Dasar Pertimbangan Putusan Hakim

Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban Johan Riki Fernando Simatupang karena perdarahan dijaringan otak serta patah tulang iga ke-5 lima kanan dan tulang iga ke-3 tiga kiri akibat ruda paksa. Bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa sebagai berikut: 1. Primair : Pasal 340 KUHPidana; 2. Subsidair : Pasal 338 KUHPidana; 3. Lebih Subsidair : Pasal 338 KUHPidana;

B. Dasar Pertimbangan Putusan Hakim

1. Dasar Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Negeri Adapun dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan pada tingkat pengadilan negeri berdasarkan Putusan No. 1616Pid.B2005PN-LP, antara lain: 1 Pembuktian Dakwaan Primair Menimbang, bahwa oleh Penuntut Umum, telah didakwa dengan surat dakwaannya disusun secara Subsideritas maka akan dipertimbangkan dakwaan Universitas Sumatera Utara Primair terlebih dahulu yaitu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHPidana 44 yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a Barangsiapa; b Dengan sengaja; c Dengan direncanakan lebih dahulu; d Menghilangkan jiwa orang lain; Ad. a Unsur Barangsiapa Menimbang, bahwa KUHP tidak ada penjelasan apakah yang dimaksud dengan unsur “barangsiapa”, namun dalam Memorie van Toelichting MvT yang dimaksud dengan unsur barangsiapa adalah manusia sebagai subjek hukum; Menimbang, bahwa Terdakwa dipersidangan pada pokoknya membenarkan bahwa keseluruhan identitas yang tercantum dalam dakwaan Penuntut Umum adalah benar diri Terdakwa. Demikian pula keseluruhan saksi-saksi yang pada pokoknya telah menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang adalah diri Terdakwa, yang saat ini dihadapkan dan diperiksa di persidangan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam; Menimbang, bahwa dengan demikian menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan unsur barangsiapa dalam hal ini adalah diri Terdakwa. Sedangkan apakah benar dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah 44 Pasal 340 KUHP berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.” Universitas Sumatera Utara melakukan suatu tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum, tentunya akan dipertimbangkan lebih lanjut apakah keseluruhan unsur dari pasal yang didakwakan kepadanya telah terbukti secara sah dan meyakinkan dalam perbuatannya, oleh karena itu akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam bagian akhir putusan ini nanti; Ad. b Unsur Dengan Sengaja Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan sengaja tentunya berhubungan dengan sikap batin seseorang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana. Dan Majelis Hakim menyadari tidaklah mudah untuk menentukan sikap batin seseorang atau membuktikan adanya unsur kesengajaan dalam perbuatan seseorang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana. Atau ringkasnya apakah kesengajaan itu benar-benar ada pada diri sipelaku, lebih-lebih bagaimanakah keadaan batinnya pada waktu orang tersebut melakukan tindak pidana. Oleh karena itu, sikap batinnya tersebut harus disimpulkan dari keadaan lahir yang tampak dari luar dengan cara Majelis Hakim harus mengobjektifkan adanya unsur kesengajaan tersebut dengan berpedoman pada teori Ilmu Pengetahuan Hukum untuk sampai pada suatu kesimpulan apakah perbuatan Terdakwa merupakan suatu sebab ataukah akibat dari suatu peristiwa pidana yang mesti dialaminya; Menimbang, bahwa dalam Ilmu Pengetahuan hukum pidana tentang unsur dengan sengaja, dikenal dua teori untuk menentukan adanya unsur dengan sengaja yaitu Teori Kehendak Wills Theorie yang diajarkan Von Hippel, dan Teori Universitas Sumatera Utara Pengetahuan atau membayangkan Voorstiling Theorie dari Frank. Menurut Moeljatno, berdasarkan teori tersebut yang sangat memuaskan dalam kehendak dengan sendirinya diliputi pengetahuan gambaran, artinya seseorang untuk menghendaki sesuatu, lebih dahulu sudah harus mempunyai pengetahuan tentang sesuatu itu, lagi pula kehendak merupakan arah, maksud, hal mana yang berhubungan dengan motif; 45 Unsur kesengajaan tersebut merupakan kesengajaan dalam arti luas, yang meliputi: 46 a. Kesengajaan sebagai tujuan opzet als oogmerk. Opzet ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja, dimana perbuatan itu merupakan “tujuan” dari pelaku; b. Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan keharusan opzet bij zakerheids bewustzijn. Opzet ini akan terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan suatu akibat tertentu, tetapi disamping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau sadar, bahwa dengan melakukan perbuatan untuk menimbulkan akibat yang tertentu, perbuatan tersebut “pasti” akan menimbulkan akibat lain yang tidak dikehendaki; c. Kesengajaan dengan kesadaran akan kemungkinan opzet bij mogelijkheids bewustzijndolus eventualisvoorwardelijke opzet. Opzet ini akan terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi orang tersebut sadar, bahwa apabila ia melakukan perbuatan untuk mencapai akibat tertentu itu, perbuatan tersebut “mungkin” akan menimbulkan akibat lain yang juga dilarang dan juga diancam pidana oleh undang-undang terhadap akibat lain tersebut bukan merupakan tujuan yang dikehendaki, tetapi hanya disadari kemungkinan terjadinya. Berdasarkan pengertian kesengajaan secara luas diatas, yang meliputi kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai tujuan, dan kesengajaan sebagai 45 Majalah Varia Paradilan, No. 12, Jakarta: IKAHI, 1998, hlm. 86. 46 Tongat, Op. Cit., hlm. 3. Universitas Sumatera Utara kepastian, maka akan diteliti apakah Terdakwa dalam melakukan pembunuhan tersebut termasuk dari salah satu pengertian kesengajaan diatas. Hal ini diteliti, berdasarkan keadaan yang terjadi pada saat tindak pidana pembunuhan tersebut dilakukan sesuai dengan fakta-fakta yuridis di persidangan. Menimbang, bahwa sesuai dengan fakta-fakta yuridis dipersidangan dari pengakuan Terdakwa bahwa pada saat pukul 09.00 Wib hari Minggu korban bangun dan melihat Terdakwa memakai celananya. Lalu Terdakwa mengatakan “Kok kau pakai bajuku anjing, binatang, pukimakmu” dan diucapkan pelan karena takut didengar orangtuanya karena orangtuanya mendidik dengan disiplin dan korban dipuji-puji orangtuanya sedangkan Terdakwa disepelekan. Dan selama ini merasa terhina, karena Terdakwa sebagai abangnya akan tetapi diperintahnya sehingga Terdakwa dendam dan membunuhya dan Terdakwa silaf; Menimbang, bahwa ketika terdakwa mengaku bertengkar dua kali, pertama kali bertengkar dan berkelahi disamping rumah sebelah Barat dan yang kedua didekat pohon durian dan pertengkaran tersebut tidak kedengaran karena ibu dan adiknya nonton TV diruang tamu; Menimbang, bahwa ketika korban jongkok sedang mencuci oleh Terdakwa ditunjang dan dipukul kena rusuknya dan jatuh kebelakang lalu diseret dan dimasukkan ke comberan dan korban tidak melawan, dan Terdakwa mengatakan kepada saksi Bangun Tua Dalimunte bahwa kalau Terdakwa sudah mengaku apakah Terdakwa akan dihukum lagi; Universitas Sumatera Utara Menimbang, bahwa ketika keesokan harinya yaitu tanggal 11 Juli 2005 Terdakwa pergi ke belakang pura-pura kencing kemudian korban muncul di comberan dan membuat Terdakwa grogi dan menjerit histeris dan mengatakan “Kak Rosa ini adik” kemudian kakaknya datang dan ibunya pingsan; Menimbang bahwa dipersidangan Terdakwa menyangkal perbuatannya, dan menuduh saksi Ramot Lubis yang membunuh Terdakwa karena sebelum diketemukan mayat korban pada hari Minggu malam Terdakwa bertemu dengan Ramot Lubis dan mengancam Terdakwa agar mengakui bahwa Terdakwa pembunuhnya, oleh karena takut Terdakwa mengakui bahwa dialah pembunuhnya; Menimbang, bahwa terhadap perbedaan fakta yang didasarkan pada keterangan para saksi maupun Terdakwa tersebut, Majelis Hakim telah berulang kali mengingatkan agar para saksi maupun Terdakwa memberikan keterangan yang benar sesuai dengan yang ditentukan dalam KUHAP, maupun menurut iman dan kepercayaannya, karena mereka telah disumpah. Peringatan Majelis Hakim yang dilakukan berkali-kali, semata-mata untuk menghindari kekeliruan dalam menjatuhkan putusan perkara ini, karena Majelis Hakim mempunyai kesangsian, manakala para saksi maupun Terdakwa mempunyai kepentingan. Mungkin memberi keterangan yang bersifat subjektif, yang bisa merugikan ataupun menguntungkan Terdakwa dan ataupun saksi korban Johan Riki Fernando Simatupang, sehingga nilai objektifitas keterangannya diragukan; Universitas Sumatera Utara Menimbang bahwa peringatan Majelis Hakim diatas, sengaja dilakukan agar tidak perlu ada keraguan lagi bagi Majelis Hakim, untuk menilai keterangan para saksi maupun Terdakwa. Karena mereka sudah menghayati dengan sungguh-sungguh arti hakikat bersaksi dalam menegakkan keadilan, tiada lain adalah agar keadilan itu sungguh-sungguh dapat ditegakkan dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, seperti yang ditetapkan dalam Pasal 4 ayat 1 UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang diubah oleh UU No. 35 Tahun 1999, dan dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan UU No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman; Menimbang, bahwa oleh karena itu menjadi hak dan kewajiban Majelis Hakim untuk menilai kebenaran keterangan para saksi. Dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh persesuaian keterangan saksi yang satu dengan yang lain, persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain, alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu, dan cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dan dapat tidaknya keterangan itu dipercaya, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 185 ayat 6 KUHAP; Menimbang, bahwa selain itu dipandang perlu dipertimbangkan dalam putusan ini, bagaimanakah pembuktian dan penerapan hukum mesti dilakukan dalam perkara ini. Sehingga Terdakwa maupun masyarakat yang datang setia mengikuti jalannya sidang perkara ini memahami, bagaimana secara sungguh-sungguh telah Universitas Sumatera Utara dilakukan penegakan hukum secara represif dalam persidangan Terdakwa saat ini; Menimbang, bahwa yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah Majelis Hakim didalam menjatuhkan putusan terhadap diri Terdakwa tersebut di atas, senantiasa berpegang teguh pada ketentuan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam KUHP maupun KUHAP. Sehingga dalam pemeriksaan atas Terdakwa Majelis Hakim senantiasa berpedoman pada sistem pembuktian yang digariskan dalam Pasal 183 KUHAP, yaitu sistem Negatif menurut UU Negatief Wettelijk, artinya Majelis Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, hanya didasarkan pada suatu alat bukti saja. Tetapi sesuai dengan asas pemeriksaan Hakim Acara Perkara Biasa Vordering, sekurang-kurangnya harus dengan dua alat bukti yang sah. Oleh karena itulah menjadi penting diperhatikan alat-alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP, sehingga nantinya dapat ditentukan bagaimanakah nilai alat-alat bukti tersebut masing-masing, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 185 sampai dengan Pasal 189 KUHAP; Menimbang, bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut diperlukan, agar dapat diperoleh suatu keyakinan apakah benar suatu tindak pidana telah terjadi, dan apakah benar bahwa Terdakwa yang terbukti secara sah dan menyakinkan yang melakukannya; Menimbang, bahwa ternyata dalam peristiwa tindak pidana ini tidak ada seorang saksipun yang melihat kejadiannya secara langsung. Apa yang dialami Universitas Sumatera Utara oleh korban Johan Riki Fernando Simatupang, dan ataupun yang dilakukan oleh Terdakwa, karena saksi-saksi yang mengetahui tindak pidana ini berdasarkan pengalaman Terdakwa. Namun setelah dipersidangan, Terdakwa senantiasa menyangkalnya, terpaksa mengakui karena Terdakwa takut dengan Polisi dan diancam, dan malahan menuduh Ramot Lubis yang melakukan pembunuhan terhadap saksi korban; Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi Sukiyo, Budi Simanjuntak, Bangun Tua Dalimunte, Marsidi Ginting, Sidik Waluyo, dan saksi Ahli Elmeida Efendi, SPKJ, yang menyatakan Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dan sebabnya melakukan perbuatan tersebut serta caranya melakukan perbuatannya tersebut. Maka Majelis Hakim memperoleh keyakinan, bahwa telah diakui Terdakwa didepan para saksi tersebut adalah benar sedangkan sangkalan Terdakwa haruslah dikesampingkan dan ditolak. Oleh karena itu, maka terpenuhilah unsur dengan sengaja dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka terbuktilah unsur dengan sengaja secara sah dan menyakinkan; Ad. c Dengan Direncanakan Lebih Dahulu Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu adalah antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu, masih ada tempo bagi sipembuat untuk dengan tenang memikirkannya. Sedangkan tempo ini tidak boleh terlalu sempit demikian juga tidak perlu terlalu lama, yang penting dalam tempo tersebut sipembuat dapat berpikir yang sebenarnya masih ada kesempatan Universitas Sumatera Utara untuk membatalkan niatnya itu; 47 Tentang unsur direncanakan lebih dahulu dalam KUHP sendiri tidak ada penjelasan tentang apa yang dimaksud direncanakan terlebih dahulu. Namun penjelasan tentang unsur direncanakan lebih dahulu dapat dilihat dalam M.v.T yang menyatakan, bahwa istilah met voorbedachte rade atau direncanakan lebih dahulu, menunjuk pada suatu saat untuk menimbang dengan tenang. 48 Demikian halnya M.H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara lain sebagai berikut: “bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk berpikir dengan tenang.” 49 R. Soesilo menyatakan bahwa, saat atau tempo antara timbulnya kehendak dengan pelaksanaannya tidak boleh terlalu sempit, tetapi juga sebaliknya tidak perlu terlalu lama, yang penting adalah apakah di dalam tempo itu pelaku “dengan tenang” masih dapat berfikir yang sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk membatalkan niat untuk membunuh itu, tetapi tidak ia pergunakan. 50 Sedangkan menurut Tresna dikatakan, bahwa tidak ada ketentuan berapa lamanya harus berlaku diantara saat timbulnya maksud untuk melakukan perbuatan itu dengan saat dilaksanakannya, akan tetapi nyatalah harus ada, suatu antara dimana 47 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1998, hlm. 241. 48 Tongat, Op. Cit., hlm. 23. 49 Leden Marpaung, Loc. Cit. 50 http:www.kpkku.co.cc200911analisa-terhadap-tindak-pidana_29.html , diakses tanggal 3 Agustus 2010, pukul: 11.37 Wib. Universitas Sumatera Utara ia dapat menggunakan pikiran yang tenang guna merencanakan segala sesuatunya. Tongat menyatakan terkandung 3 tiga syarat, yaitu: 51 a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang; b. Tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak niat sampai dengan pelaksanaan kehendak itu; c. Pelaksanaan kehendak dalam suasana tenang. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang, mengandung maksud bahwa pada saat pelaku memutuskan kehendaknya untuk membunuh, keadaan bathin orang tersebut dalam keadaan tenang, tidak berada dalam keadaan yang tergesa-gesa, serta tidak berada dalam keadaan terpaksa dan juga tidak berada dalam keadaan emosi tinggi. Oleh karenanya, kehendak yang diputuskan oleh pelaku tersebut merupakan kehendak yang dilakukan dalam suasana batin yang tenang. Tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak niat sampai dengan pelaksanaan kehendak itu merupakan syarat yang bersifat relatif. 52 Tersedianya waktu yang cukup mengandung pengertian, bahwa dalam tempo waktu yang tersedia itu, pelaku masih dapat berpikir dengan tenang. Jadi persoalannya tidak pada masalah lamanya waktu, tetapi persoalan lamanya waktu yang cukup itu lebih mengarah pada penggunaan dari yang tersedia itu. Artinya, 51 Ibid. 52 Ibid. Universitas Sumatera Utara apakah dalam waktu yang tersedia itu benar-benar telah dapat untuk berpikir dengan tenang atau tidak. 53 Sekalipun masalah tersedianya waktu yang cukup itu tidak menunjuk pada persoalan lamanya waktu, tetapi tersedianya waktu yang cukup tersebut, tidak boleh menunjuk pada suatu waktu yang terlalu singkat. Hal ini mudah dipahami, sebab apabila terlalu singkat kesempatan untuk berfikir dengan tenang tersebut mungkin tidak terjadi. Tidak mungkin rasanya seseorang dapat berpikir dengan tenang dalam waktu yang sangat singkat, biasanya dalam waktu yang sangat singkat itu orang justru tidak dapat berfikir secara tenang. 54 Dalam waktu yang telalu singkat itu cenderung akan berfikir secara tergesa- gesa, panik dan tidak terencana. Lebih-lebih apabila tidak tersedianya waktu yang cukup itu atau dalam waktu yang terlalu singkat itu masih diikuti dengan perasaan takut, khawatir dan sebagainya. Dalam waktu yang demikian, jelas tidak menggambarkan suasana batin yang tenang. 55 Yurisprudensi yang termuat dalam Arrest Hoog Raad tanggal 22-3-1909, yang menyatakan untuk dapat diterimanya suatu rencana terlebih dahulu, maka perlu adanya suatu tenggang waktu yang pendek atau panjang dalam mana dilakukan pertimbangan dan pemikiran yang tenang. Pelaku harus dapat memperhitungkan makna dan akibat-akibat perbuatannya, dalam suatu suasana kejiwaan yang 53 Ibid. 54 Ibid. 55 Ibid. Universitas Sumatera Utara memungkinkan untuk berfikir. Dengan demikian, maka apabila pikiran-pikiran untuk membunuh tersebut dalam keadaan marah tidak tenang, waktu yang terlalu singkat yang berakibat akan berfikir secara tergesa-gesa, panik dan tidak terencana, dan dalam suatu suasana kejiwaan yang tidak memungkinkan untuk berfikir dengan tenang, maka disitu tidak ada unsur perencanaan. 56 Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi yang mendengar pengakuan Terdakwa, bahwa perbuatan Terdakwa yang dilakukan terhadap korban ada kata-kata makian juga berkelahi. Kemudian ketika korban sedang mencuci pakaiannya dan Terdakwa menunjang korban yang dilakukan korban tidak berapa lama, dalam setiap perbuatannya adalah niat yang timbul seketika karena pemicunya adalah kata-kata makian; Menimbang, bahwa dengan demikian unsur dengan direncanakan lebih dahulu tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan; Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dari dakwaan Primair yang didakwakan Penuntut Umum kepada Terdakwa tidak terpenuhi, maka dakwaan Primair Pasal 340 KUHP dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, dan terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan Primair tersebut. 2 Pembuktian Dakwaan Subsidiar Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Primair tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka kini Majelis Hakim akan mempertimbangkan ke dalam 56 Ibid. Universitas Sumatera Utara dakwaan Subsidair Penuntut Umum, yaitu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP, 57 yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a Barangsiapa; b Dengan Sengaja; c Menghilangkan Jiwa Orang Lain; Ad. a Unsur Barangsiapa Menimbang, bahwa unsur barangsiapa ini telah dipertimbangkan dalam dakwaan Primair, maka oleh Majelis Hakim pertimbangan-pertimbangan unsur barangsiapa dipergunakan kembali dalam dakwaan Subsidair; Ad. b Unsur Dengan Sengaja Menimbang, bahwa unsur Dengan Sengaja telah dipertimbangkan dalam dakwaan Primair dan telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan menyakinkan. Maka oleh Majelis Hakim, pertimbangan-pertimbangan unsur Dengan Sengaja dalam dakwaan Primair dipergunakan kembali dalam pertimbangan unsur Dengan Sengaja dalam dakwaan Subsidair dan dinyatakan telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan; 57 Pasal 338 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.” Universitas Sumatera Utara Ad. c Unsur Menghilangkan Jiwa Orang lain Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi maupun keterangan Terdakwa demikian juga dari hasil pemeriksaan Visum et Repertum No. 209VIILKKVER 2005 tanggal 11 Juli 2005 atas nama Johan Riki Fernando Simatupang yang dibuat dan ditandatangani Dr. Surjit Singh, SpF, DFM, dokter pada Rumah Sakit Pirngadi Medan. Dalam kesimpulannya dari hasil pemeriksaan luar dan dalam, diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban karena perdarahan jaringan otak disertai patah tulang iga ke-5 lima kanan dan tulang iga ke-3 tiga kiri akibat ruda paksa; Menimbang, bahwa oleh karena itu unsur Menghilangkan Jiwa Orang Lain telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan; Menimbang, bahwa oleh karena selama persidangan tidak ditemukan alasan- alasan pemaaf dan ataupun pembenar bagi perbuatan Terdakwa tersebut, maka berarti Terdakwa adalah orang yang sehat akal dan jiwanya serta mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukannya tersebut. Dengan demikian maka unsur barangsiapa telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan menyakinkan dalam diri Terdakwa, sehingga Terdakwa tersebut patut dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya; Universitas Sumatera Utara Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara Subsideritas, oleh karena dakwaan Subsidair telah terbukti secara sah dan menyakinkan maka dakwaan selanjutnya tidak akan dipertimbangkan lagi; Menimbang, bahwa perlulah dipertimbangkan untuk menjatuhkan pidana apakah yang sepatutunya dijatuhkan terhadap diri Terdakwa, agar putusan ini memenuhi rasa keadilan masyarakat. Patutlah diperhatikan peringatan Majelis Hakim yang tidak bosan-bosannya dan tidak henti-hentinya selalu mencari dan menemukan pemecahan permasalahan ini, yaitu dengan mengembalikan segala sesuatunya kepada peringatan Tuhan, dimana keadilan atas namaNya diucapkan. Sehingga senantiasa diingatkan agar para saksi dan Terdakwa memberikan keterangan yang benar, semata-mata agar Majelis Hakim tidak tersesatkan dan salah dalam menegakkan hukum dalam perkara ini; Menimbang, bahwa usaha Majelis Hakim tersebut perlu dilakukan karena putusan ini berkepala “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, oleh karena itu Majelis Hakim berusaha dengan sungguh- sungguh menempatkan segala sesuatunya semata-mata berdasarkm rasa takut akan Tuhan; Menimbang, bahwa tujuan pidana bukanlah semata-mata untuk menderitakanmenistakan Terdakwa, tetapi lebih sebagai upaya edukatif agar dikemudian hari Terdakwa dapat memperbaiki perilakunya, menurut iman dan Universitas Sumatera Utara kepercayaannya seturut kehendak undang-undang dan ketertiban masyarakat pada umumnya, sehingga keseimbangan dan tertib masyarakat dapat terpelihara; Menimbang, bahwa akhirnya terhadap Terdakwa patut dan layak serta dirasakan adil harus dijatuhi pidana penjara yang setimpal dengan perbuatannya sebagaimana bunyi amar putusan ini nanti; Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan, maka masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa haruslah dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan; Menimbang, bahwa barang bukti berupa: a 1 satu potong celana jeans warna biru; b 1 satu potong celana dalam warna coklat; c 1 satu potong celana ponggol warna coklat; akan ditentukan dalam amar putusan ini nanti. Menimbang, bahwa Terdakwa juga dibebani untuk membayar biaya perkara ini; Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan putusannya, maka perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan yakni: 1 Terdakwa memberikan keterangan yang berbelit-belit; 2 Perbuatan terdakwa menyebabkan mati adiknya Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin diganti oleh apapun juga; dan hal-hal yang meringankan yakni: 1 Terdakwa sopan dipersidangan; 2 Terdakwa masih muda usia, sehingga diharapkan dikemudian hari masih bisa memperbaiki sikap dan perilakunya dan berguna bagi keluarga dan masyarakat sekelilingnya, dan Terdakwa belum pernah dihukum; Mengingat Pasal 338 KUHP dan pasal-pasal lain dari undang-undang yang bersangkutan; Berdasarkan pertimbangan yang diambil oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, memutuskan mengadili: 1. Menyatakan terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang tersebut diatas tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya dalam dakwaan Primair; 2. Membebaskan terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang dari dakwaan Primair tersebut; 3. Menyatakan terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang tersebut diatas telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pembunuhan sebagaimana tersebut dalam dakwaan Subsidair; 4. Menghukum ia oleh karena itu dengan pidana penjara selama 8 delapan tahun; Universitas Sumatera Utara 5. Menetapkan bahwa masa penahanan yang dijalankan oleh Terdakwa sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan tersebut; 6. Memerintahkan supaya Terdakwa tetap ditahan; 7. Memerintahkan barang bukti berupa: a 1 satu potong celana pendek jeans merk Lea warna biru; b 1 satu potong celana dalam warna coklat dikembalikan kepada keluarga korban Johan Riki Fernando Simatupang; c 1 satu potong celana pendek warna coklat dikembalikan kepada Terdakwa; 8. Menghukum Terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp. 5.000 lima ribu rupiah. 2. Dasar Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Tinggi Adapun dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan tingkat banding, 58 antara lain: 1. bahwa Pengadilan Tinggi tidak sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Tingkat Pertama; 2. bahwa selama di persidangan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam ternyata Terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang menyangkal semua dakwaan Jaksa Penuntut Umum JPU, serta tidak ada seorang saksi pun yang melihat peristiwa 58 Putusan Pengadilan Tinggi No. 212PID2006PT-MDN, tanggal 22 Agustus 2006. Universitas Sumatera Utara pidana yang dialami oleh korban Johan Riki Fernando Simatupang, serta tidak diketemukannya barang bukti serta petunjuk yang menyatakan terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang yang melakukan perbuatan sebagaimana di dalam Berita Acara Pemeriksaan Kepolisian dan tidak seorang saksi pun dapat menerangkan bahwa terdakwalah yang melakukan perbuatan yang didakwakan JPU; 3. bahwa pada pemeriksaan di Kepolisian sebagaimana juga diterangkan oleh para saksi dipersidangan diatas sumpah, saksi Marsidi Ginting, saksi Sukiyo, saksi Budi Simanjuntak, dan saksi Bangun Tua Dalimunthe, yang menerangkan bahwa terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang mengakui perbuatannya melakukan atau pelaku dalam perbuatan sebagaimana didakwakan JPU, akan tetapi di muka persidangan Terdakwa dengan tegas menyangkaltidak mengakui keterangan para saksi tersebut, serta menarik kembali pengakuannya yang telah diakui pada pemeriksaan Berita Acara di Kepolisian karena takut ancaman saksi sehingga terpaksa mengakuinya pada saat pemeriksaan tersebut; 4. bahwa pengakuan Terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang tersebut telah melakukan pembunuhan terhadap adik kandungnya sendiri yaitu korban Johan Riki Fernando Simatupang, pengakuan mana yang diakui dihadapan saksi-saksi tersebut di kantor Kepolisian yang dilakukannya sendiri, dan tidak menunjukkan didukung oleh barang bukti serta kesaksian berantai ketingbenys, akan tetapi di dalam fakta yang terungkap di persidangan keterangan para saksi dari kepolisian tersebut disangkal atau tidak dibenarkan, dan tidak dilihat atau didengar sendiri oleh para saksi tersebut sebagaimana yang diperbolehkan oleh undang-undang atau diatur oleh didalam ketentuan-ketentuan Hukum Acara Pidana, yang berlaku yaitu bahwa Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut harus mencari kebenaran material sebagaimana diatur di dalam Pasal 183 KUHAP Unus Testis Nullus Testis; 5. bahwa Majelis Hakim tingkat pertama, tidak ada mempertimbangkan penyangkalan terdakwa, bahkan tidak ada mempertimbangkan keterangan saksi ahli yang membuat Visum et Repertum Dr. Surjit Singh, S.PF, DFM pada tanggal 11 Juli 2005 jam 22.00 Wib yang menerangkan bahwa korban meninggal tersebut di atas 24 jam dan korban kemudian dimasukkan ke dalam comberan dalam keadaan sudah meninggal dunia, karena kalau masih hidup sebagaimana keterangan saksi dari kepolisian, korban masih pingsan dimasukkan ke dalam comberan tersebut sehingga akan ada dijumpai cairan air comberan atau lumpur Universitas Sumatera Utara di pernafasan atau di lambungnya, namun pada korban tidak dijumpai selain cairan darahnya, cairan kuning dari tubuhnya dan terdapat luka-luka di seluruh tubuhnya yang tak mungkin dilakukan seorang pelaku dengan cepat dan tanpa adanya barang bukti dari perbuatan pembunuhan tersebut; 6. bahwa Majelis Hakim tingkat pertama tidak ada mempertimbangkan keterangan para saksi: Surung Simatupang, Ruminta boru Sihombing, Runggu Anita Rosalina boru Simatupang, Togar Simatupang, Ridolf Sianturi, serta saksi Santun Manullang adalah saksi-saksi yang selalu setiap harinya bertemu dengan korban maupun terdakwa serta sangat dekat dengan tempat kejadian; sedangkan saksi Marsidi Ginting, Bangun Tua Dalimunthe, serta Budi Simanjuntak, yang sehari- harinya adalah bertugas sebagai Petugas Kepolisian yang sibuk dengan tugasnya di Polsek Tanjung Morawa dan POLRES Deli Serdang dimana baru mengenal terdakwa setelah adanya peristiwa ini dan jauh dari tempat kejadian, tempat dimana korban didapati sudah meninggal, dimana para saksi tersebut hanya mendengar dari orang lain dan tidak ada melihat, mendengar sendiri perbuatankejadian, bahkan tidak ada menemui barang bukti yang dipergunakan untuk membunuh korban, akan tetapi Majelis Hakim tingkat pertama ternyata lebih meyakini keterangan dari saksi-saksi yang sifatnya tidak melihat, mendengar langsung, dan hanya mendengar dari orang lain saja; 7. bahwa Majelis Hakim tingkat pertama tidak mempertimbangkan petunjuk yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi Surung Simatupang; Ruminta br Sihombing; Runggu Anita Rosalina br Simatupang dan keterangan saksi Ridolf Sianturi serta keterangan Terdakwa yang menerangkan, bahwa terdakwa pada hari Minggu tanggal 10 Juli 2005 sekitar pukul 20.00 Wib terdakwa bertemu dengan saksi Ramot Lubis dengan kawan-kawannya dan dibawa ke belakang Gereja Bethel lalu saksi Ramot Lubis mengancam terdakwa dengan ancaman: “Akui kau membunuh adikmu kalau tidak kau kubunuh”. Pada saat itu terdakwa tidak mengenal kawan-kawan saksi Ramot Lubis tersebut, juga petunjuk pengakuan saksi VII Yopy Jorodinata Simamora, saksi VIII Ranap Lubis; saksi IX Ramot Lubis, saksi XI Surianto Sitorus alias Maung dimana para saksi menerangkan pada tanggal 10 Juli 2005 atau pada hari Minggu mereka berada di rumah saksi XI sampai jam 23.00 Wib memasak Indomie; akan tetapi pada pemeriksaan polisi tanggal 1 Agustus 2005 jam 10.30 Wib, Surianto Sitorus alias Maung ada mengakui pada jam 13.00 Wib para saksi yang berempat tersebut di atas pergi ke sibiru-biru dan baru pulang ke rumah jam 18.00 Wib dan sesudah jam 23.00 Wib, baru ketiga temannya saksi XI, yaitu Yopy Simamora, Ranap Universitas Sumatera Utara Lubis, serta Ramot Lubis pulang ke rumah masing-masing dan keesokan harinya tanggal 11 Juli 2005 sore mendengar dari ibunya Ranap Lubis dan Ramot Lubis yang jarak rumahnya ± 5 meter tidak pergi melayat ke tempat korban dengan alasan takut dituduh sebagai orang yang membunuh korban; karena sebelumnya antara orangtua saksi VIII dan saksi IX, dan orangtua korban maupun terpidana ada perselisihan dan persaingan bisnis, serta pernah dituduh meracuni anjingnya sehingga mati; 8. bahwa selanjutnya Majelis Hakim Tingkat Pertama, menyatakan dalam putusannya mengemukakan: “bahwa tempat peristiwa pidana ini tidak seorangpun saksi yang melihat kejadian secara langsung apa yang dialami oleh korban Johan Riki Fernando Simatupang, dan apa yang dilakukan oleh terdakwa karena saksi- saksi yang tidak mengetahui tindak pidana berdasarkan hanya pengalaman terdakwa dan setelah persidangan terdakwa menyangkal tuduhan JPU semuanya serta keterangan saksi-saksi dari kepolisian yang melakukan pemeriksaan dalam Berita Acara Pemeriksaan, kesemuanya disangkal oleh terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang bahkan menuduh Ramot Lubis yang melakukan pembunuhan terhadap korban dengan alasan-alasan: a Ramot Lubis pada minggu malam tanggal 10 Juli jam 20.00 Wib pernah mengancam supaya terdakwa mengakui merupakan orang yang membunuh adiknya; b Orangtua saksi pernah berselisih dengan keluarga korbanterdakwa karena dituduh membunuh meracuni anjing korban; c Keluarga saksi dan keluarga korbanterdakwa terlibat persaingan bisnis karena sama-sama laris dalam berjualan bunga; d Semua keluarga saksi Ramot Lubis tidak ada mau ikut melayatingin tahu ada kejadian apa dirumah sebelahnya walaupun sangat dekat; 9. bahwa Ramot Lubis menerangkan tentang rumah korbanterdakwa berdekatan dengan rumah saksi ±5 meter, dan korban mempunyai tiga ekor anjing yang galak, akan tetapi keterangan ini dibantah terdakwa di persidangan dan mengatakan anjing terdakwa saya tidak galak dan saksi Ramot Lubis sendirilah pelaku pembunuhnya karena terdakwa melihat saksi lewat pada malam kejadian tanggal 10 Juli 2005 hari Minggu itu serta mengajak terdakwa ke belakang Gereja Universitas Sumatera Utara Bethel dengan mengancam: “agar mengakui terdakwa yang membunuh adiknya” kalau tidak terdakwa juga akan dibunuh; 10. bahwa, berdasarkan hasil observasi dari Elmeida Efendi, SPKJ, IQnya rendah, sehingga cenderung berkata polos apa adanya; 11. bahwa dari keseluruhan keterangan saksi, terdakwa tetap membantah telah membunuh adiknya dengan mengatakan diakui karena ancaman dari polisi pemeriksa dan ancaman dari Ramot kalau tidak diakui terdakwa pun ikut dibunuhnya; 12. bahwa Majelis Hakim Tinggi tidak menemukan bukti lain seperti sidik jari terdakwa dan barang bukti lain yang terkait dengan perbuatan kejahatan terdakwa, tidak ditemukan oleh Polisi sampai dipersidangan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, dan saat putusan ini; 13. bahwa korban terdakwa masih bersekolah adalah beradik kakak dan saksi-saksi menerangkan tentang keluarga bahwa keluarga korbanterdakwa hidup bersama dengan harmonis tanpa percekcokan di antara mereka; 14. bahwa Majelis Pengadilan Tinggi berkesimpulan, dimana terdakwa ber-IQ rendah, maka atas ancaman paksa Pemeriksa Polisi, terdakwa secara psikologis akan menjadi takut dan mengakui saja; 15. bahwa berdasarkan keterangan Ridolf Sianturi, korban sudah dapat sabuk coklat dalam latihan karate serta postur tubuh korban lebih tinggi, maka kalau berkelahi terdakwa pasti kalah serta akan ada keributan atau perkelahian yang akan didengar oleh kakak terdakwa atau korban karena tempat kejadian yang disebut kamar cucian baju dan comberan hanya berjarak 3 ke 5 m dari dapur tempat masak saksi Rungu Anita Rosalina br Simatupang yaitu dari dapur masak dimana di atas tungku memasak tersebut ada jendela kaca tembus pandang dua lobang dengan ukuran masing-masing 1,20 x 1 m yang terbuka pada saat itu; 16. bahwa dalam putusan Majelis Hakim di halaman 40 sampai dengan 43, menguraikan bahwa benar terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang lah pelaku perbuatan pidana yang dituntut JPU berdasarkan pengakuan tanpa ada barang bukti atau keterangan saksi yang melihat, mendengar, mengalami peristiwa pembunuhan itu, jadi tidak sesuai dengan Pasal 183 sampai dengan Pasal 189 KUHAP sehingga unsur barangsiapa tidak terbukti, maka unsur-unsur selanjutnya tidak akan dilanjutkan; Universitas Sumatera Utara 17. bahwa tuntutan pidana JPU Reg No: PDM – 470Ep.1LPKAM122005, atas nama Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang menyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam Pasal 338 KUHP yang pertama unsurnya adalah: barangsiapa yang telah diuraikan dalam halaman 39 Putusan Pengadilan Tingkat Pertama; 18. bahwa Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam tanggal 22 Mei 2006 No. 1616Pid.B2005PN-LP tidaklah dapat dipertahankan lagi dan harus dibatalkan; 19. bahwa dari keseluruhan keterangan saksi, terdakwa, Visum et Repertum dan dokter psikologi, sebagaimana terlihat di atas, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan tidak menemukan unsur “Barangsiapa” alias “pelaku pembunuhan tersebut” dalam Pasal 338 KUHP sebaimana tuntutan JPU tersebut, karena itu terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang harus dinyatakan tidak terbukti sama sekali atas dakwaan dan tuntutan pidana JPU, oleh karena itu terdakwa harus dibebaskan secara murni dari segala dakwaantuntutan pidana JPU tersebut; 20. bahwa oleh karena terdakwa berada dalam tahanan maka harus dikeluarkan dengan segera dari dalam tahanan; 21. bahwa karena terdakwa dinyatakan bebas murni, maka martabat, hak dan kewajiban terdakwa dipulihkan kepada keadaan semula; 22. bahwa kerana terdakwa tidak terbukti melakukan kejahatan sebagaimana didakwakan oleh JPU dan dibebaskan, maka biaya perkara dalam Kedua Tingkat Peradilan dibebankan kepada negara; 23. mengingat pasal-pasal dari undang-undang dan peraturan lain yang berkaitan dengan perkara ini khususnya Pasal 191 ayat 1 dan ayat 3 KUHAP; 24. menyatakan terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menurut hukum dan atas dakwaan tindak pidana yang didakwakan oleh JPU; 25. membebaskan oleh karena itu terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang dari segala dakwaan dan tuntutan pidana; 26. memerintahkan agar terdakwa Tua Anggiat Haris Maruli Simatupang dikeluarkan dengan segera dari Rumah Tahanan Negara; 27. mengembalikan harkat dan martabat terdakwa seperti keadaan semula; Universitas Sumatera Utara 28. membebankan ongkos perkara dalam Kedua Tingkat Peradilan kepada negara.

3. Dasar Pertimbangan Putusan Hakim Mahkamah Agung

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA CABUL TERHADAP ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO : 988 K/Pid/2007)

0 3 16

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

SKRIPSI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 3 11

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas (Vrijspraak) dalam Perkara Tindak Pidana Pembunuhan.

0 3 19

ANALISIS PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGABULKAN PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 964 K/PID/2015).

0 2 12

IMPLEMENTASI UPAYA HUKUM KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA (Studi Kasus Putusan Nomor : 576PID.B2010PN.Mks)

0 0 118