Pada bagian ini, dijelaskan beberapa peristiwa yang terjadi dengan terlebih dahulu menjelaskan latar daerah Kharaj yang akan didatangi oleh keluarga Syaikh
Mahjub. Selanjutnya dijelaskan bagaimana perjalanan mereka ke Kharaj, dan bagaimana tradisi Badui di sana dalam menyambut kebahagiaan. Tujuan
kedatangan mereka ke sana adalah untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat mereka. Ketika mereka pulang ternyata Syaikh Mahjub mengutarakan
keinginannya untuk menjodohkan putrinya itu dengan Amir, tetapi tidak disetujui oleh istrinya, karena Dzikra masih terlalu kecil untuk menikah, sehingga terjadi
pertengkaran kecil antara Syaikh Mahjub dan Rukiyah.
d. Bagian 4 : “Panah Asmara”
Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi bisa saja sangat mengejutkan. Di sini telah terjadi hubungan perasaan yang pada saat itu membuat mereka tidak
menyadarinya antara Amir dan Rukiyah. Perasaan itu terjadi begitu cepat, dan perasaan itu adalah ‘cinta’. Syaikh Mahjub juga mengutarakan rencananya itu
kepada Amir untuk menjodohkannya dengan Dzikra, akan tetapi tetap ditolak oleh Amir. Pada saat itu Rukiyah dan Amir hanya dapat memendam perasaan
mereka masing-masing.
e. Bagian 5 : “Derita Jiwa”
Pada bagian ini, hubungan yang terjalin antara Rukiyah dan Amir tidak diketahui oleh orang lain selain Tuhan. Mereka merasakan penderitaan jiwa yang
teramat dalam karena mereka benar-benar telah dimabuk cinta yang tidak akan mungkin dapat membuat mereka bersatu. Rukiyah tidak dapat menahan
kesedihannya, sampai pada suatu hari kesedihannya itu diketahui oleh Dzikra. Dia merasakan bahwa jiwa ibunya sedang menderita. Rukiyah dan Amir hanya bisa
merenung dan berkhayal tentang nasib kisah cinta mereka. Pada saat itu ternyata Syaikh Mahjub memperhatikan tingkah laku Amir yang aneh dan tetap ingin
menikahkan Amir dengan putrinya. Tetapi Amir tidak mau. Di sinilah awal terjadinya konflik antara Syaikh Mahjub dan Amir, sehingga Amir diusir oleh
Syaikh Mahjub.
f. Bagian 6 : “Korban”
Universitas Sumatera Utara
Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi lebih memilukan dan menyedihkan. Amir telah diusir oleh pamannya sendiri, ini berarti bahwa dia
harus meninggalkan wanita yang dicintainya. Tapi, pada saat Amir berpamitan dengan Rukiyah tiba-tiba Syaikh Mahjub melihat keberadaan mereka berdua di
dalam kamar Rukiyah, dan Syaikh Mahjub bertambah murka berubah menjadi seekor singa yang siap menerkam mangsanya. Lalu dia manampar istrina dan
membunuh Amir dengan sebilah pisau. Konflik yang terjadi sudah sangat parah yang menyebabkan kematian Amir dan Rukiyah. Yang lebih mnyedihkan lagi
adalah Dzikra mengalami tekanan jiwa sehingga membuatnya menjadi bisu akibat ulah ayahnya sendiri. Mulai saat itu Dzikra selalu mengalami kesedihan.
g. Bagian 7 : “Guncangan Jiwa”
Pada bagian ini, Dzikra mengalami guncangan jiwa yang cukup keras setelah kejadian yang dialami oleh ibunya. Pada akhirnya ada beberapa masyarakat yang
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tidak ada peradilan terlebih dahulu sebelum dilakukan hokum rajam. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-
apa karena semuanya sudah terlambat. Setelah kejadian yang memilukan itu, Dzikra benar-benar mengalami gangguan jiwa yang mengguncang syaraf
kesadarannya. Syaikh Mahjub sedih melihat keadaan anaknya hingga dia membawa Dzikra ke Riyadh untuk berobat. Dzikra dirawat di sebuah panti yang
memang khusus menangani penyakit seperti yang diderita Dzikra.
h. Bagian 8 : “Kebahagiaan”
Pada bagian ini, Dzikra mulai mendapat kehidupan baru di panti. Banyak orang yang menyayangi dan memperhatikannya. Dzikra telah berubah menjadi
seorang gadis dewasa, semakin besar, semakin terlihat cantik dan memikat. Di panti, dia bertemu dengan seorang dokter yaitu dokter Ashim yang akan merawat
dirinya. Ashim menaruh perhatian pada Dzikra. Di sana, setelah keadaannya mulai membaik, dia diangkat sebagai pegawai dip anti. Dzikra semakin bahagia
dan lebih percaya diri.
i. Bagian 9 : “Rumah Sakit Syamis”