Tingkatan Tema Pada Novel

memberikan contoh bagaimana tradisi masyarakat Arab yang sebenarnya agar para pembacanya menyadari akan hal itu. VII. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap pengarang terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Adapun yang menjadi tujuan Shamirah memaparkan novelnya ini, yaitu : a. Shamirah ingin menggugah para pembaca khususnya para wanita untuk melawan segala bentuk pengekangan yang berlawanan dengan agama Islam terhadap kaum wanita. b. Shamirah mencoba memberikan kritik lewat novelnya terhadap budaya masyarakat Arab yang terlalu membatasi kebebasan kaum wanita, karena mereka selalu dipingit. c. Melalui novelnya, Shamirah menyeru kepada kaum wanita untuk turut berpartisipasi aktif dalam membangun dan memajukan masyarakatnya. VIII. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya. Setelah penulis menjelaskan dan menjabarkan ketujuh langkah-langkah di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tema utama yang terkandung pada novel Qu ţrātun Min Ad-Dumū‘i adalah : “Penderitaan hidup bukanlah akhir dari segala- galanya, akan tetapi cinta sejatilah yang dapat merubah seluruh penderitaan menjadi sebuah kebahagiaan, serta cinta sejati hanya dapat dipisahkan oleh kematian”.

3.4. Tingkatan Tema Pada Novel

عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad- Dum ū‘i Shipley dalam Nurgiyantoro 1995:80 mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita. Shipley Universitas Sumatera Utara membedakan tema-tema karya sastra ke dalam tingkatan-tingkatan, semuanya ada lima tingkatan berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup ke tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pertama, tema tingkat fisik, manusia sebagai atau: dalam tingkat kejiwaan molekul, man as molecul. Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyarankan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam novel dengan penonjolan tingkat ini mendapat penekanan. Contoh tema tingkat ini terdapat dalam novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad-Dum ū‘i pada halaman 42 alinea pertama baris kedua sebagai berikut:  ﻢ ﻟ ﻩﺎ ﺮ ﻰ ﻮﻬ .. ﻟا ﻤ ﺘﻟ ﺔﻴ ر ﺟﺮ و fahuwa f ī mar‛āhu lilganami .. wa kharajat ruqayyatu litajma‛a al-haţaba ‘Ketika itu Rukiyah sedang mengembalakan ternak-ternaknya dan mencari kayu bakar’. Contoh pada halaman 33 alinea pertama baris kedua :  ىﺮآذ ﺎﻬﺘ ﺑاو ﺘﺟوز ﻘﻴﺘﺳا ﺎﻤآ ﺪ ﺪﺟ ﺮ ةﻼﺼﻟ ﺄ ﻮﺘ مﺎ و ﺎﻤﻬ دﺎ آ ﻲ ﻮﻴﻟا ﺎﻤﻬ ﻤ فﺎ ﺘﺳ wa q āma yatawddā`u lişalāti fajrin jadīdin kamā istaiqazat zaujatuhu wa ibnatuhā żikrā li isti`nāfi ‘amalihimā al-yaumī ka‘ādatihimā ‘Dia bangkit berwudhu untuk menunaikan shalat fajar, anak dan isterinya juga telah bangun untuk melakukan pekerjaan seperti biasa’. Universitas Sumatera Utara Contoh pada halaman 37 : ■ رﺎﻬ ﻟا ﻲﻔ ﻤﻧ ﺮﻴ ﺘ يﺬﻟا ﻴ ﺮﻟا ﻤ ﻟا ﻲ ﺎﻬ ﻮ ﻲ ﻘ ﺔﻴ ر و ﻟا ﻤﺟو ﻴ ﻟا ﻤ ... ﻴ ﻟا ﻲ و ... ءﻮ ﻰ فﻮﺼﻟا لﺰ سﻮ ﻔﻟا . wa ruqayyatu taqd ī yaumihā fī al-‘amali al-ratību al-lażi lā yatagayyaru namaţahu faf ī al-nahāri ‘amalu al-baiti wa jami‘u al-haţabi… wa fī al-laili… gazala al-şaufu ‘al ā dū`i al-fanūsa ‘Sementara Rukiyah tetap menghiasi hari-harinya dengan pekerjaan rutin yang tak pernah berubah. Di siang hari pergi mencari kau baker, dan di malam hari memintal wool dengan disinari cahaya lentera’. Contoh pada halaman 119 alinea pertama baris kedua : ■ ﺎﻜ ﻧ ﺑﺎ ﺳ ﻲ ﻘ ﻲ ﺎﻬ ﻮ رﺎ ﺼﻟا ﻢﻴ ... ﻲ ﺎﻬ ﻴﻟ ﺟ و ﻢﻴ رﺎ ﻜﻟا . fakanat taqdiyyu sahabatu yaumuha fi ta’limi al-sigari… wa jalla lailaha fi ta’limi al-kibari ‘Hari-harinya dihabiskan untuk mengajar dan mendidik anak-anak. Sedangkan saat malam dia menghabiskan waktu untuk mendidik para remaja’. Kedua, tema tingkat organik, manusia sebagai atau: dalam tingkat kejiwaan protoplasma, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas-suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain. Penulis tidak menemukan adanya contoh tema tingkat ini dalam novel ﻦ تاﺮ عﻮ ﺪﻟا Qu ţrātun Min Ad-Dumū‘i. Universitas Sumatera Utara Ketiga, tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as socious. Kehiupan bermasyarakat yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial. Contoh tema tingkat ini terdapat dalam novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad-Dum ū‘ pada halaman 28 alinea terakhir sebagai berikut:  وﺪ ﻟاو تادﺎ ﺪﻴﻟﺎﻘ و . ﻢﻬﺣاﺮ ا , َنﻮﻘﻔﺘ ﻲ ﺎَﻬ ﺑ نﻮﻔ َﺘ و ﻲ ﻟا ﺮ ا َ ﺴﺣ ﺔ ﺴﻟا .. ءاﺮ ﻟا .. ﻩﺎ ﻟاو ... wa al-baduwi ‘ ādātun wa taqālīdun. afrāhuhum, yattafiqūna fī ba’dihā wa yakhtalif ūna fī al-ba’di al-akhari hasba al-sa‘ati.. aś-śarā`i.. wa al-jāhi… ‘Ada tradisi Badui yang terus dipertahankan, yaitu tradisi dalam menyambut kebahagiaan, seperti ketika mengadakan upacara pernikahan atau sejenisnya. Orang- orang akan bahu-membahu meringankan beban pihak yang punya hajat, sesuai dengan kemampuannya… kekayaannya… ketenarannya jabatannya’. Contoh pada halaman 19 :  ﺪ ﻟا ﺪﻴﻟﺎﻘ ﻢﻜ , بﺮ ا ﻰﺘﺣ لﺎﺟﺮﻟا ﻟﺎ ﺔ ﺔ دﻮ ﺴﻟا ةأﺮﻤﻟا ﺎﻬﻟ ءﺎﺑﺮ ﻷا ﻮ ا ﺮﻴ ﺎﻬﺟوزو ﺎﻬ fabihukmi taq ālīdi al-baladi, al-mar`atu al-sa‘ūdiyyatu muhajjabatun lā tujālisu al- rij āla hattā aqraba al-aqribā’I lahā gaira akhawatihā wa zaujihā ‘Menurut ketentuan adat kaumnya, seorang perempuan tidak boleh duduk dan bergaul dengan lelaki lain. Bahkan dengan kerabat paling dekat sekalipun selain dengan saudara kandung atau suami’. Contoh pada halaman 29 alinea terakhir : Universitas Sumatera Utara ■ ﻟا ز وﺪ ﻟا ةدﺎ ﻰ و لﺎﻔﺘﺣ ا ﻢﺳاﺮ ﺔ اﺪﺑ ﻩﺬه و مﺎﻴ تﺎﻤ ﻧ ﻰ لﺎﺟﺮﻟا ر لﻮ ﻟا , ﻴﺴﻟا ﺔﺼ ر , اﺮ ﺳﺮ ﺔ ﻴﻟ ﺮ ﻟا ر و ﺪ و ﺘﺣﺮ ﻦ ﺎ ﺪ اﻮﻤﻟا تﺪ ﻴ ﻟا ﺼﺘﻧا ... ﺎ ﺔﻤ ا و ﻢ ﻟ ﻦﻴﺑ , زراو , ﺮﻤ و , نوﺮﻤﺴ و نﻮ آﺄ لﺎﺟﺮﻟا ﺟ و , ﺔﻴﺣﺎﻧ ﻲ و ﻲﺘﻟا ةﺮ ﻟا رﻮ ﻟا ﺔ ار ﺚ ىﺮ ا ءﻰ ﻤ . وﺮﺳ و ﺔ ﺑ نﺎﻜﻤﻟا ار . و ا نددﺮ و لﻮ ﻟا تﺎﻤ ﻧ ﻰ حﺮﻔﻟا ﺔﺼ ر ءﺎﺴ ﻟا ﺮ ﺔﺣﺮﻔﻟا ﻲﻧﺎ . ‘al ā ‘ādati al-baduwi zaynat al-khiyāmi wa hażihi bidāyati marāsimi al-ihtifāli wa ‘al ā nagamāti al-ţubūli raqaşa al-rijālu, ruqşatan al-saifu, wa raqaşa al-‘arīsu laylatu ‘arsahu mu‘abir ān ‘an farahatihi wa ‘indamā intişafa al-laila maddat al- muw ā`ida… wa da‘at al-‘aţi‘matu mā bana lahmi, wa rizi, wa tamri, wa jalasa al- rij ālu ya`kulūna wa yasmurūna, wa fī nāhiyati ukhrā tanba‘aśu rā`ihatu al-bukhūru al-‘i ţratu al-latī tamlā`u. Al-makāna bi hajati wa surūrān. Wa tarqişu al-nisā`u ruq şatan al-farhi ‘alā nakhamāti al-ţubūli wa yardadna al-agānī al-farhati ‘ Berdasarkan tradisi Badui, bila ada upacara pengantin, kemah-kemah akan dihias seindah mungkin, sebagai pertanda upacara pernikahan dimulai. Malam itu, para pemuda berdansa laksana goyangan pedang, mengikuti irama gendang. Pengantin juga tidak ketinggalan ikut berdansa sebagai tanda kebahagiaan dan suka cita. Setelah malam larut, tikar dihamparkan, dan di atas tikar diberi alas untuk meletakkan hidangan makan. Berbagai jenis masakan digelar, ada nasi, daging, kurma dan sebagainya. Kaum lelaki makan bersama, dan selanjutnya berbincang-bincang semalam suntuk. Di sisi lain, tercium bau harum semerbak, menghiasi seluruh ruangan. Bau harum ini membuat suasana bertambah hangat. Kaum wanita juga tidak ketinggalan. Mereka menari gembira mengikuti irama gambus. Sambil berdansa, mereka ikut mendendangkan lagu-lagu gembira’. Keempat, tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. Di samping makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya yang pada Universitas Sumatera Utara umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan. Masalah individualitas biasanya menunjukkan jati diri, citra diri, atau sosok kepribadian seseorang. Contoh tema tingkat ini terdapat dalam novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad-Dum ū‘i pada halaman 39 alinea terakhir sebagai berikut:  ﺮﻤ مﺎ َ ا ﺪ ﺰ و ﺔﻟﻮﺟر ﺮ ﺎ ا ﺎﻤﺘآ .. ﻲ و ﺔﻴ ر ﺎﻘ ﺎ ﺎﻴهو . ﺎ ﺘﺳاو نا ﻢﺘﻜَ ﺎﻬﻔ اﻮ ﻢَ و ﺎهﺰ اﺮ . tamurru al-ayy āmu wa tazīdu rajūlatu ‘āmirin ‘iktamālan.. wa fī qalbi ruqayyatin ‘asyq ān wa hiyāman wa istaţā‘at an taktuma ‘awāţifuhā wa tuljamu garā`izuhā ‘Semakin lama, Amir tampak semakin gagah dan tampan. Pribadinya semakin mempesona dan memikat jiwa setiap wanita terutama Rukiyah. Dalam hati perempuan itu, perasaan kasih terus tumbuh semakin subur. Beruntunglah dia masih sanggup menyembunyikan segala perasaan dan gejolak jiwa’. Contoh pada halaman 19 :  مﺪﻟا ﺔﻔﻴﻔ ىﺮآذ ﻧﺎآ .. ﺘ و مﻼﻜﻟا ﻦ ﻜ . ةﺬﻟ ﺪ ﺎﻬـﻧا ﻘﻧ ﻰ ةﺮ ﺎ ﺎﻬ أ ﻰﻟا ﺎﻬﻴﺑا رﺎ أ . k ānat żikrā khafīfatu al-dammi… lā takifu ‘an al-kalāmi wa lā tat‘abu. Innahā tajidu la żżatan gāmiratan fī taqli akhbāri abīhā ilā ummihā ‘Dzikra adalah gadis periang dan menyenangkan sehingga mudah kenal dan akrab dengan siapapun. Selain itu, dia juga pandai berbicara, ia tidak pernah tahan untuk tidak berbicara sedetikpun. Dengan banyak bicara, dia menemukan kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri. Demikian juga ketika menceritakan pembicaraan ayahnya dengan Amir, Dzikra menemukan kesenangan dan kebahagiaan’. Contoh pada halaman 20 : Universitas Sumatera Utara  ﻧﺎآ ﺔﻴ ر ﺎﻬـ ﺎ ﺟاو ءادا ﻦ ﻲﻧاﻮﺘ ﺔ ﺎ ﻟ ﺔ ﻴ ﻧ ىﺮآذ مأ و ﺔﺟوﺰآ مأ . ﺪﺴ ﻟا ﺔ ﻴ ﻧ ﺔﻴ ر ﻧﺎآ .. ﺔ ﺎﻘﻟا ةﺮﻴﺼ , ﻦﻴ ﻴ ﻟا ءادﻮﺳ ﺎ ﻮﻤ و اﺮ ﺳو ءﺎآذ نﺎ . k ānat ruqayyah ummun żikrā nasyīţatan lil gāyati lā tatawānī ‘an adā`i wājibātihā kazaujatin wa ummin. K ānat ruqayyatu nahīlat al-jasadi… qaşīrata al-qāmati, sawd ā`u al-‘ainaini tasy‘āni żakā`u wa saharān wa gamūdān ‘Rukiyah, nama ibu Dzikra dan istri Syaikh Mahjub, adalah seorang wanita yang suka bekerja. Ia tidak pernah mengeluh dalam mengerjakan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri dan seorang ibu’. Contoh pada halaman 20 :  ﺔ وﺪﺑ ةأﺮ إ يأ , ﺎﻬﺟوﺰﻟ مﺎ ﻟا ﺪ و ﺎﻬﺘﻤﻴ ﻲﻬ . ﺼ و ﺰ ﻟا ... ﻦ ﻟا و ... ةﺪﺑﺰﻟاو ﻦ ﻟا ﺼ و , و لﺰ ﻟﺎ ﻤﻟا ﺼ و فﻮﺼﻟا , دﺎ ﺴﻟاو , ﻦ ﺘ ﺎ ﺮﺑ مﻮﻘ و مﺎﻴ ﻟا . يﺰﻟا ﺔ ﻬ ﻲهو طﺎ ﻟا اﺬه آ يﺪ ﻟا ... بﺎ ﻟا ﻮ ﻟا ... ﺔ ﻴ ﻟا ﺎﻬﺳأر ﻰ ﺼ و ... مﺎ ﻟا ﺎﻬﻬﺟو ﻰ و ... ﺚﻴ ﻘ نﺎ ﻴ ﻟا ىﻮﺳ ﺮﻬ . ﻴ ر ﻧﺎآ ﺪﺴ ﻟا ﺔ ﻴ ﻧ ﺔ ... ﺮﻴﺼ ﺔ ﺎﻘﻟا ة . ﻮﺳ دا ﺎ ﻮﻤ و اﺮ ﺳ و ءﺎآذ نﺎ ﻦﻴ ﻴ ﻟا ء ... ةﺮﻴﺣ و ... ﺎﻤﻬﻟﻼ ىﺮ ءاﺮ ﺼﻟا لﺎﻤﺟ ... ﻮ ﻟا دﻮﺳ ا ﺎهﺮ ﺎﻬﻔ ﺳﺮﺘﺴ و . mi ślu ayyi imra`atin badawiyyatin, fahiya tunazzifu khaymatahā wa tu‘idu al-ţa‘āma lizaujih ā. Wa taşna‘u al-khubza… wa tahlibu al-labana… wa taşna‘u minhu al-jubna wa al-zubdata, wa takhzilu al- şūfa wa taşna‘u minhu al-masyāliha, wa al-sajjāda, wa taq ūmu biratqi mā fatafu min al-khiyyāmi. kulu hażā al-nasyāti wa hiya muhajjabatun talbisu al-zaiya al-najd īya… al-jilbāba al-ţawīla… wa taşna‘u ‘alā ra`sih ā al-syīlata… wa ‘alā wajhihā al-luśāma… mujīśu lā yazharu minhu siwā al- ‘ain āni faqaţ. Kanat ruqayyatu nahīlatu al-jasadu… qaşīratu al-qāmatu. Sawdā`a al- ‘ainaini ta ś‘āni żakā`a wa saharān wa gamūdān… wa hīratan…tarā khilālahumā jam ālu al-şahrā`u… wa yastarsilu khilfahā sya‘arhā al-aswad al-ţawīli ‘Seperti wanita Badui lainnya, Rukiyah selalu menutupi tubuh dengan pakaian ala Nejed, berjilbab panjang, dengan wajah tertutup cadar, hanya kedua matanya yang tampak. Wanita itu bertubuh semampai. Pinggangnya bagai pinggang laba-laba, hanya saja postur tubuhnya pendek. Kedua matanya hitam bersinar, memancarkan Universitas Sumatera Utara kecerdasan dan rahasia yang sulit ditebak. Dari pandangan matanya, terlihat pesona kecantikan padang pasir. Rambutnya hitam legam, panjang terurai di belakang punggung’. Contoh pada halaman 22 :  ﻧﺎآ ىﺮآذ ﻴ ﻟا اد ﺎﻬ ﻤ ءﺎ أ ﺎﻬ أ مزﻼ , ﺟرﺎ و , ةدﺎ ﻰ ةﺮﻴ ﺔ وﺪﺑ ﻲﻬ وﺪ ﻟا .. ﺮ ﺼﻟا هاﻮ ﺎﻬ أ ﻦ ﺎﻬﻴ .. حﺎﻔﻜﻟاو . k ānat żikrā tulāzimu ummuhā ‘aśnā’a ‘amalihā dākhila al-baiti, wa khārijahu, ‘al ā ‘ādati al-baduwwi fahiya badawiyatun şakhīratun… fīha min ummihā mawāhib al- şabri… wa al-kafāhi ‘Dzikra adalah anak yang rajin, selalu menemani dan membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan baik pekerjaan di dalam rumah maupun di luar rumah sesuai dengan tradisi Badui. Dzikra adalah Badui kecil di tengah hamparan luas padang pasir. Dari ibunya dia mewarisi kesabaran dan semangat perjuangan yang kuat’. Contoh pada halaman 34 alinea terakhir : ■ نﺎآ و ﺮ ﺎ ﺎ ﺔﻴﻧﺎﻤ ﺮﻤ ﻟا ﻦ ﺦ ﺎﺑ ﺎ ﻴﺑر ﺮ ... ﺔ ﺎﻘﻟا ﻮ ... ﻦﻴﺑ ﺎ ﺮ ﻦﻴﻔﺘﻜﻟا ... ﻦ ﺪ ﺎﺴﻟا لﻮﺘﻔ ﺔﻴ ﻟا يﻮ ... دﺎﺣ نﻮ ﻟا ﺮﻤﺳا ا تاﺮ ﻟا ﻦ ءﺎآﺬﻟ ﻴ ﻴ , ﻴﺼ نﺎﺴ ﻟا ﻟذ . ﻲ ﺮ ﻟا ﻢ ﺪ ﺎﺼﻘﻟا ﺦ ﺦ ﻢﻟ ﻜﻟ و بﺮ ﻟا ةدﺎ ﻰ تﺎ ﺳﺎ ﻤﻟا ﺑ . wa k āna ‘āmiru syābān yablugu min al-‘amri śamāniyata ‘asyara rabī‘ān… ţawīlu al-q āmatu… ‘arīdu mā bayna al-katifaini… qawiyyu al-baniyati maftūli al-sā‘idīna… asmuru al-lawnu h āda al-nazarāta yasy‘u al-żakā`u min ‘ainīhi, żaliqu al-lisānu fa şīhahu. Yunazimu al-syi‘ru fī ba‘di al-munāsibāti ‘alā ‘ādati al-‘arabi wa lakinnahu lam yablugu mubaligu al-qa şā`idi ‘Sebagai pemuda dewasa, Amir yang usianya sudah delapan belas tahun, dikaruniai paras yang tampan, tubuh tinggi, berbadan tegap, dadanya bidang, kokoh, perkasa, kulitnya bersih, rambutnya hitam legam dan ikal, serta tatapan matanya penuh pengertian. Matanya menyiratkan kecerdasan dan daya pikat luar biasa. Lidahnya fasih, ahli bersyair sebagaimana tradisi orang Arab meskipun syairnya tidak sampai ke tingkat qashidah’. Universitas Sumatera Utara Contoh pada halaman 74 : ■ ﻴ ﺮﻴ آ ﻘﺑ ﺘﻤﺘ ﻢ ﺎ رﻮﺘآﺪﻟا نﺎآ ... زﺎﺘﻤ ﻦﺴﺣ كﻮ ﺳ و ... و ﺮﻴﻘﻔﻟا ﺮﻤﻟا ﻰ ... ﻲ ﺎ ﺟﺎﻧ ﺘ ﺟ ﺎ اﺰﻤﻟا ﻩﺬه آ ﺟ سﺎ ﻟا ﻰﻟا ﺎ ﻤ ﺎ ﻴﻤ k āna al-duktūru ‘āşim yatamta‘u bi qalbin kabīrin īayyibin… wa sulūki hasanin mumt āzin… yuhibbu al-faqīru wa ya‘ţafu ‘alā al-marīdu… kulu hażihi al-mizāyān ja‘alathu n āji‘ān fī ‘amalihi muhabbibān ilā al-nāsu jamī‘ān. Wa ‘alā ‘ādati al- dukt ūru ‘āşim istiqbalu ‘amalahu bi al-ma‘hadi bi al-rūhi al-latī ‘ahadat fīhi… aw ţaba‘a ‘alaihā… tifāni nāmin wa ikhlāşin manqaţa‘i al-nazīri ‘Dokter Ashim adalah seorang manusia berjiwa besar, berakhlak mulia dan berperangai halus. Dia memiliki segudang keistimewaan, di antaranya senang menyantuni fakir, mengasihi yang miskin, menolong yang lemah dan sederet sifat terpuji lainnya. Sifat-sifat mulia itu membuat kariernya menanjak pesat, ia dicintai dan disegani segenap kalangan’. Kelima, tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiusitas atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan. Contoh tema tingkat ini dalam novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad- Dum ū‘i pada halaman 65 alinea terakhir sebagai berikut:  ﻢﻬ ﻟا ﻚﻟﺄﺳأ در ﺎ ﻘﻟا ء ﻚﻟﺄﺳأ ﻟا ﻴ . allahuma l ā ‘as`aluka radda al-qadā`i as`aluka al-lutfa fīhi “Tuhan, aku tidak meminta-Mu untuk menghukumnya, namun kelembutan dan kasih sayang-Mu yang kuminta untuknya”. Contoh pada halaman 65 : ■ ﺬ ﻟا لوﺎ ﺪ ﺑ و ﺦﻴ ﻟا ﺬ ا ءا ثداﻮﺣ ﺔﻘ ﺪ ﻰ ﻘ بﻮ مﺎ ا ... يداﻮ و ﻦ ﺰﻟا ... ﺪﺣ ﻢ ا ﺎ اذا ﻰﺘﺣ ﻟ ﺼ ﺟﺮﻟا و . Universitas Sumatera Utara ءﺎﻤﺴﻟا ﻰﻟا ﺳأر ﻟﺎ ﺦﻴ ﻟا ر لﺎ و : ةﻮ و لﻮﺣ ﻢﻬ ﻟا ... ا ﷲا ﺮ ا اﺬه ﻢﻴ ﻟا ﻲ ﻟا ﷲﺎﺑ ﻩؤﺎ و ... نا ﺪﺣ ﺎﻤآ ﺮ ا نﺎآ ﺎ ﻲ ﺘ حﺎ ... ﺘﺟوز ﻤ ﺪﻘ ﷲا ﺎﻤﻬﻤﺣﺮ ﻚﻴ ا ﻦﺑا و ﻚ . wa ba‘da tan āwalu al-gażā`a akhaza al-syaikhu mahjūba yaquşu ‘alā şadīqihi haw ādiśa al-ayāma… wa ‘awādī al-zamani… wa al-rajulu manaşat lahu hattā iżā mā atama had īśahu. Rafi’ al-syaikhu şālih ra`sahu ilā al-samā`i wa qāla : allahuma lā haula wa l ā quwwata… illā bi allāhi al-‘aliyyu al-azīmu hażā amru allāhi wa qad ā`wuhu… ina kāna al-amru kamā hadatatnī yā şahi… falaqad zalamat zaujatuka wa ibna akh īka yarhamhumā allāhu ‘Selepas makan, Syaikh Mahjub menceritakan dengan rinci segala peristiwa yang terjadi. Sementara Syaikh Saleh mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah Syaikh Mahjub selesai bercerita, Syaikh Saleh menengadahkan kepala ke langit sambil berkata, “Ya Allah, tiada daya dan kekuatan selain dari-Mu Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Semua ini adalah ketentuan Allah. Jika benar apa yang engkau ceritakan kepadaku, wahai sahabat engkau benar-benar telah berbuat aniaya terhadap isteri dan keponakanmu. Semoga Tuhan mengasihi mereka. Keduanya meninggal akibat nafsu amarahmu. Engkau telah membunuh keponakanmu dan menghukum rajam istrimu secara zalim. Mohon ampunlah pada Tuhan dan mintalah kasih sayang-Nya untuk dirimu”. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Setelah diadakan penelitian, maka penulis menyimpulkan bahwa tema utama yang terkandung dalam novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad-Dumū‘i karya Shamirah binti Al-Jazirah Al-Arabiyah, adalah : “Penderitaan hidup bukanlah akhir dari segala-galanya, akan tetapi cinta sejatilah yang dapat merubah seluruh penderitaan menjadi sebuah kebahagiaan, serta cinta sejati hanya dapat dipisahkan oleh kematian”. Selanjutnya, penulis menemukan empat tingkatan tema, yang terdapat pada novel عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad-Dumū’i karya Shamirah yaitu : a. Tema tingkat fisik, manusia sebagai atau : dalam tingkat kejiwaan molekul, man as molecul. b. Tema tingkat social, manusia sebagai makhluk social, man as socious. c. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. d. Tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi.

4.2. Saran