantar ketanah atau antar penghantar. Gangguan ini menyebabkan adanya arus negatif yang mengalir pada penghantar bernilai nol. Pada keadaan demikian generator harus segera di amankan agar kerusakan dapat dihindari. 2. Koneksi pengawatan arus tidak sempurna Apabila ini terjadi maka harus memperbaiki koneksi pengawatan arus pada meter elektronik. 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Ar u s A A Phasa R A Phasa S A Phasa T Gambar 4.4 Grafik Tegangan dan Arus tiap fasa pada Arus Tidak Seimbang Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan tiap fasa seimbang, tetapi arus tidak seimbang, ada dua fasa pada arus yang bernilai nol yaitu fasa R dan T. Universitas Sumatera Utara

5. Analisis Arus Berlebih

Tabel 4.6 Data Arus Berlebih V A No. Date Time Phasa R Phasa S Phasa T Phasa R Phasa S Phasa T 1 Tue Sep 01, 2009 04:00:00 221.942 221.757 227.694 5.894 6.243 6.009 124.9 2 Tue Sep 01, 2009 04:30:00 221.448 221.530 227.364 5.805 6.201 5.975 124.0 3 Tue Sep 01, 2009 05:00:00 221.850 221.984 227.724 5.842 6.235 6.005 124.7 4 Tue Sep 01, 2009 05:30:00 221.788 221.685 227.611 6.054 6.417 6.209 128.3 5 Tue Sep 01, 2009 06:00:00 220.809 220.778 226.560 6.099 6.462 6.239 129.2 6 Tue Sep 01, 2009 06:30:00 221.293 220.798 226.065 6.107 6.489 6.338 129.8 7 Tue Sep 01, 2009 07:00:00 224.200 223.653 228.724 6.047 6.409 6.247 128.2 8 Tue Sep 01, 2009 07:30:00 224.756 224.364 229.301 6.001 6.368 6.186 127.4 9 Tue Sep 01, 2009 08:00:00 223.251 223.076 227.745 6.009 6.375 6.179 127.5 10 Tue Sep 01, 2009 08:30:00 221.891 222.015 226.477 6.081 6.360 6.183 127.2 a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi arus berlebih pada pelanggan. b. Batasan : 1. Arus 6,0 A 120 In, untuk meter yang menggunakan CT asumsi semua ratio CT adalah ke 5 A c. Indikasi dari data meter : 1. Arus relatif tinggi d. Penyebab : 1. Beban pelanggan melebihi batas 2. Kondisi short circuit di pelanggan Universitas Sumatera Utara Gangguan arus berlebih seringkali terjadi akibat adanya hubung singkat atau beban lebih. Hubung singkat merupakan terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media resistorbeban yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal sangat besar. Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa. Arus hubungsingkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan, sehingga untuk mengamankan peralatan dari kerusakan akibat arus hubung singkat maka hubungan kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu diputuskan dengan peralatan pemutus tenaga atau circuit breaker CB 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 Ar u s A A Phasa R A Phasa S A Phasa T Gambar 4.5 Grafik Arus Per Fasa Pada Arus Berlebih Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa Arus pada fasa S dan T terlalu tinggi. Batas arus normalnya 120 dari 5A yaitu 6 A. Ini dapat dilihat pada data arus di fasa S dan sebagian fasa T yaitu 6 A. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : arus di fasa S pada tanggal 01September 2009 adalah 6,243 A. Dan arus normalnya yaitu 5 A. Sehingga didapat : Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya besar arus di fasa S terlalu tinggi yaitu 120 yaitu 124.9 . Universitas Sumatera Utara

6. Analisis Energi Reaktif Tidak Terdeteksi

Tabel 4.7 Data Energi Reaktif Tidak Terdeteksi V A Phase Angel No. Date Time Phasa R Phasa S Phasa T Phasa R Phasa S Phasa T kVarh Phasa R Phasa S Phasa T PF 1 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.850 0.526 0.769 0.000 - - - 0.930 2 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.851 0.530 0.771 0.000 - - - 0.932 3 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.849 0.517 0.776 0.000 - - - 0.927 4 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.843 0.516 0.762 0.000 - - - 0.928 5 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.827 0.491 0.755 0.000 - - - 0.923 6 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.833 0.493 0.757 0.000 - - - 0.924 7 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.835 0.492 0.751 0.000 - - - 0.927 8 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.837 0.500 0.758 0.000 - - - 0.929 9 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.835 0.505 0.760 0.000 - - - 0.926 10 Sun Nov 29, 2009 00:00:00 - - - 0.831 0.495 0.763 0.000 - - - 0.928 Dari data dapat diketahui bahwa energi reaktif tidak terdeteksi atau bernilai nol 0. Dan tegangan juga tidak terbaca di meter sehingga bernilai 0. a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi pengukuran energi yang tidak normal Universitas Sumatera Utara b. Batasan : 1. Tegangan dan Arus 0 2. KVArh = 0 3. PF ≠ 1 atau 0,98 c. Indikasi dari data meter : 1. KVArh = 0 d. Penyebab : 1. Kesalahan setting meter Apabila terjadi kesalahan pada saat men-setting meter, maka harus dilakukan setting ulang terhadap meter elektronik tersebut. 2. PF mendekati 1 Jika faktor daya mendekati 1 atau artinya beban di pelanggan hampir resistif. Beban bersifat resistif artinya seluruh daya yang dialihkan ke beban adalah daya aktif.

7. Analisis Penggunaan Beban yang Berlebih

Tabel 4.8 Data Penggunaan Beban yang Berlebih Stand Stand Stand Total Stand kVA Max kVA Max kVa Max No. Date Time LWBP kWh WBP kWh kWh kVarh LWBP WBP Total Sun Nov 01, 2009 1

10:00:00 12,

567.465 2, 304.041 14, 871.507 159,3 Dari data diatas dapat dilihat bahwa penggunaan beban telah melebihi daya kontrak,ini dapat diketahui melalui persennya. Pada data terlihat bahwa penggunaan beban sebesar 159.3 . Ini telah melebihi daya kontrak yang seharusnya 110 . a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan daya pelanggan yang melebihi daya kontrak. Universitas Sumatera Utara b. Batasan 1. Data KVA max WBP atau KVA max LWBP atau KVA max total 110 daya kontrak c. Indikasi dari data meter : 1. kVA max WBP atau LWBP atau total melebihi kriteria tertentu d. Penyebab : 1. Beban pelanggan terlalu tinggi tetapi masih dibawah kriteria trip pembatas arus. Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi terutama pada generator dan transformator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi. Pada transformator distribusi sekunder yang menyalurkan energi listrik pada konsumen akan memutuskan aliran melalui relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi kemampuan transformator tersebut. 8. Analisis Perbedaan Waktu Tabel 4.9 Data Perbedaan Waktu No. Date Time Time Diff between PC and Meter Status Dial Speed Modem Dial Type 1 Sun Nov 01, 2009 20:04:33 155366 H : 35 M : 12 S DATA_OK 9600 Scheduller 2 Mon Nov 02, 2009 02:01:30 155366 H : 35 M : 13 S DATA_OK 9600 Scheduller 3 Mon Nov 02, 2009 05:09:12 155366 H : 35 M : 13 S DATA_OK 9600 Scheduller 4 Tue Nov 03, 2009 14:32:14 155366 H : 35 M : 15 S DATA_OK 9600 Scheduller 5 Wed Nov 04, 2009 02:09:53 155366 H : 35 M : 15 S DATA_OK 9600 Scheduller 6 Wed Nov 04, 2009 05:06:46 155366 H : 35 M : 16 S DATA_OK 9600 Scheduller Universitas Sumatera Utara 7 Thu Nov 05, 2009 09:37:40 155366 H : 35 M : 19 S DATA_OK 9600 Scheduller 8 Fri Nov 06, 2009 10:44:21 155366 H : 35 M : 20 S DATA_OK 9600 Scheduller 9 Fri Nov 06, 2009 14:18:08 155366 H : 35 M : 20 S DATA_OK 9600 Scheduller 10 Wed Nov 11, 2009 02:03:08 155366 H : 35 M : 28 S DATA_OK 9600 Scheduller a. Tujuan : Untuk menemukan adanya indikasi perbedaan real time clock antara meter dengan Control Center. b. Batasan : 1. Selisih waktu antara Meter dan Control Center 15 menit. c. Indikasi dari data meter : 1. Waktu meter real time clock yang dibaca dari meter berbeda dengan waktu Control Center. d. Penyebab : 1. Baterai meter habis Apabila baterai meter habis, maka harus diganti dengan menggunakan baterai yang baru. 2. Kerusakan meter Kerusakan meter mungkin saja terjadi, dan apabila meter mengalami kerusakan maka meter tersebut diserahkan terlebih dahulu ke pihak PLN untuk diperbaiki. 3. Kesalahan setting meter Apabila terjadi kesalahan pada saat pen settingan meter, sehingga menyebabkan perbedaan waktu dengan control center AMR, maka dilakukan setting ulang meter elektronik tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.2 Pencegahan Gangguan