Bagian 9 : “Rumah Sakit Syamis” Bagian 10 : “Rahasia Terungkap” Bagian 11 : “Kepergian” Bagian 12 : “Air Mata Cinta” Bagian 13 : “Harapan Baru”

Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi lebih memilukan dan menyedihkan. Amir telah diusir oleh pamannya sendiri, ini berarti bahwa dia harus meninggalkan wanita yang dicintainya. Tapi, pada saat Amir berpamitan dengan Rukiyah tiba-tiba Syaikh Mahjub melihat keberadaan mereka berdua di dalam kamar Rukiyah, dan Syaikh Mahjub bertambah murka berubah menjadi seekor singa yang siap menerkam mangsanya. Lalu dia manampar istrina dan membunuh Amir dengan sebilah pisau. Konflik yang terjadi sudah sangat parah yang menyebabkan kematian Amir dan Rukiyah. Yang lebih mnyedihkan lagi adalah Dzikra mengalami tekanan jiwa sehingga membuatnya menjadi bisu akibat ulah ayahnya sendiri. Mulai saat itu Dzikra selalu mengalami kesedihan.

g. Bagian 7 : “Guncangan Jiwa”

Pada bagian ini, Dzikra mengalami guncangan jiwa yang cukup keras setelah kejadian yang dialami oleh ibunya. Pada akhirnya ada beberapa masyarakat yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tidak ada peradilan terlebih dahulu sebelum dilakukan hokum rajam. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa- apa karena semuanya sudah terlambat. Setelah kejadian yang memilukan itu, Dzikra benar-benar mengalami gangguan jiwa yang mengguncang syaraf kesadarannya. Syaikh Mahjub sedih melihat keadaan anaknya hingga dia membawa Dzikra ke Riyadh untuk berobat. Dzikra dirawat di sebuah panti yang memang khusus menangani penyakit seperti yang diderita Dzikra.

h. Bagian 8 : “Kebahagiaan”

Pada bagian ini, Dzikra mulai mendapat kehidupan baru di panti. Banyak orang yang menyayangi dan memperhatikannya. Dzikra telah berubah menjadi seorang gadis dewasa, semakin besar, semakin terlihat cantik dan memikat. Di panti, dia bertemu dengan seorang dokter yaitu dokter Ashim yang akan merawat dirinya. Ashim menaruh perhatian pada Dzikra. Di sana, setelah keadaannya mulai membaik, dia diangkat sebagai pegawai dip anti. Dzikra semakin bahagia dan lebih percaya diri.

i. Bagian 9 : “Rumah Sakit Syamis”

Universitas Sumatera Utara Pada bagian ini, Dzikra kembali mengalami kesedihan, dia diberitahu bahwa Nadhiroh, kepala panti yang begitu menyayanginya telah meninggal dunia. Untuk menghilangkan kesedihannya, Ashim menyarankan Dzikra bekerja di rumah sakit dan dia pun setuju. Dzikra telah bekerja di Rumah Sakit Syamis yang terletak di Riyadh. Dzikra bertemu dengan orang-orang baru lagi dan di sana dia mempunyai dua orang sahabat yaitu Sama’ dan Kamilah.

j. Bagian 10 : “Rahasia Terungkap”

Pada bagian ini, Dzikra dan Ashim semakin dekat dan akrab karena mereka sering bertemu. Sampai-sampai mereka tidak menyadari kalau mereka memiliki perasaan satu sama lain. Pada suatu hari, Ashim mengambil buku yang pernah dipinjamkannya kepada Dzikra, ternyata ada secarik kertas di dalamnya. Kertas itu merupakan goresan tangan Dzikra yang berisikan bahwa dia menyayangi dan mencintai Ashim.

k. Bagian 11 : “Kepergian”

Pada bagian ini, Ashim memutuskan untuk menulis surat buat Dzikra bahwa sebenarnya dia juga mencintai Dzikra dan ingin menikahinya. Tapi, Dzikra menganggap Ashim hanya menaruh rasa iba dan belas kasih bukan mencintai dengan sepenuh hati. Untuk menghindari Ashim, akhirnya Dzikra meminta dipindahkan ke Rumah Sakit Mina di Makkah Al-Mukarramah.

l. Bagian 12 : “Air Mata Cinta”

Pada bagian ini, Dzikra merasa tenang berada di Makkah, melihat para jamaah haji dan Ka’bah. Jiwanya terasa sejuk. Dalam hatinya, sebenarnya Dzikra tidak sanggup berjauhan dengan Ashim karena dia begitu mencintainya. Lalu, Dzikra menulis surat untuk Ashim dan menyampaikan apa yang terpendam dalam hatinya.

m. Bagian 13 : “Harapan Baru”

Pada bagian ini, Ayah Ashim sangat tidak suka dan menentang keras hubungan anaknya dengan Dzikra. Ayahnya beranggapan bahwa Dzikra tidak Universitas Sumatera Utara pantas untuk anaknya itu, karena Dzikra adalah gadis cacat dan dari keluarga miskin, sedangkan mereka adalah orang terhormat dan berpendidikan. Ashim sangat kecewa dengan sikap ayahnya itu dan dia tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang. Ashim segera pergi ke Makkah untuk menemui Dzikra dan kembali meyakinkannya bahwa dia akan sembuh. Ashim mengajak Dzikra pergi berobat ke luar negeri dan Dzikra pun setuju. Dzikra kembali menemukan harapan baru.

n. Bagian 14 : “Mimpi”