Analisis Gangguan Melalui Sistem Automatic Meter Reading Di PT. PLN (PERSERO) Cabang Pematangsiantar

(1)

ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM AUTOMATIC METER

READING DI PT. PLN (PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

NADRATUL HASANAH

050801040

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERSETUJUAN

Judul

: ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM

AUTOMATIC METER READING DI PT. PLN

(PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR

Kategori

:

SKRIPSI

Nama

:

NADRATUL

HASANAH

Nomor Induk Mahasiswa

: 050801040

Program Studi

: SARJANA (S1) FISIKA

Departemen

:

FISIKA

Fakultas

: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

(FMIPA)

UNIVERSITAS

SUMATERA

UTARA

Diluluskan

di

Medan, 22 Juni 2010

Diketahui,

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua

Pembimbing,

Dr. Marhaposan Situmorang

Dr. Marhaposan Situmorang

NIP. 195510301980131003

NIP. 195510301980131003


(3)

PERNYATAAN

ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM AUTOMATIC METER

READING DI PT. PLN (PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, 22 Juni 2010

Nadratul Hasanah

050801040


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan cinta kasih dan

limpah karunia-Nya penyelesaian Skripsi ini dapat diselesaikan dalam waktu yang

telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Marhaposan

Situmorang dan Bapak Drs. Nasir Saleh M.Eng,Sc , selaku dosen pembimbing yang

sangat berperan serta dalam penyelesaian tulisan ini, yang telah banyak memberikan

bimbingan serta panduan untuk menyempurnakan tulisan ini. Ucapan terima kasih

juga saya ucapkan kepada Bapak DR.Marhaposan Situmorang dan Ibu

Dra.Justinon,M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU serta

kepada semua dosen di Departemen Fisika FMIPA USU yang dengan tulus

memberikan pelajaran dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis.

Ucapan Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh Staff di bagian AMR di

PT. PLN (Persero) cabang Pematangsiantar yang sudah memberikan saya kesempatan

untuk melakukan Riset/Penelitian sampai selesai. Terkhusus kepada pembimbing saya

Bapak Isnaidi dan karyawan di bagian AMR yang sudah begitu banyak membantu

sampai terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

Akhirnya tidak terlupakan dan yang paling teristimewa kepada Bapak saya

Drs M. Arifin Tanjung Mama saya Rosnilawaty yang selalu mendoakan dan

memberikan support, materil dan dukungan yang luar biasa kepada saya. Abang

TAufik dan Bang Dayat, kakak sayaNursaadah adik saya ulfa, anis fadhlan dan

habib yang selalu mendukung,memberikan arahan/saran kepada saya dalam

menyelesaikan skripsi saya ini. Juga kepada teman – teman Fisika Angkatan 2005

yang telah banyak membantu Mawaddah, Meta, Widya, Azmah , Fadhlani, dan

Listika yang menjadi partner terbaik dalam menjalani riset/penelitian. Tak lupa yang

Teristimewa kepada orang yang sangat saya Cintai dan Sayangi Muhammad Yusuf

yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti bagi saya.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin


(5)

ABSTRAK

Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang

merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada

pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.

Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -

gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di

meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,

misalnya pada generator ataupun transformatornya.

Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center

AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini

mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,

time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan

gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini

dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,

sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat

dilakukan secepat mungkin.


(6)

ANALYSIS DISTURBANCE BY AUTOMATIC METER READING SYSTEM

AT PT. PLN (PERSERO) BRANCH OF PEMATANGSIANTAR

ABSTRACT

AMR system consists of the control center, communications media and electronic

meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for

purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to

support the administrative and billing purpose.

By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur

in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances

- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or

transformer.

From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control

center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes

DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time

difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And

disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to

facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage

to equipment can be done as soon as possible.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan………... i

Pernyataan ……….

ii

Penghargaan………. iii

Abstrak………. iv

Abstract……… v

Daftar Isi………..

vi

Daftar Gambar………....

viii

Daftar Tabel………. ix

Daftar Singkatan ……….

x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang………..

1

1.2

Batasan Masalah………...

2

1.3

Tujuan Penelitian……….

2

1.4

Manfaat Penelitian………...

2

1.5

Sistematika Penulisan………..

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Macam Gangguan ……….

4

2.2 KWH Meter ………....

5

2.3 MODEM ………...

10

2.4 GSM..………...

14

2.5 GPRS………...

20

2.6 PSTN………

23


(8)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian ………..

27

3.2 Sistem AMR..………

27

3.2 1 Meter AMR…...………..

28

3.2.2 Control Center AMR……...………

30

3.2.3 Media Komunikasi Sistem AMR…...……….

37

3.3 Sumber Data……….

41

3.4

Instrumen Pengumpul Data……….

41

3.5

Teknik Pengolahan dan Analisa Data……….

41

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis DLPD AMR………

44

4.2 Pencegahan Gangguan ……….

60

4.3 Aplikasi Sistem AMR………..

62

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………..

66

5.2 Saran………

67

Daftar Pustaka……….

68

Lampiran


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

2.1

KWH

Meter

Analog

6

Gambar 2.2

Diagram Skematik Meter Digital

7

Gambar 2.3 Modem Eksternal dan Modem Internal

12

Gambar 2.4

Model Pembagian Sel pada Sistem GSM

16

Gambar

2.5

Arsitektur

Jaringan

Sistem

GSM

17

Gambar

2.6

Jaringan

GPRS 22

Gambar

3.1

Sistem

AMR

28

Gambar

3.2

Konfigurasi

Control

Center

AMR

31

Gambar 3.3 Diagram alir proses pembacaan data meter

di Control Center AMR

35

Gambar 3.4 Komunikasi PSTN ke GSM

38

Gambar 3.5 Komunikasi GSM – GSM pada Sistem AMR

40

Gambar 4.1 Grafik Kesalahan dalam Pengawatan

46

Gambar 4.2 Grafik Tegangan per fasa pada Tegangan Lebih

49

Gambar 4.3 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah

51

Gambar 4.4 Grafik Tegangan dan Arus tiap fasa pada Arus Tidak Seimbang

53

Gambar 4.5 Grafik Arus Per Fasa

Pada

Arus

Berlebih

55

Gambar 4.6 Meter Elektronik Setiap Pengukuran

62

Pembangkit,Distribusi, Transmisi , Pelanggan

Gambar 4.7

Susut di Transmisi atau

di

Distribusi

63

Gambar 4.8

Indikasi Susut di Jaringan

Tegangan

Rendah

64


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

4.1

Data

Kesalahan

Pengawatan

44

Tabel

4.2

Analisa

Reverse

Energy

45

Tabel

4.3

Data

Tegangan

Lebih

47

Tabel

4.4

Data

Tegangan

Terlalu

Rendah

50

Tabel

4.5

Data

Arus

Tidak

Seimbang

52

Tabel

4.6

Data

Arus

Berlebih

54

Tabel 4.7

Data Energi Reaktif

Tidak

Terdeteksi 56

Tabel 4.8

Data Penggunaan Beban Berlebih

57


(11)

DAFTAR SINGKATAN

AMR

: Automatic Meter Reading

AuC

: Autentification Center

BSC

: Base Station Center

BSS

: Base Station Sub-System

BTS

: Base Tranceiver Station

CC

: Control Center

CS

: Coding Scheme

DB

:

Database

DLPD

: Data Langganan yang Perlu Diperhatikan

DPLC

: Digital Power Lines Communication

DTU

: Data Terminal Unit

EC

:

Embedded

Concentrator

EIR

: Equipment Identity Registration

FEC

: Front End Concentrator

FTP

: File Transfer Protokol

GGSN

: Gateway GPRS Support Node

GPRS

: General Packet Radio Service

GSM

: Global System for Mobile

HLR

: Home Location Register

KWH

: Kilo Watt Hour

KVA

: Kilo Volt Ampere

KVARH

: Kilo Volt Ampere Reactive Hour

LWBP

: Lewat Waktu Beban Puncak

ME

: Meter Elektronik

MS

: Mobile Station

MSC

: Mobile Switching Center

NSS

: Network Sub System

PCU

: Packet Control Unit

PDN

: Public Data Network


(12)

PMT

: Pemutus Tenaga

PSTN

: Public Switch Telephone Network

RTC

: Real Time Clock

SGSN

: Service GPRS Support Node

SIM

: Subcriber Identity Module

SUTM

: Saluran Udara Tegangan Menengah

SUTR

: Saluran Udara Tegangan Rendah

SUTT

: Saluran Udara Tegangan Tinggi

WBP

: Waktu Beban Puncak


(13)

ABSTRAK

Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang

merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada

pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.

Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -

gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di

meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,

misalnya pada generator ataupun transformatornya.

Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center

AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini

mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,

time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan

gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini

dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,

sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat

dilakukan secepat mungkin.


(14)

ANALYSIS DISTURBANCE BY AUTOMATIC METER READING SYSTEM

AT PT. PLN (PERSERO) BRANCH OF PEMATANGSIANTAR

ABSTRACT

AMR system consists of the control center, communications media and electronic

meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for

purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to

support the administrative and billing purpose.

By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur

in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances

- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or

transformer.

From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control

center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes

DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time

difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And

disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to

facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage

to equipment can be done as soon as possible.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada proses pencatatan meter listrik, PLN memanfaatkan tenaga petugas untuk

mendatangi rumah pelanggan dan mencatat data pemakaian energi listrik yang ada

pada KWH meter. Apabila rumah pelanggan yang dikunjungi tersebut kosong, maka

proses pencatatan tidak dapat dilakukan. Selain itu pada proses pencatatan secara

manual tersebut seringkali terjadi kesalahan yang merugikan pihak pelanggan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu sistem baru yang mampu mengatasi beberapa masalah

diatas.

Sistem Automatic Meter Reading (AMR) merupakan sistem pembacaan meter

yang relatif baru baik di Indonesia maupun dinegara lain bahkan dinegara – negara

maju seperti di Eropa. Uji coba sistem AMR di Indonesia dilakukan pada tahun 2000

- 2002 di Jawa Barat. Pada tahun 2003 pengembangan sistem AMR secara lebih

komprehensif dilanjutka di Jawa Barat dan Banten. Pada tahap ini dikembangkan

program – program aplikasi yang lebih mengarah pada kesesuaian dengan proses

bisnis distribusi PLN. Dan untuk Wilayah Sumatera Utara sistem AMR mulai

dioperasikan pada tahun 2008.

Sistem Automatic Meter Reading (AMR) adalah suatu sistem pembacaan data

– data meter listrik secara otomatis yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pemantauan dan pengendalian pasokan energi kepada pelanggan, demikian pula

untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan. Pembacaan sistem AMR

umumnya dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan media komunikasi

misalnya PSTN, modem (GSM,CDMA) , DPLC atau Radio Packet.


(16)

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas tentang Sistem

Automatic Meter Reading (AMR) yang digunakan di PT PLN (Persero)

Pematangsiantar, khususnya mengenai gangguan yang terjadi dalam

pengoperasiannya melalui rekaman data dari meter elektronik.

1.2

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ditentukan beberapa batasan permasalahan yang dimaksudkan

agar tidak terjadi penyimpangan dan perluasan pokok permasalahan keluar dari topik

sebenarnya.

1.

Penelitian ini membahas gangguan yang terjadi pada sistem AMR melalui data –

data yang direkam di meter elektronik.

2.

Penelitian ini membahas gangguan – gangguan yang terjadi pada sistem AMR

yaitu kesalahan pengawatan, tegangan terlalu tinggi, tegangan terlalu rendah,

arus tidak seimbang, arus berlebih, energy reaktif tidak terdeteksi, penggunaan

beban yang melebihi daya kontrak, dan perbedaan waktu serta usaha

pencegahan terhadap gangguan yang terjadi.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.

Mengetahui gangguan yang terjadi dalam pengoperasian meter elektronik

2.

Mengetahui usaha pencegahan terhadap gangguan yang terjadi

3.

Mengetahui aplikasi dari sistem Automatic Meter Reading

1.4

Manfaat Penelitian

1.

Pihak PLN, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk

mengatasi gangguan yang terjadi.


(17)

2.

Pembaca, memberi pemahaman terhadap pembaca tentang sistem AMR dan

menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3.

Penulis, melalui setiap proses yang dikerjakan dalam penelitian ini diharapkan

dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis sendiri.

1.5

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penyusuna tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang defenisi gangguan, meter analog, meter digital, GSM,

PSTN, CDMA dan modem.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, sumber

data, tentang sistem AMR, dan cara melakukan analisa.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang analisis terhadap gangguan yang terjadi pada sistem

AMR, usaha pencegahan gangguan yang terjadi dan penjelasan tentang aplikasi sistem

AMR.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Defenisi dan Macam Gangguan

Bagi para pelanggan tenaga listrik terputusnya penyediaan tenaga listrik terasa sebagai

hal yang mengganggu kegiatannya atau mengganggu kenyamanannya (dalam bahasa

Inggris disebut convendency). Gangguan penyediaan tenaga listrik tidak dikehendaki

oleh siapapun, tetapi merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan oleh

karenanya usaha – usaha perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah gangguan.

Yang dimaksud dengan gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian

yang menyebabkan bekerjanya relay dan menjatuhkan Pemutus Tenaga (PMT) diluar

kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT

tersebut. Untuk bagian sistem yang tidak dilengkapi dengan PMT misalnya yang

diamankan dengan sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan

putusnya (bekerjanya) sekering.

Ada gangguan yang menyebabkan kerusakan namun sebagian besar tidak

menimbulkan kerusakan dalam arti tidak ada alat yang perlu diperbaiki terlebih

dahulu untuk dapat dioperasikan kembali sebagai akibat terjadinya gangguan.

Ditinjau dari sifatnya, ada gangguan yang bersifat temporer dan ada yang bersifat

permanen. Yang bersifat temporer ditandai dengan normalnya kerja PMT setelah

dimasukkan kembali. Yang bersifat permanen ditandai dengan bekerjanya kembali

PMT untuk memutus daya listrik. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah

sebab gangguannya dihilangkan sedangkan pada gangguan temporer sebab gangguan

hilang dengan sendirinya setelah PMT trip. Gangguan permanen bisa disebabkan

karena adanya kerusakan peralatan sehingga gangguan ini baru hilang setelah

kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu secara permanen

misalnya dahan yang menimpa kawat fasa dari saluran udara dan dahan ini perlu

diambil terlebih dahulu untuk dapat memasukkan kembali PMT secara normal dalam


(19)

arti bahwa PMT tidak akan trip kembali. Gangguan temporer yang terjadi berkali –

kali dapat menyebabkan timbulnya kerusakan peralatan dan akhirnya menimbulkan

gangguan permanen sebagai akibat timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut.

2.1.1 Faktor – faktor Penyebab Gangguan

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan

sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

gangguan, antara lain sebagai berikut :

a.

Faktor Manusia

Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan

perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambungkan rangkaian, keliru

dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya.

b.

Faktor Internal

Faktor ini menyangkut gangguan – gangguan yang berasal dari sistem itu

sendiri. Misalnya usia pakai, keausan, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi

sensitivitas relai pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik

lainnya.

c.

Faktor Eksternal

Faktor ini meliputi gangguan – gangguan yang berasal dari lingkungan di

sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.

Disamping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan

tikus, burung, kelelawar, ular dan sebagainya.

2.2 KWH

METER

KWH meter merupakan suatu alat pengukur energi listrik. Kwh meter terbagi menjadi

KWH Meter Analog dan KWH Meter Digital atau sering disebut dengan Meter

Elektronik.


(20)

2.2.1

KWH Meter Analog

Penggunaan daya di Indonesia menggunakan satuan kilowatt hour, dimana KWH

adalah sama dengan 3.6 MJ. Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan

tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap dan gear mekanik yang

mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Apabila meter dihubungkan ke daya

satu fasa maka piringan mendapat torsi yang dapat membuatnya berputar seperti

motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Berikut merupakan gambar KWH

meter analog

Gambar 2.1 KWH Meter Analog

Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa arus beban I menghasilkan fluks

bolak – balik yang melewati piringan aluminium dan menginduksinya, sehingga

menimbulkan tegangan dan arus. Kumparan tegangan juga menghasilkan fluks bolak

– balik yang memintas arus. Karena itu piringan mendapat gaya, dan resultan dari

torsi membuat piringan berputar. Kecepatan putaran piringan sebanding dengan daya

aktif yang terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan semakin

besar, demikian pula sebaliknya. Secara mum perhitungan untuk daya listrik dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu : daya kompleks (S), daya reaktif (Q), dan daya

aktif (P). dari ketiga daya tersebut, yang terukur pada KWH meter adalah daya aktif,


(21)

yang dinyatakan dengan satuan Watt. Sedangkan daya reaktif dapat diketahui

besarnya dengan menggunakan alat ukur Var meter. Untuk pemakaian pada rumah,

biasanya hanya menggunakan KWH meter.

2.2.2

KWH Meter Digital /Meter Elektronik

Meter Elektronik dirancang sebagai meter multifungsi yang mampu mengukur energi

aktif (KWH), energi reaktif (kvarh) baik total maupun masing – masing fasa, dan

parameter sesaat seperti tegangan, arus, faktor daya, daya aktif, daya reaktif, daya

untuk masing – masing fasa. Meter elektronik merupakan sebuah alat ukur besaran

listrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektronik (pulsa) untuk memantau pasokan

energi (KWH) ke pelanggan baik yang secara langsung (instantaneous) atau yang

sudah tersimpan dalam memori meter.

Diagram Skematik meter elektronik :


(22)

Meter AMR dilengkapi dengan modem komunikasi DPLC (Digital Power

Line Communication) yang terdapat didalam meter dan port komunikasi serial RS-232

untuk keperluan setting meter dan Automatic Meter Reading secara remote melalui

media komunikasi PSTN, GSM, CDMA.

Meter AMR juga dilengkapi dengan fasilitas TusBung, yang berupa power relay

didalam unit tersebut. Dengan demikian dimungkinkan untuk memutus dan

menyambung beban pelanggan secara remote baik melalui DPLC modem maupun

melalui port komunikasi serial RS-232. Setiap perintah TusBung secara otomatis

disimpan di event log.

Meter AMR dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi tampering dan kesalahan

dalam pemasangan meter, misalnya mendeteksi jika cover meter terbuka, missing

phase atau urutan fasa terbalik.

Pada Meter AMR juga terdapat Real Time Clock (RTC) yang digunakan untuk

mengontrol tarif dan stamping waktu untuk data load survey dan event log. RTC

dilengkapi dengan backup battery yang menjaga RTC selama catu daya hilang (mati),

yang mampu bertahan hingga 2 tahun. Ketidak-akurasian RTC adalah sekitar 0,5

menit/bulan.

Pada umumnya meter elektronik memiliki empat buah modul :

a.

Measurement Modul

Meter elektronik mengukur tegangan per fasa, arus per fasa, daya aktif, daya

reaktif, daya semu, factor daya dll.

b.

Comunication modul

Meter Elektronik menyediakan modul komunikasi untuk memudahkan

pembacaan atau konfigurasi setting meter tersebut dari melalui PC ke meter

elektronik.

Komunikasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara local atau remote reading

(dial up) jarak jauh seperti contoh sebagai berikut :

1.

Local Communication (optical)

2.

Local Communication RS 232 atau RJ-45


(23)

c.

Processor Modul

Modul ini berfungsi sebagai processor dari meter. Processor Modul atau disebut juga

Memory back up merupakan tempat penyimpanan data load profile, stand billing

reset, event log, dalam interval waktu – waktu yang telah ditentukan.

1.

Load Profile adalah rekaman hasil pengukuran energi yang dapat dihitung oleh

meter dalam interval waktu yang ditentukan.

2.

Billing Reset adalah energi yang terukur selama selang waktu 1 (satu) bulan

yang merupakan nilai untuk penghitungan tagihan kepada pelanggan.

3.

Event Log adalah rekaman seluruh kejadian yang dialami oleh meter dengan

tidak memperhitungkan interval waktu.

Dan kapasitas atau banyaknya data yang bisa diambil sesuai dengan besarnya memori

pada meter dan interval waktu yang ditentukan.

d.

LCD Display Modul

Merupakan tampilan parameter – parameter yang ada pada meter sesuai dengan

setting LCD Meter. Pada display meter elektronik ditampilkan :

a.

Nilai dan besaran parameter yang diukur

b.

Kode atau Register

c.

Informasi atau keterangan pelanggan

Parameter yang ditampilkan terdiri dari beberapa item yang mana interval waktu

tampilan diatur sedemikian rupa . misalnya 8 detik per item untuk tampilan isi maka

secara otomatis akan berganti ke item berikutnya, dan seterusnya.

Kelompok tampilan meter elektronik :

a.

Parameter pengukuran saat ini (instant)

b.

Parameter pengukuran yang lalu

c.

Informasi atau keterangan pelanggan

Parameter-parameter yang dapat ditampilkan meter elektronik adalah sebagai

berikut : Nomor serial meter, Energi Aktif Total (kWh) per Tarif, Energi Reaktif Total

per Tarif, Energi Aktif (kWh) Reverse, Energi Reaktif (kvarh) Reverse Energy, Energi

Aktif (kWh) per tiap fasa, Energi Reaktif tiap fasa, Tegangan Tiap Fasa, Arus Tiap


(24)

Fasa, Frekuensi, Daya Aktif Tiap Fasa, Daya Reaktif Tiap Fasa, Daya Tiap FAsa,

KVA Max, Faktor Daya Tiap Fasa, Tanggal dan Jam, Pesan Pendek

2.3

MODEM

Modem merupakan singkatan dari modulator-demodulator. Modulator merupakan

bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyalpembawa(Carrier) dan siap

untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan signal

informasi (yang berisi data atau pesan) dari signal pembawa (carrier) yang diterima

sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.

2.3.1

Cara Kerja Modem

Kebanyakan modem yang digunakan di PC atau laptop dewasa ini adalah dengan

menggunakan teknik asynchronous. Asynchronous ini maksudnya bahwa ketika

modem ini mengirimkan data tanpa menggunakan clock untuk menyinkronisasikan

kegiatan dari kedua sistem yang terhubung, data dikirim dalam 1 byte yang berada

dalam sebuah frame pada satu waktu. Frame tersebut berisikan sebuah start bit, dan

biasanya satu atau lebih stop bit. Start dan stop bit inilahyang memberitahukan kapan

dan dimana data tersebut. Karena fungsi inilah,sehingga dapat diketahui mana yang

dapat diterima dan mana yang tidak.

Modem yang digunakan di PC atau laptop

dewasa ini adalah tersebut dapat dikirimkan melalui beberapa media

telekomunikasi dengan menggunakan teknik asynchronous. Data dari komputer

yang berbentuk sinyal digital diberikan kepada modem untuk diubah menjadi

sinyal analog. Sinyal analog seperti telepon dan radio. Setibanya di modem

tujuan, sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital kembali dan

dikirimkan kepada komputer.


(25)

2.3.2 Kecepatan Modem

Kecepatan sebuah modem diukur dengan satuan bps (bit per second) atau kbps (kilobit

per second). Besarnya bervariasi, antara 300 bps hingga 56,6 kbps, namun kecepatan

yang umum digunakan dewasa ini berkisar antara 14.4 hingga 56,6 kbps. Makin tinggi

kecepatannya tentunya makin baik karena akan mempersingkat waktu koneksi dan

menghemat biaya pulsa telepon. Kecepatan koneksi juga sangat bergantung pada

kualitas saluran telepon yang digunakan. Modem 56,6 kbps biasanya sangat jarang

bisa mencapai kecepatan puncaknya. Umumnya koneksi tercepat yang bisa dicapai

lewat saluran telepon konvensional adalah berkisar antara 45-50 kbps untuk

downstream, tergantung jarak dari sentral saluran telepon yang digunakan (makin

dekat tentunya makin baik), sedangkan untuk upstream maksimal hanya sebesar 33.6

kbps. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan saluran telepon yang memang pada

dasarnya tidak dirancang untuk komunikasi data berkecepatan tinggi.

Modem terbaru berbasis teknologi High Speed Downlink Packet Access

(HSDPA) yang lebih dikenal dengan sebutan 3,5G. Modem ini menyediakan fasilitas

akses data. Dengan kecepatan sampai 3,6 Megabyte per second (Mbps) sepuluh kali

lupat kecepatan akses modem 3G di 384 Kbps. Ada 4 (empat) operator GSM yang

menawarkan Modem HSDPA, yakni Indosat,Telkomsel, XL dan Axis.

2.3.2

Jenis – Jenis Modem

Secara Fisik, modem dapat dibedakan sebagai modem internal dan modem eksternal.

Disamping itu, kita mengenal pembagian berdasarkan kecepatan dan cara kerjanya,

apakah itu berupa software atau hardware modem. Ada beberapa pembagian lagi yang

sifatnya lebih teknis, seperti error control, data compression protocol


(26)

Gambar 2.3 Modem eksternal 28.8kbps serial-port modem dari Motorola Modem

Internal 56kbps PCIslot.

2.3.2.1

Modem Eksternal dan Internal

Seperti namanya, perangkat modem eksternal berada diluar CPU. Modem eksternal

dihubungkan ke CPU melalui port COM atau USB. Modem jenis ini biasanya

menggunakan sumber tegangan terpisah berupa adaptor. Keuntungan penggunaan

modem jenis ini adalah portabilitasnya yang cukup baik sehingga gampang

dipindah-pindah untuk digunakan di komputer lain. Disamping itu dengan menggunakan

modem eksternal, tidak perlu ada slot ekspansi yang dikorbankan sehingga bisa

dipakai untuk keperluan lain, terutama apabila mainboard yang digunakan hanya

menyediakan sedikit slot ekspansi. Modem eksternal juga dilengkapi dengan lampu

indikator yang memudahkan kita untuk memonitor status modem. Kerugiannya,

harganya lebih mahal dibandingkan dengan modem internal. Modem eksternal juga

membutuhkan tempat tersendiri untuk menaruhnya meskipun kecil.

Yang pertama dari jenis modem eksternal adalah modem dial up, modem ini

masih menggunakan saluran telepon dengan menggunakan frekuensi suara sehingga

jalur telepon tidak dapat digunakan saat terhubung ke internet. Contohnya Telkomnet

dan modem jenis ini lebih mahal daripada jenis internal. Sama seperti jenis lain dari

modem eksternal anda mungkin mempertimbangkan dua tipe modem : modem kabel

dan DSL jika anda menginginkan layanan internet berkecepatan tinggi. Semua ISP

biasanya menyediakan modem spesial dinamakan modem digital di dalam paket

broadband. Sangat penting untuk memperhatikan bahwa modem kabel harus


(27)

dihubungkan dengan kartu Ethernet, ditempatkan di slot PCI komputer yang

disediakan oleh koneksi intenet broadband ke pengguna. Memang benar jika anda

memilih koneksi Ethernet. Akan tetapi anda tidak akan membutuhkannya jika pilihan

anda menggunakan koneksi USB. Modem kabel menggunakan sumbu kabel jaringan

televisi untuk menyediakan bandwitdth yang hebat dibandingkan modem komuter dial

up. Akses yang benar-benar cepat ke Web yang disediakan oleh modem kabel dengan

transmisi downstream hingga 38 Mbits/s dan transmisi upstream hingga 1 Mbits/s.

besaran transmisi ini berubah-rubah tergantung jumlah pengguna karena pembagian

bandwith yang menggunakan teknologi kabel ini.

Modem DSL (DIgital Subscriber Line) secara eklusif digunakan untuk koneksi

dari telepon kantor yang dipindahkan ke pengguna. Teknologi ini, tersedia dan

seringkali dipakai, dipisahkan dalam dua kategori utama :

1.

ADSL (Asymetric Digital Subcriber Line) mendukung transmisi downstream

dari 1,5 Mbits/s hingga 9 Mbits/s dan transmisi upstream hingga 3 Mbps.

Menggunakan jalur kabel telepon namun menggunakan frekuensi yang berbeda

sehingga, telepon masih dapat digunakan walau terhubung ke internet, bebas

gangguan dan cepat. Contohnya Telkom speedy.

2.

SDSL (Symetric Digital Subcriber Line), biasanya digunakan di Eropa dan

mempunyai besaran downstream dan upstream data yang sama yaitu sekitar 128

Kbits/s.

Berbeda dengan modem eksternal, modem internal terpasang langsung

didalam CPU. Secara fisik modem internal berupa sebuah card yang tertancap pada

salah satu slot ekspansi pada mainboard, biasanya pada slot ISA atau PCI.

Penggunaan modem jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah lebih

hemat tempat dan dari segi harga lebih ekonomis dibandingkan dengan modem

eksternal. Karena telah terpasang di dalam CPU, maka modem jenis ini tidak

membutuhkan adaptor seperti halnya modem eksternal sehingga sistem terkesan lebih

ringkas tanpa ada banyak kabel berseliweran yang bisa memberi kesan kurang rapi.

Namun demikian, modem internal memiliki kelemahan berupa tidak adanya indikator

sebagaimana yang bisa ditemui pada modem eksternal. Akibatnya agak sulit untuk


(28)

internal tidak menggunakan sumber tegangan sendiri hingga harus dicatu dari power

supply pada CPU. Panas dari komponen-komponen dalam rangkaian modem internal

juga akan menambah suhu dalam kotak CPU.

2.3.2.2

Modem Berbasis Hardware dan Software

Disamping kedua pembagian diatas, kita juga mengenal istilah hardware atau software

modem. Modem yang bekerja secara hardware menggunakan chip khusus untuk

menangani fungsi-fungsi komunikasi data, sedangkan pada software modem,

pekerjaan ini diambil alih oleh sebuah program driver. Penggunaan software modem

akan cukup membebani kerja CPU, dan dengan demikian tentunya memerlukan

sistem dengan processor yang cepat (disarankan minimal menggunakan processor

Pentium 200 Mhz). Penurunan performa akan sangat terasa saat menggunakan modem

jenis ini. Sebuah mesin berbasis Celeron 400 misalnya, hanya mampu bekerja

layaknya PC Pentium Classic saat online dengan memanfaatkan software modem.

Secara fisik hampir tidak ada ciri yang menyolok yang membedakan antara kedua

jenis modem ini. Namun demikian, dewasa ini hampir seluruh modem internal

berbasis PCI yang ada di pasaran adalah software modem. Modem jenis ini umumnya

dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan modem berbasis

hardware. Karena faktor ketersediaan driver, maka software modem umumnya hanya

bisa bekerja di lingkungan OS Windows sehingga jenis modem ini juga sering disebut

sebagai Winmodem.

2.4

GSM

GSM (Global System for Mobile) adalah sebuah teknologi komunikasi bergerak yang

tergolong dalam generasi kedua (2G). Perbedaan utama sistem 2G dengan teknologi

sebelumnya terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan teknologi

generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain ialah :

a.

Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunakan teknologi digital, dimana

penggunaan sebuah kanal tidak diperuntukkan bagi satu user saja. Sehingga pada


(29)

saat user tersebut tidak mengirimkan informasi, kanal dapat digunakan oleh user

lain. Hal ini berlawanan dengan teknologi FDMA yang digunakan pada generasi

pertama.

b.

Teknologi yang dikembangkan di negara – negara yang berbeda merujuk

pada standar Internasional sehingga sistem pada negara – negara yang berbeda

tersebut masih tetap compatible satu dengan lainnya sehingga dimungkinkannya

roaming antar negara.

c.

Dengan menggunakan teknologi digital, service yang ditawarkan menjadi

lebih beragam, dan bukan hanya sebatas suara saja, tapi juga memungkinkan

diimplementasikannya service – service yang berbasis data, seperti SMS, dan

juga pengiriman data dengan kecepatan rendah.

d.

Penggunaan teknologi digital juga menjadikan keamanan sistem lebih baik.

2.4.1

Spesifikasi Umum sistem GSM

Spesifikasi Teknis :

a.

Uplink 890 MHz – 915 MHz

b.

Downlik 935 MHz – 960 MHz

c.

Duplex Spacing 45 MHz

d.

Carrier Spacing 200 MHz

e.

Modulasi GMSK

f.

Metode akses FDMA – TDMA

Alokasi frekuensi untuk 3 operator terbesar :

1. Indosat/Satelindo : 890 – 900 MHz (10MHz)

2. Telkomsel

: 900 – 907,5 MHz (7,5MHz)

3. Excelcomindo

: 907,5 – 915 MHz (7,5MHz)


(30)

2.4.2

Bandwith

Bandwith yang dialokasikan untuk tiap frekuensi pembawa pada GSM adalah sebesar

200 kHz. Pada kenyataannya, bandwith sinyal tersebut lebih besar dari 200 kHz,

bahkan setelah dilakukan pemfilteran pun hal itu tetap terjadi. Akibatnya sinyal akan

memasuki kanal – kanal disebelahnya. Jika pada satu sel terdapat BTS dengan

frekuensi pembawa yang sama atau bersebelahan kanal, maka akan terjadi interferensi

akibat overlapping tersebut. Begitu juga sel – sel yang bersebelahan memiliki

frekuensi pembawa sama atau berdekatan. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa

dalam satu sel atau antara sel – sel yang berdekatan tidak boleh menggunakan kanal

yang sama atau berdekatan.

2.4.3

Pembagian sel

Pembagian area dalam kumpulan sel- sel merupakan prinsip penting GSM sebagai

sistem telekomunikasi selular. Sel – sel tersebut di modelkan sebagai bentuk

heksagonal seperti gambar berikut. Tiap sel mengacu pada satu frekuensi pembawa/

kanal. Pada kenyataannya jumlah kanal yang dialokasikan terbatas, sementara jumlah

sel bisa saja berjumlah sangat banyak. Untuk memenuhi hal ini, dilakukan teknik

pengulangan frekuensi (frekuensi use). Pada gambar terlihat contoh frekuensi

re-use dengan jumlah kanal 7 buah. Antara sel – sel yang berdekatan frekuensi yang

digunakan tidak boleh bersebelahan kanal atau bahkan sama.

Gambar. 2.4 Model Pembagian Sel pada Sistem GSM

2.4.4 Arsitekstur Jaringan Sistem GSM


(31)

Secara umum, network elemen dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :

1.

Mobile Station (MS)

2 Base Station Sub-System (BSS)

3.

Network Sub-System (NSS)

4.

Operation ans Support System

Gambar 2.5. Arsitektur Jaringan Sistem GSM

1.

Mobile Station (MS)

Mobile Station (MS) adalah perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk

melakukan pembicaraan. Secara umum sebuah Mobile Station terdiri dari :

a.

Mobile Equipment (ME) atau handset atau modem

Mobile Equipment (ME) atau handset adalah perangkat GSM yang berada di sisi

pelanggan yang berfungsi sebagai terminal transceveir (pengirim dan penerima

sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Secara internasional,

ME diidentifikasi dengan IMEI (Internasional Mobile Equipment Identity) dan data


(32)

IMEI ini disimpan oleh EIR untuk keperluan authentifikasi, apakah mobile equipment

yang bersangkutan diizinkan untuk melakukan hubungan atau tidak.

b.

Subscriber Identity Module (SIM) atau Sim Card

Subscriber Identity Module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi seluruh

informasi pelanggan dan beberapa informasi service yang dimilikinya. Mobile

Equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya, kecuali

untuk panggilan emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM card.

2. Base Station Sub-System (BSS)

Secara umum Base Station Sub-System terdiri dari BTS (Base Transceiver Station)

dan BSC (Base Station Controller).

a.

Base Transceiver Station (BTS)

BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS

berhubungan dengan MS melalui air interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan

penerima sinyal komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS

dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai penerima maka bentuk fisik sebuah BTS

adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver. Sebuah BTS dapat

mengcover area sejauh 35 km. Area cakupan BTS ini disebut dengan cell. Sebuah cell

dapat dibentuk oleh sebuah BTS atau lebih, tergantung dari bentuk cell yang

diinginkan.

b.

Base Station Controller (BSC)

BSC adalah perangkat yang mengontrol kerja BTS – BTS yang secara hirarki

berada di bawahnya. BSC merupakan interface yang menghubungkan antara BTS dan

MSC (Mobile Switching Center).

3.

Network Sub-System

a.

Mobile Switching Center (MSC)

MSC adalah network elemen central dalam sebuah jaringan GSM. Semua

hubungan (Voice Call/transfer data) yang dilakukan oleh mobile subscriber selalu

menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya.


(33)

b.

Home Location Register (HLR)

HLR adalah network elemen yang berfungsi sebagai sebuah database untuk

penyimpan semua data dari informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara

permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai

pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk

merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan

HLR dan memberikan informasi posisi terakhir dimana pelanggan berada. Informasi

lokasi ini akan di update apabila pelanggan berpindah dan memasuki coverage atau

suatu MSC yang baru.

c.

Visitor Location Register (VLR)

VLR adalah network elemen yang berfungsi sebagai sebuah database yang

menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki

suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR (setiap MSC VLR (Setiap MSC

akan memiliki VLR sendiri) tersebut melakukan roaming. Informasi pelanggan yang

ada di VLR ini pada dasarnya adalah copy-an dari informasi pelanggan yang ada di

HLR-nya. Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC

untuk melakukan hubungan baik incoming (panggilan masuk) dan outgoing

(panggilan keluar).

d.

Authentification Center (AuC)

AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan

pelanggan, sehingga usaha untuk mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi

pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Disamping itu AuC berfungsi untuk

menghindarkan adanya pihak ke tiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap

pembicaraan. Dengan fasilitas ini, maka kerugian yang dialami pelanggan sistem

selular analog saat ini akibat banyaknya usaha memparalel, tidak mungkin terjadi pada

GSM. Sebelum proses penyambungan switching dilaksanakan sistem akan memeriksa

terlebih dahulu, apakah pelanggan yang akan mengadakan pembicaraan adalah

pelanggan yang sah.


(34)

e.

Equipment Identity Registration (EIR)

EIR memuat data – data peralatan pelanggan ( Mobile Equipment) yang

diidentifiksai dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity). Data Mobile

Equipment yang di simpan di EIR dapat dibagi atas 3 (tiga) kategori :

1.

Peralatan yang diizinkan untuk mengadakan hubungan pembicaraan ke

manapun.

2.

Peralatan yang dibatasi dan hanya diizinkan mengadakan hubungan pembicaraan

ketujuan yang terbatas.

3.

Peralatan yang sama sekali tidak diizinkan untuk berkomunikasi.

Keberadaan EIR belum distandarisasi secara penuh, oleh karena itu belum

dioperasikan di semua operator.

2.5

GPRS

GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu

teknologi yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika

dibandingkan dengan penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. Sering

disebut pula dengan teknologi 2,5G. Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer

data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan dengan e-mail, data gambar (MMS),

dan penelusuran (browsing) internet. Layanan GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe

GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.

GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan

prinsip 'tunnelling'. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara

kasar sampai 160 kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh

rangkaian tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang

pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara berbagi ('sharing') di

antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat efisien.

Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan.

Penggunanya ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau

diterima, tanpa memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS

akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada


(35)

GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan

komunikasi bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang lebih tinggi

dengan tarif rendah ,sehingga membuat layanan data menjadi menarik bagi pasar

massal. Para operator jaringan komunikasi bergerak di luar negeri kini melihat GPRS

sebagai kunci untuk mengembangkan pasar komunikasi bergerak menjadi pesaing

baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan kabel, yakni layanan internet.

Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet melalui jaringan kabel

(telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak. Sebagai gambaran kecil,

layanan bergerak yang kini menjadi sukses di pasar (bagi operator di manca Negara)

misalnya adalah laporan cuaca, pemesanan makanan, berita olah raga, sampai ke

informasi seperti berita–berita penting harian, dalam teorinya GPRS menjanjikan

kecepatan dari 56 kbps sampai 115 kbps, sehingga memungkinkan akses internet,

pengiriman data multimedia ke computer, notebook, dan handled komputer. Namun,

dalam implementasinya. Hal tersebut sangat tergantung pada faktor – faktor berikut :

a.

Konfigurasi data dan alokasi time slot pada level BTS

b.

Software yang dipergunakan

c.

Dukungan fitur dan aplikasi yang digunakan

Komponen – komponen utama jaringan GPRS adalah :

1.

GGSN (Gatewy GPRS Support Node) gerbang penghubung GPRS ke jaringan

internet. Fungsi dari komponen ini adalah sebagai interface ke PDN (Public Data

Network). Informasi roauting, network screening, user screening, address

mapping.

2.

SGSN (Serving GPRS Support Node) gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke

jaringan GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS,

update pelanggan ke HLR, registrasi ke pelanggan baru.


(36)

Gambar 2.5 Jaringan GPRS

SGSN bertugas mengirimkan data ke Mobile Station (MS) dalam satu area, mengirim

sejumlah pertanyaan ke HLR untuk memperoleh profile data pelanggan GPRS

(management mobility), mendeteksi MS-GPRS yang baru dalam suatu area servis

yang menjadi tanggungjawabnya (location management). SGSN dihubungkan ke BSS

pada GSM dengan koneksi Frame Relay melalui PCU (Packet Control Unit) di dalam

BSC.

GGSN bertugas sebagai interface ke jaringan IP external seperti public internet atau

mobile service provider, meng-update informasi routing dari PDU (Protocol Data

Units) ke SGSN.

GPRS menggunakan sistem komunikasi packet switch sebagai cara untuk

mentransmisikan datanya. Packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan

ditransmisikan dibagi menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan

diubah kembali menjadi data semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan

jutaan paket per detik. Transmisi dilakukan melalui PLMN (Public Land Mobile

Network) dengan menggunakan IP backbone. Karena memungkinkan untuk

pemakaian kanal transmisi secara bersamaan oleh pengguna lain maka biaya akses


(37)

GPRS, secara teori, lebih murah daripada biaya akses CSD. GPRS didesain untuk

menyediakan layanan transfer packet data pada jaringan GSM dengan kecepatan yang

lebih baik dari GSM. Kecepatan yang lebih baik ini didapat dengan menggunakan

coding scheme (CS) yang berbeda dari GSM.

2.6

PSTN

PSTN adalah Public Switched Telephone Network yaitu jaringan telepon tetap yang

menggunakan kabel sebagai perantara atau media penghubung lainnya. Jaringan

PSTN sudah dikenal lama oleh masyarakat luas yang pada umumnya memanfaatkan

jaringan PSTN untuk telepon rumah dan jaringan internet karena biaya yang

dikeluarkan cukup murah dibandingakan dengan jaringan lainnya. Jaringan PSTN

merupakan produk dari American Telephotne and Telegraph Company (AT&T) yaitu

perusahaan telephone yang sangat besar di Amerika yang berdiri akibat inovasi dari

Alexander Graham Bell yang menemukan telepon pertama kalinya pada 1876.

Jaringan PSTN biasanya menggunakan kabel tembaga sebagai media

penghubung karena kabel tersebut sangat kuat, tidak mudah karatan, tahan terhadap

perubahan cuaca dan bisa menghantarkan sinyal dengan kuat dan jelas. Selain kabel

tembaga, jaringan juga bisa dihubungkan oleh kabel fiber optic, namun kabel ini

jarang digunakan karena selain harus mengubah sinyal elektrik menjadi bentuk

cahaya, kabel ini relatif sangat mahal bila dibandingkan dengan kabel tembaga.

Jaringan juga dapat dihubungkan dengan kabel coaxial, namun kabel ini sulit

diinstalasi dan memiliki ukuran yang sangat besar walaupun kuat terhadap noise.

Selain kabel tembaga, satelit, fixed wireless ( jaringan telepon tanpa kabel kepada

fixed customer, seperti telepon rumah misalnya) dan mobile wireless circuit (jaringan

telepon tanpa kabel kepada mobile customer, seperti handphone misalnya) juga dapat

digunakan sebagai media penghubung sebagai media penghubung pada jaringan

PSTN. Jaringan PSTN memiliki lima komponen dasar, yaitu telepon, network access,

central officer (CO), trunks dan special circuit, serta CPE (Customer Premise

Equipment).


(38)

Komponen pertama yaitu telepon, memiliki infrastruktur yang bermula dari sepasang

kabel tembaga yang dinamakan sebagai local loop. Secara fisik, local loop

menghubungkan telepon rumah kita dengan switch yang berada di CO. Jalur

komunikasi antara switch yang berada di CO dan rumah kita biasanya disebut sebagai

phone line, sedangkan phone line beroperasi lewat local loop.

Pengoperasian telepon sangat mirip dengan saklar lampu. Bila saklar pada

lampu kita pencet kemudian lampu menyala akibat dari rangkaian arus tersambung,

maka pada telepon cara ini kita lakukan dengan mengangkat gagang telepon. Ketika

gagang telepon kita angkat (atau yang disebut dengan off-hook), maka rangkaian arus

tersambung, dimana kondisi tersebut memungkinkan CO untuk mengirim sinyal ke

telepon kita. Setelah kita angkat gagang telepon tentunya kita akan memencet

serangkaian angka agar telepon kita tersambung ke tujuan. Proses ketika kita

mengirimkan sinyal dengan memencet nomor tujuan ini disebut signaling. Dulu,

semua orang melakukan signaling dengan memutar nomor telepon yang ada di

telepon. Sekarang, kita semua melakukan signaling dengan memencet angka yang ada

di telepon. Hal ini adalah metode signaling yang dinamakan Dual Tone

Multifrequency (DTMF), yang menyediakan dua frekuensi yang berbeda pada setiap

angka yang di pencet. Frekuensi yang berbeda tersebut dibutuhkan untuk

mendefenisikanhkan nomor tujuan dengan lebih tepat.

Setelah sinyal diterima CO, sinyal tersebut akan ditarik dan dikirimkan ke suatu

jaringan yang bernama Signaling System 7 (SS7), yakni sebuah metode yang

menggunakan sistem jaringan sehingga penelepon dengan penerima telepon terhubung

tanpa membutuhkan kabel langsung dari penelepon dan penerima.

Komponen yang kedua adalah network acess, yaitu penyedia jasa layanan

telepon yang akan menghubungkan penelepon dengan penerima telepon. Ketika

telepon pertama kali muncul, penyedia jasa layanan telepon adalah Regional Bell

Operating Companies (RBOCs), Local Exchange Carriers (LEC) atau penyedia

layanan telepon local, Interexchange Carriers atau penyedia jasa layanan telepon

jarak jauh dan cellular operators.


(39)

Komponen yang ketiga adalah Central Offices (COs) yang menyediakan trunk

untuk menghubungkan penelepon dengan penerima telepon. CO lah yang memberikan

nada sambung atau dial tone ketika mengangkat gagang telepon rumah. Ketika

memencet nomor tujuan maka CO akan mengenali nomor tersebut dan

menyambungkannya kepada kita dengan memberikan nada dering.

Komponen yang keempat adalah trunk dan special circuits. Trunk adalah jalur

komunikasi diantara beberapa switch CO atau jalur komunikasi yang menghubungkan

pengguna telepon ke CO. jika kita menggunakan kabel untuk menghubungkan telepon

rumah kita dengan setiap telepon rumah yang kita telepon, maka biaya kabel menjadi

sangat tidak efektif. Sama halnya dengan menggunakan kabel untuk menghubungkan

satu CO dengan CO lainnya. Untuk itulah kita menggunakan trunk sehingga kabel

tidak harus dihubungkan satu per satu dari rumah ke rumah, melainkan dibentuk suatu

jaringan kabel yang biayanya lebih efektif.

Komponen yang terakhir Customer Premise Equipment (CPE), yaitu perangkat

komunikasi yang dimiliki oelh customer atau individu yang menyebabkan mereka

tersambung ke dunia luar. Telepon, modem, router yang dimiliki adalah contoh dari

CPE, perkempangan pesat CPE sebenarnya dimulai setelah Carterfone Act pada tahun

1968, dimana perkembangan CPE yang pesat mengakibatkan pecahnya perusahaan

Bell karena peningkatan CPE menuntun peningkatan dan diversifikasi layanan

telepon. Hingga kini, CPE terus berkembang dan hasilnya dapat disadari, fitur – fitur

canggih dari telepon menyebabkan persaingan antar provider telepon semakin besar

2.7

CDMA

Dalam CDMA (Code Division Multiple Access) setiap pengguna menggunakan

frekuensi yang sama dalam waktu bersamaan tetapi menggunakan sandi unik yang

saling mengenal. Sandi – sandi ini membedakan antara pengguna saja dengan

pengguna yang lain. Pada jumlah pengguna yang besar, dalam bidang frekuensi yang

diberikan akan ada banyak sinyal dari pengguna sehingga interferens akan meningkat.


(40)

system dibatasi oleh daya interferens yang timbul pada lebar bidang frekuensi yang

digunakan.

CDMA merupakan akses jamak yang menggunakan prinsip komunikasi

spectrum tersebar. Isyarat bidang dasar yang hendak dikirim disebar dengan

menggunakan isyarat dengan lebar bidang yang besar yang disebut sebagai isyarat

penyebar (spreading signal). Metode ini dapat dianalogikan dengan cara

berkomunikasi dalam satu ruangan yang besar. Setiap pasangan dapat berkomunikasi

secara bersama – sama tetapi dengan bahasa yang berbeda, sehingga pembicaraan

pasanagan satu bisa dianggap seperti suara kipas bagi pengguna yang lain, karena

tidak diketahui maknanya. Pada saat banyak yang berkomunikasi maka ruangan

menjadi bising. Kondisi ini membuat ruangan menjadi tidak kondusif lagi untuk

berkomunikasi. Oleh karena itu, jumlah yang berkomunikasi harus dibatasi. Agar

jumlah yang berkomunikasi bisa maksimal maka kuat suara tiap pembicara tidak

boleh terlalu keras.


(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Cabang Pematangsiantar

3.2

Sistem Automatic Meter Reading

AMR (Automatic Meter Reading) adalah teknologi pembacaan meter elektronik

secara otomatis. Umumnya, pembacaan dilakukan dari jarak jauh dengan

menggunakan media komunikasi. Parameter yang dibaca pada umumnya terdiri dari

Stand, Max Demand (Penggunaan tertinggi), Instantaneous, Load Profile (load

survey) dan Event. Parameter – parameter tersebut didefenisikan terlebih dahulu di

meter elektronik, agar meter dapat menyimpan data – data sesuai dengan yang

diinginkan.

Data hasil pembacaan tersebut disimpan ke dalam database dan dapat digunakan

untuk melakukan analisa transaksi serta troubleshooting. Teknologi ini tentu saja

dapat membantu perusahaan penyedia jasa elektrik untuk menekan biaya operasional,

serta menjadi nilai tambah kepada pelanggannya dalam hal penyediaan, ketepatan, dan

keakurasian data yang dibaca, dan tentu saja dapat menguntungkan pengguna jasa

tersebut.

Sistem AMR terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu Control Center, Meter

Elektronik dan Media Komunikasi.


(42)

Gambar 3.1. Sistem AMR

Pemakai Automatic Meter Reading (AMR) dapat memonitoring pemakaian daya

listrik. Dalam pengoperasiannya sistem Automatic Meter Reading melakukan

pembacaan energi listrik dengan cara menurunkan terlebih dahulu tegangan listrik dari

40 KV menjadi 240 V menggunakan current transformer, kemudian tegangan

dikonversikan menjadi data digital pada mesin meteran agar dapat diukur dengan

parameter pengukuran seperti daya, energi, dll. Setelah data digital ini masuk ke

bagian pengolahan dan komunikasi, pada bagian ini data digital dapat disimpan ke

memori, ditampilkan lewat LCD display, atau dikirimkan ke database PLN lewat

modem.

3.2.1

Meter Elektronik

Spesifikasi Meter AMR E30605 :

a.

Spesifikasi Umum :

1.

Tipe 3 fasa 4 kawat, kelas 0,5

2.

Pengukuran tidak langsung (dengan CT-PT)

3.

Tegangan 57,7 Vac


(43)

b.

Data Pengukuran :

1.

Tegangan per fasa (V)

2.

Arus per fasa (A)

3.

Factor daya per fasa

4.

Frekuensi

5.

Daya aktif per fasa (kW)

6.

Daya reaktif per fasa (kVAr)

7.

Daya total per fasa (kVA)

8.

Energi aktif per fasa (kWh)

9.

Energi reaktif per fasa (kVarh)

10.

Energi aktif total Rate1,Rate2,Rate3,Rate4 (kWh)-untuk aplikasi WBP,

LWBP

11.

Energi reaktif total Rate1, Rate2, Rate3, Rate4 (kVArh)-untuk aplikasi WBP,

LWBP

12.

Daya Maksimum (kVA Max)

c.

Fitur Komunikasi

1.

Fasilitas komunikasi dengan modem PSTN, GSM, CDMA atau DPLC

2.

Fasilitas pembacaan lokal dengan akses melalui port InfraRed (standar fisik

EC1107)

3.

Fasilitas pembacaan dengan akses melalui port RS232

4.

Mendeteksi dan mengirimkan alarm tampering

5.

Mendeteksi dan mengirimkan informasi missing phase

6.

Menerima dan menampilkan pesan singkat

7.

Fungsi port output untuk menggerakkan relay eksternal (aplikasi TusBung

pada pengukuran tidak langsung)

8.

Fungsi port input untuk menerima sinyal eksternal yang dapat disimpan /

diteruskan ke Control Center melalui fasilitas komunikasi

d.

Penyimpanan Data Historis :

Terdapat memori internal untuk penyimpanan data – data historis

1.

Data Load Profile


(44)

Nilai – nilai per fasa dari parameter tegangan, arus,faktor daya, daya aktif daya

reaktif, frekuensi,energi aktif total, energi reaktif total , energi reaktif reverse

total.

Perioada penyimpanan data Load Profile dapat dipilih per

2,3,4,5,6,10,15,20,30, atau 60 menit.

2.

Data Billing (posisi standmeter pada setiap tanggal billing), mampu hingga 60

perioda billing atau kurang lebih 5 tahun.

3.

Data Event Log,mampu hingga 1024 record yang meliputi pesan – pesan :

Fasa terbalik, hilang fasa, tampering alarm,reverse energy, status port

input/output, data user yang login dan aktivitas selama login.

e.

Fitur Perangkat

1.

Layar tampilan 2 x 20 LCD dengan backlight

2.

Real Time Clock (RTC) dengan baterai cadangan

3.

Penyimpanan Data pada non volatile memory EEPROM

4.

Register terpisah untuk beban puncak dan bukan beban puncak pada setiap

fasa

f.

Sekuriti

1.

Segel Metrologi

2.

Segel PLN

3.

Tampering detector dan alarm

4.

Proteksi hardware untuk measurement parameter setting

5.

Access password

3.2.2

Control Center

Secara umum,control center AMR terdiri dari empat komponen utama yaitu:

1.

Web Server

2.

Database Server

3.

Front End Concentrator (FEC)

4.

Embedded Concentrator (EC)


(45)

Gambar 3.2 Konfigurasi Control Center AMR

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa control center AMR terdiri dari empat

komponen utama yaitu : web server, database server, froent end concentrator dan

embedded concentrator. Dengan web server yang terhubung ke internet sehingga

dapat di akses oleh computer – computer dengan menggunakan jaringan LAN yang

menggunkan TCP/IP .

4.

Web Server

1.

Mengatur Hak Akses di Linux

Linux mengenal hak akses yang mengatur setiap user sehingga setiap user hanya

dapat mengakses file – file atau direktori tertentu saja, hal ini digunakan untuk

kepentingan keamanan sistem.

2.

Alasan memilih Linux

a.

Bersifat open source, relatif lebih aman karena source code-nya diketahui

public, mempercepat penemuan dan perbaikan bug.

b.

Sistem security lebih aman karena tingkat proteksi tidak hanya dari firewall

tapi termasuk file sistem dan akses user.


(46)

c.

Eksklusif, proses instalasi tidak bisa sembarangan sehingga mengurangi resiko

penyalahgunaan karena meng-install aplikasi yang tidak perlu, pada akhirnya

menjadi sistem operasi yang lebih stabil.

d.

Relatif tahan terhadap virus, jenis virus linux sangat jarang, dan bila terinfeksi

tidak menyebar.

5.

Database Server

Teknologi database yang digunakan yaitu oracle. Oracle merupakan suatu produk

database yang menggunakan konsep Relational Database Management System, yang

merupakan dasar yang dipakai dalam teknologi dewasa ini

Alasan digunakan Oracle :

d.

Oracle adalah teknologi database yang umum digunakan untuk aplikasi sekelas

server yang bisa menampung data hingga Tera Byte.

e.

Sebagai engine database sudah terbukti handal dan stabil

f.

Sudah dilengkapi dengan fitur store procedure dan trigger yang dapat membantu

mengurangi beban pemrosesan di web server pada saat beban tinggi.

g.

PLN sudah familiar dengan menggunakan Oracle database dan sudah memiliki

lisensi corporate

6.

FEC dan EC Server

a.

Aplikasi Wincons

Adalah sub sistem Control Center yang berinteraksi langsung dengan meter digital

melalui suatu media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan bergantung

dari jenis meter yang akan di baca serta sarana komunikasi yang tersedia.

Secara default aplikasi ini akan melakukan pembacaan meter – meter digital yang

terdaftar di database secara otomatis berdasarkan scheduler atau jadwal yang

terdapat di database. Fasilitas penambahan atau pendaftaran meter baru serta

perubahan setting atau scheduler meter – meter yang terdapat di database dapat

dilakukan melalui aplikasi web client.


(47)

b.

Aplikasi Fetch FTP

Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat Front End

Concentrator. Secara periodic aplikasi ini akan meng-akses setiap EC yang

terdaftar di databasenya, mengambil data – data meter yang sudah di kumpulkan

oleh EC, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server.

Protokol yang digunakan pada saat mengakses perangkat EC adalah File Transfer

Protokol (FTP) yang merupakan salah satu protocol dalam TCP/IP.

Proses yang terjadi pada aplikasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Fetch akan memeriksa parameter – parameter setiap EC yang terdaftar di

databasenya.

b.

Selanjutnya FEC akan melakukan koneksi dengan EC sesuai dengan alamat IP

atau nomor telepon yang terdaftar.

c.

Jika EC yang dibaca berada dalam satu rack sistem dengan FEC, maka Fetch akan

melakukan koneksi langsung melalui LAN tanpa melalui proses dial up.

d.

Jika perangkat EC yang akan di baca terletak terpisah jauh dengan FEC, maka

aplikasi Fetch Data akan melakukan koneksi terlebih dahulu dengan cara dial up

ke nomor telepon PSTN/GSM perangkat EC.

e.

Jika koneksi antara FEC dan EC sudah terbentuk, selanjutnya aplikasi Fetch Data

akan melakukan transfer file dari EC ke FEC dengan menggunakan protocol FTP,

sesuai dengan parameter data terakhir yang terdapat di direktori EC tersebut.

Setiap EC mempunyai satu direktori sendiri pada harddisk FEC yang digunakan

untuk menyimpan sementara file – file binary hasil pembacaan meter oleh EC.

Jika proses transfer file sudah selesai, maka Fetch akan memutuskan koneksi ke

EC secara otomatis.

c.

Aplikasi Fetch DB

Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat FEC. Secara periodik

aplikasi ini akan mengambil data – data meter yang sudah dikumpulkan oleh Fetch

FTP, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server sesuai dengan

format penyimpanan data pada database.

Proses pembacaan data – data meter di EC oleh FEC berlangsung secara berkala

dengan selang waktu tertentu. Secara default proses ini akan dijalankan secara


(48)

d.

Aplikasi Fetch Socket

Adalah aplikasi yang berfungsi sebagai interface antara aplikasi web dengan

aplikasi Wincons. Secara periodik aplikasi ini akan memeriksa event yang di

hasilkan oleh aplikasi web untuk kemudian diteruskan ke aplikasi wincons sebagai

job yang akan di eksekusi.

e.

Aplikasi Fetch Editor

Adalah aplikasi GUI yang digunakan untuk mengatur setting konfigurasi aplikasi

Fetch FTP, Fetch DB dan Fetch Socket seperti :

1. Alamat IP server EC

2.

Alamat virtual FTP directory EC

3.

Interval waktu pooling ke setiap EC

4.

Temporary directory transfer data


(49)

(50)

Aliran data pada proses pembacaan data meter di Control Center di mulai dari

computer Embedded Concentrator (EC) yaitu aplikasi Wincon.

a.

Aplikasi Wincon membaca data meter kemudian menyimpannya pada direktori

C:/Data/Project/XFER pada computer EC.

b.

Data pada direktori ini kemudian secara periodik akan dibaca oleh aplikasi Fetch

FTP pada komputer FEC, untuk kemudian di simpan pada direktori

C:/Data/Project/XFER pada komputer FEC.

Aplikasi Fetch FTP berfungsi sebagai FTP Client yang secara periodik akan

melakukan koneksi FTP ke semua computer EC yang terdaftar di Control Center.

c.

Proses selanjutnya dilakukan oleh aplikasi Fetch DB yang mentransfer data – data

tersebut ke database server sesuai dengn format penyimpanan data pada database.

Data – data yang telah tersimpan di database kemudian akan diproses dan di

sampaikan ke user melalui media internet.

Setiap aplikasi pada Contol Center mencatat semua aktifitas nya ke dalam sebuah file

log pada Log Directory masing – masing. File log ini di buat setiap hari dan nama

filenya pun disesuaikan dengan hari aktivitasnya.

Kapasitas Control Center sebagai berikut :

a.

Kapasitas Database Server

Tidak terdapat pembatasan jumlah meter dalam Database Server. Faktor yang

akan menentukan adalah kapasitas storage dan kecepatan processor dari server

yang digunakan.

b.

Kapasitas Web Server

Web Server berisi program aplikasi berbasis web dan tidak terkait dengan

kapasitas meter yang akan di tangani.

c.

Jumlah FEC per Sistem

Jumlah FEC pada setiap Control Center tidak dibatasi. Faktor yang menentukan

adalah intensitas trafik jaringan LAN dari Control Center.

d.

Jumlah EC per FEC

Dalam hal koneksi antara EC dengan FEC menggunakan media komunikasi lain

(misal : dial up) maka batasan dari jumlah EC yang dapat ditangani oleh satu FEC

sangat ditentukan oleh kecepatan komunikasi data yang terjadi.


(51)

e.

Jumlah meter per EC

Secara software kapasitas meter dalam satu EC ditetapkan sebanyak 1024 buah.Hal

ini berkaitan dengan jumlah IP address yang dialokasikan untuk meter pada setiap

EC.

Dalam hal komunikasi meter dengan EC menggunakan sestem DPLC dan dengan

kualitas jaringan yang memadai untuk komunikasi tersebut maka jumlah meter

sebanyak 1024 di atas secara teori dapat di tangani oleh satu buah EC.

Dalam hal – hal menggunakan komunikasi dial-up, jumlah meter yang dapat

ditangani akan sangat di tentukan oleh kecepatan komunikasi tersebut.

3.2.3 Media Komunikasi Sistem AMR

Spesifikasi modem Siemens MC35i :

1.

Dual Band EGSM900/GSM1800

2.

GPRS

3.

Data,Voice,SMS dan Fax

4.

CSD hingga 14,4 kbps

5.

Tegangan 8V – 3oV

6.

Status operasi LED

7.

Mudah di integrasi

8.

Full tupe Approval GSM Phase 2/2+

9.

Dimensi :65 x 74 x 33 mm

Media komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem AMR.

Keberhasilan dan kelancaran pembacaan data meter AMR oleh Control Center AMR

sangat dipengaruhi oleh kualitas media komunikasi. Secara umum media komunikasi

yang digunakan di PT PLN (Persero ) Cabang Pematangsiantar untuk penyaluran

data pada sistem AMR , yaitu Circuit Switched Communication.

Contoh dari Circuit Switched Communication adalah Public Switch Telephone

Network (PSTN) dan Global System for Mobile Communication (GSM). PSTN dan


(52)

ini disebabkan sudah tersedianya layanan dan jaringan dari operator GSM dan/atau

PSTN (telepon kabel) yang menjangkau hampir seluruh lokasi Meter AMR yang

dipasang dan lokasi Control Center AMR, sehingga pihak PLN tinggal menyediakan

perangkat modem (beserta SIM Card untuk GSM) dan membayar biaya pemakaian

dan abonemen. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator yang

bersangkutan. Penerapan Circuit Switched Communication untuk komunikasi data

juga disebut dengan komunikasi data over voice.

5.

PSTN ke GSM

Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter

AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada

gambar berikut :

METER ELEKTRONIK GSM MODEM METER ELEKTRONIK GSM #2

GSM #1

MODEM PSTN

GSM MODEM PSTN

Control Center

Ganbar 3.4 Komunikasi PSTN ke GSM

Apabila CC akan melakukan pembacaan ke Meter AMR tertentu, baik berdasarkan

skeduler (otomatis) atau pembacaan manual, maka EC pada Control Center akan

melakukan inisialisasi modem PSTN, mendial nomor SIM pada Meter AMR yang

dituju. Apabila PSTN dapat melayani panggilan tersebut, maka PSTN akan


(53)

meneruskan panggilan tersebut ke operator GSM terkait. Apabila nomor yang

dipanggil sedang idle dan jaringan GSM dapat melayani panggilan tersebut, maka

terbentuk koneksi data antara modem pemanggil dan modem pemanggil. Selanjutnya

EC akan mengirimkan perintah baca ke Meter AMR dan Meter mengirimkan data –

data yang dibaca melalui koneksi data yang sudah terbentuk.

Penggunaan PSTN sebagai pemanggil pada Control Center mempunyai keuntungan

dan kerugian sebagai berikut :

a.

Keuntungan

1.

Cocok untuk memanggil hampir semua jenis SIM card dari berbagai macam

operator (compatible)

2.

Kemungkinan jaringan (PSTN) sibuk sangat kecil

3.

Andal (reliable)

4.

Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator

b.

Kerugian

1.

Harga modem PSTN relatif mahal

2.

Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)

relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.

3.

Sifat koneksi tidak “always on”

6.

GSM ke GSM

Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter

AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada

gambar berikut :


(1)

2. Pemantauan Susut di Transmisi atau Distribusi

Menyajikan data losses dalam suatu Meter Elektronik yang dipasang di jaringan. Contoh : losses di penyulang

Gambar 4.7 Susut di Transmisi atau Distribusi

a. Pemantauan susut di penyulang dilakukan dengan cara memasang meter elektronik (ME) pada pangkal penyulang dan pada gardu – gardu distribusi TR yang ada pada penyulang tersebut.

b. Perhitungan susut dilakukan dengan cara menghitung selisih KWH yang dibaca pada ME dipangkal penyulang dengan jumlah KWH yang dibaca dari seluruh ME di gardu – gardu TR

3. Pemantauan Indikasi Susust di Jaringan Tegangan Rendah

Menyajikan data losses dalam suatu Meter Elektronik yang dipasang di jaringan. Contoh : losses di gardu distribusi


(2)

Gambar 4.8 Indikasi Susut di Jaringan Tegangan Rendah

a. Pemantauan susut di gardu distribusi TR dilakukan dengan cara memasang ME pada trafo atau pada setiap jurusan di gardu tersebut.

b. Penghitungan susut dilakukan dengan cara menghitung selisih antara KWH hasil pembacaan meter AMR dengan data KWH hasil pencatatan meter (cater) untuk pelanggan yang dicatu dari gardu tersebut.


(3)

4. Pemantauan Meter Elektronik di Pelanggan

 

Gambar 4.9 Meter Elektronik di Pelanggan

Sejauh ini untuk pengecekan meter listrik petugas sering dihadang dengan pintu yang tertutup. Pekerjaan ini sangat memakan waktu, dan dengan pengiriman data online bisa dilakukan setiap hari dan tenaga mungkin bisa lebih digunakan untuk memberikan layanan, terutama terhadap gangguan.

Untuk bisa mengirimkan data pemakaian listrik perlu dihubungkan dengan perangkat pembaca pemakaian listrik atau yang biasa disebut sistem Automatic Meter Reading (AMR). Dengan cara ini bisa didapatkan data pemakaian listrik sehari – hari secara online dan otomatis. Data masing – masing pada meter elektronik tersebut dikumpulkan secara otomatis di Embedded Concentrator pada Control Center yang dikirimkan melalui jaringan telekomunikasi GSM/CDMA ataupun telepon kabel (PSTN).

Dengan terkumpulnya data pemakaian listrik di control center tersebut, maka PLN akan mudah mendeteksi adanya pencurian listrik oleh pelanggan / industri.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dengan menggunakan sistem AMR dapat diketahui apabila terjadi gangguan dalam pengoperasiannya, melalui meter elektronik dapat diketahui parameter parameter apa saja yang mengalami gangguan. Selanjutnya akan di analisis di control center. Gangguan yang terjadi dapat berupa Kesalahan dalam Pengawatan, Tegangan Lebih, Tegangan Terlalu Rendah, Arus Tidak Seimbang, Arus Berlebih, Energi Reaktif Tidak Terdeteksi, Penggunaan Beban Berlebih dan adanya Perbedaan Waktu

2. Gangguan dapat diketahui melalui data dari meter elektronik. Sehingga dapat dilakukan perbaikan secepat mungkin dan dapat dilakukan usaha pencegahan agar tidak terjadi gangguan yang sama. Dan upaya untuk mencegah ataupun memperkecil gangguan dapat dilakukan setelah diketahui penyebab gangguannya. Dari hasil analisis, gangguan yang terdeteksi ada yang terdapat pada meter elektronik, generator ataupun transformator. Ada juga gangguan yang terjadi akibat petir. Dan gangguan yang paling sering terjadi ketika penelitian ini dilakukan adalah gangguan pada meter elektroniknya yaitu kesalahan dalam pengawatan.

3. Sistem AMR dapat diaplikasikan di bidang kelistrikan, perairan dan gas. Dan di Indonesia baru pada tahap awal yaitu aplikasi di bidang kelistrikan. Pada bidang


(5)

industri – industri yang pemakaian energinya di atas 197 kVA, sehingga untuk rumah tangga menggunakan sistem yang sebelumnya yaitu menggunakan meter analog.

5.2 Saran

Di pembahasan skripsi ini di harapkan kepada pihak PLN untuk mengembangkan lagi pengaplikasian sistem AMR, tidak hanya kepada pelanggan / distribusi tetapi juga dapat diaplikasikan di jaringan transmisi dan pembangkit.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Saifuddin, 2004, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Marsudi, Djiteng, 2006, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta, Graha Ilmu. Mismail, Budiono, 1995, Rangkaian Listrik, Bandung, Penerbit ITB.

Rijono,Yon, 2002, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Yogyakarta, Andi.

Sudirham, Supriyadi, 2002, Analisis Rangkaian Listrik, Bandung , Penerbit ITB. Supriyadi, Edi, 1999, Sistem Pengaman Tenaga Listrik,Yogyakarta, Adicipta Karya

Nusa.

Suryabrata,Sumadi, 2008, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

http://www.bic.web.id/in/teknologi-informasi-a-komunikasi/172-pembaca-meteran- jarak-jauh.html. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/08/15/brk,20070815-105659,id . html. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.

http://blog.uad.ac.id/kartikaf/files/2008/12/e-xx-modem.pdf. Diakses tanggal 30 April

2010.

http://www.cheap-computers-reference.com/. Diakses tanggal 30 April 2010.

http://halamansebelas.co.cc/2009/08/28/cara-menggunakan-modem-att/. Diakses

tanggal 03 Mei 2010.

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Q-T6nass8KkJ:te.ugm.ac.id/~risanuri/siskom/SISTEM%2520KOMUNIKASI%2520CD MA-fix.pdf+sistem+komunikasi+cdma&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShOnljzgZi Zh7eIxNdRixko61_G2s8VDZicqMdR9gy- pLfXwSASmt53go3P2fHTsC5Dc0sZ3dBEdiob_cQdN0Vza-i2j91608ScFNj0CQ2vPPc2zzOPaC4WKSjKaBMaDhy29_5g&sig=AHIEtbRU9qoak

P2KsgGjFcdig3YBlZCxvw. Diakses Tanggal 03 Mei 2010.

_____________, 2008.Materi Pelatihan Tingkat Advance Automatic Meter Reading System. Jakarta. PT. Flash Mobile.